Bab 4. Rencana Kedepan

Usai bergurau dengan Hanifah, Indah melanjutkan kerjanya. Mereka sama sama fokus dengan pekerjaan masing masing, berkutat di depan komputer dimeja masing masing. Meskipun Hanifah baru saja terlihat jetlag pada Indah, namun hal itu hanya bersifat sementara. Biasa hal itu terjadi dalam pertemanan mereka, tak sampai marah dan saling diam dalam waktu yang lama. Seperti saat ini, Hanifah dan Indah sudah kembali akur. 

"Ndan, punya kertas HVS nggak? " Tanya Hanifah pada Indah. 

"Ada nih" Indah menyodorkan setumpuk kertas HVS yang belum ada tulisannya. 

Hanifah menerimanya lalu mencabut flashdisk dari cpu komputernta lalu beranjak dari tempat duduknya menuju mesin printing. Bersamaan dengan Hanifah, Romi juga menuju ke arah mesin printing hendak mengeprint pekerjaannya. Hanifah dan Romi berbarengan menyentuh mesin printing tanpa sengaja. 

"Mau ngapain?" Tanya Romi melirik pada Hanifah. 

"Pakek nanya, ya mau ngeprint lah" Jawab Hanifah dengan sewot nya. 

"Aku dulu, karna aku duluan yang sampai di depan mesinnya" Kata Romi menyerobot dari Hanifah. 

"Eh eh eh, nggak bisa, aku duluan. Ladies first" Hanifah menarik Romi untuk menyingkir. 

"Eh, kok main nyerobot gitu aja sih. Aku dulu aku yang sampai duluan, ini berkas penting harus segera dicetak" Kata romi menarik rambut Hanifah yang kebetulan pada saat itu tengah di kuncir kuda. 

Karna rambutnya ditarik oleh Romi, kepalanya terhuyung mengikuti arah tarikan Romi. 

"Iiiihhh, mmain jambak jambak aja, dipikir nggak sakit apa. Mbok ya cowok itu ngalah sama cewe" Kata Hanifa memprotes. 

Alhasil mereka saling dorong dan saling berebut satu sama lain. Hingga saat Indah dan Dimas datang dan hendak mengeprint juga. 

"Eh eh eh, ini kenapa kok malah pada berantem disini. Kayak anak kecil aja" Kata Dimas melerai mereka berdua. 

"Ya dia, main nyerobot aja orang mau ngeprint juga" Kata Hanifah masing ngotot. 

"Heh, yang mau ngeprint bukan cuma kamu doang, aku juga mah ngeprint. Udah awas awas" Romi mendorong kepala Hanifah untuk menyingkir, layaknya mengusir anak kecil yang kepo dengan mesin printing. 

"Hiiiieeeeeehhhggrr, bisa nggak sih nggak dorong dorong, mana dorong kepala lagi. Nggak bisa aku dulu pokoknya, kamu minggir" Hanifah mendorong Romi menggunakan tubuhnya, dan mereka kembali saling dorong dan tak mau kalah. 

Dimas dan Indah saling menepuk jidat melihat mereka yang saling rebut seperti anak kecil. 

"Hanifah, sudah ngalah aja" Indah menarik Hanifah untuk mengalah. 

"Nggak bisa, pokoknya aku duluan yang ngeprint. 

" Nggak, aku dulu" Romi masih tak mau mengalah. 

Dimas melihat kearah tempat tinta, dan tintanya terlihat kosong. Sepertinya tintanya belum ada yang mengisi, Dimas berjalan kearah Indah dan Hanifah. Membisikkan sesuatu pada Indah dan Indah membisikkan apa yang Dimas katakan pada Hanifah. Hanifah kemudian manggut manggut, dan akhirnya Hanifah mengalah pada romi. 

"Ya udah deh, kamu duluan sana. Dasar cowok nggak mau ngalah, maunya menang sendiri" Hanifah pergi dengan menghentak hentakan kaki karna kesal. Sementara romi memandang Hanifah yang pergi dengan pandangan yang aneh dan keheranan. 

"Kenapa dia tiba tiba ngalah, biasanya nggak bisa semudah itu ngalah" Kata romi heran pada Hanifah. 

"Mana tau, ya udah urusin urusanmu dan selesaikan. Udah waktunya istirahat, kita mau ke kantin dulu, bay" Indah menarik Dimas untuk pergi meninggalkan Romi sendirian. 

"Kenapa sih orang orang pada aneh aneh aja" Tutuk Romi sambil geleng geleng kepala. Lalu Romi menunaikan apa yang hendak ia lakukan disana, saat Romi mulai memakai mesin printer itu. Tersadar lah Romi, mengapa Hanifah mengalah dengan mudah setelah mendapat bisikan dari Indah. 

"Hehmmm, pantes aja mau ngalah. Orang udah dikasih tau ternyata tintanya habis, kurang asem juga Dimas sama Indah" Tutuk Romi sambil bertolak pinggang. 

Alhasil Romi yang mengganti tinta di mesin printer tersebut. Dan apesnya, tinta yang hendak ia isi malah muncrat dan mengenai bajunya. 

"Ya alloh ya Robby, huuuuh apes bener dah hidupku" Rutuk Romi karna kesal merasa dirinya kenak apes. 

"Ya ampun pak Romi, kenak tinta?" Tanya lastri pada Romi, lastri termasuk rekan kerjanya juga namun beda ruangan dengannya. 

"Enggak, saya cuma keciprata kopi dingin" Kata Romi berkelakar. 

"Kopi nggak gitu warnanya pak" Jawab lastri. 

"Ya udah tau kenak tinta, pakek nanya lagi" Rutuk Romi pada lastri. 

"Ye elah pak, gitu aja syewot" Balas lastri mengejek. 

"Udah udah,sana pergi, saya rasanya lagi pengen makan orang. Dari pada nanti kamu yang tak makan" Kata Romi mengusir lastri. 

Sementara itu, Dimas dan Indah terkikik karna berhasil mengerjai Romi. 

"Kira kira reaksi Romi gimana ya mas" Kata Indah sambil mengulum senyum. 

"Pasti dia nengira kalau ini adalah hari apesnya" Jawab Dimas tertawa. 

Setelah tertawa Dimas dengan sengaja memandangi Indah sambil tersenyum dan menopang dagu. Memandang lekat mata Indah, sampai membuat Indah salah tingkah dibuatnya. 

"Kenapa liatin kayak gitu?" Tanya Indah padanya. 

"Enggak, kamu cantik banget. Rasanya pengen cepet pulang, bawa kamu pulang" Kata Dimas masih terpaku memandangi Indah sang istri. 

"Jam pulang masih lama, lagian mau apa pulang?"

"Ya ngapain kek, pacaran halal kan bisa" Kata Dimas menaik turunkan alisnya menggoda Indah. 

"Pikirannya ngeres ya? Gak ada pacar pacaran, inget tadi kita kesiangan, cucian numpuk di rumah, nggak usah macem macem" Kata Indah mengingatkan sang suami. 

"Huuuhhhfffttt, iya juga ya. Yah gatot deh" Dimas menepuk jidatnya. 

"Ya udah deh nggak papa, ngomong ngomong soal tinta. Aku ada pertanyaan buat kamu" Kata Dimas melanjutkan. 

"Apa?" Tanya Indah pada Dimas. 

"Tinta,tinta apa yang nggak bisa luntur?" Tanya Dimas bermain tebak tebakan pada Indah. 

"Tinta ku padamu" Kata Indah dengan cepatnya menjawab dan membangunkan bibirnya pada Dimas. 

"Lah kok tau sih" 

"Tau lah, gombalan basi itu mah. Udah sering kamu nanya ke aku jadi nggak bakal nggak tau" 

Dimas hanya menggaruk garuk kepala, dan menyengir pada Indah. 

"Udah, waktu istirahat sudah usai. Sekarang kembali kerja. Yuk" Indah beranjak dan hendak membayar makanan yang ia pesan. 

Mereka berdua kembali masuk ke kantor dan hendak kembali berkerja, saat memasuki lorong ruangan kantornya. Dimas dan Indah berpapasan dengan Romi, yang bajunya berlumuran tinta hitam. Mana baju seragamnya berwarna putih, sehingga noda hitam itu sangat terlihat. Ditambah tintanya juga menciprati wajahnya. 

"Waduh, kamu kenapa Rom? Item item begitu" Tanya Indah terkaget melihatnya. 

"Pakek nanya lagi, nggak bisa liat ni tinta woy tinta, pantesan aja Hanifah gampang ngalah, ternyata udah dikasih tau sama kalian kalau tinta printer nya habis? Makanya tadi aku mau isi ulang tintanya, eh malah nyiprat ke baju. Dasar" Rutuk Romi pada Indah dan Dimas. 

Indah dan Dimas hanya tertawa terbahak bahak melihat Romi yang merutuki mereka. 

"Malah ketawa lagi, tanggung jawab. Gimana ini baju ku jadi item item begini" Kata Romi dengan nada kesal. 

"Apes kali nasibmu Rom Rom. Udah lah, kita mau lanjut kerja, jangan lupa tu bajunya di cuci kalau sudah dirumah" Dimas menepuk lengan Romi lalu meninggalkan Romi yang terdiam dengan ngenesnya. 

Hari yang apes bagi Romi telah terlewati dengan rasa sabar, meski tak jarang Romi mengeluarkan kata kata umpatan. Indah dan Dimas juga menyelesaikan pekerjaannya dengan serius. Tiba saatnya waktu pulang, Indah dan Dimas kini memasuki mobil dan melaju bergabung dengan mobil dan motor di jalan raya. Agak macet jalanan saat itu, karna memang bertepatandengan jam pulang kerja. 

"Huuuffft, capek banget" Kata Indah sembari membuka pintu rumahnya. 

"Oh ya mas, ada yang mau aku omongin sama kamu" Kata Indah sambil menjatuhkan diri duduk di sofa. 

"Mau ngomong apa? " Tanya Dimas melakukan hal yang sama. 

"Besok kita kan sudah pindah kantor, kata ibu kita di suruh tinggal serumah sama ibu" Kata Indah memberi tau. 

"Emang kamu udah kasih tau ibu, kalau kita dipindah tugaskan ke sana? "

"Udah, dan ibu minta supaya kita tinggal sama ibu, menurut kamu gimana?"

"Gimana ya sayang, masalahnya dirumah ibu masih ada ade ade kamu, nggak enak rasanya kalau kita tinggal disana. Mas juga pengen mandiri, dan kalau kita tinggal dirumah sendiri. Kita bakal bebas mau ngapain aja, dan kalau kita tinggal sendiri. Kamu bakalan bebas mau bangun jam berapapun kalau libur, ya meskipun ibu kamu tidak mempermasalahkan hal itu. Tapi alangkah baiknya kalau kita tinggal sendiri. Dan aku juga sudah mencari informasi rumah yang hendak di jual" Kata Dimas menanggapi. 

"Tapi tabungan kita belum cukup kalau untuk membeli rumah sayang" 

"Bisa dicicil kok, dan nggak ada bunganya. Dan aku mencari rumah yang dekat dengan rumah ibu. Kamu nggak usah khawatir" Kata Dimas menenangkan Indah. 

Episodes
1 Bab 1 Pindah
2 Bab 2 Random
3 Bab 3.
4 Bab 4. Rencana Kedepan
5 Bab 5. Korupsi
6 Bab 6. Mulut lemes
7 Memupukkan Kesabaran
8 Surat Peringatan
9 Mertua minta Cucu
10 Jamu Kuat
11 Siswa Magang
12 Reseh
13 Saatnya Kerja
14 Hidup Dengan santai
15 ODGJ Sialan
16 Ikhtiar
17 Nasi Goreng
18 Bagai Kucing Dan Anjing
19 Kasmaran
20 Mual
21 Penantian
22 Lain dihati Lain dibibir
23 Siapa Dia?
24 Ngidam
25 Kegelisahan Romi
26 Ungkapan Hati Romi
27 Gelisah
28 Kehebohan di Sore hari
29 Lelah, Letih, Lesu, Love you
30 Mode Manja
31 Indra Wijaya
32 Heboh di pagi Hari
33 Luka Hati
34 Cinta yang memabukkan
35 Kecurigaan Arumi
36 Rencana Acara Tujuh Bulanan
37 Keluhan Ibu Hamil
38 Tak Seindah isi Hati
39 Kuncup Bunga telah Mekar
40 Bahagia Bersamamu
41 Antara Bahagia dan Kecewa
42 Menjalani hidup Bersamamu
43 Wedding Flowers
44 Senandung Dalam Hujan
45 Rain All Day
46 Pasutri Bijak
47 Relakan Aku Pergi
48 Randomnya Indah
49 Mawar Yang Layu
50 Hempuha Huhang
51 Gelisahnya Dani
52 Karamnya Biduk Rumah Tangga
53 Cuti Melahirkan
54 Pergi ke Kota
55 Perdebatan
56 After Liburan
57 Launching Baby Twins
58 Makhluk Mungil Penghuni Rahim
59 Pulang Ke Rumah
60 Papa Mama Baru
61 Pasangan Random
62 Akikah Baby Twins
63 Drama Asi Dini Hari
64 Wajah Kusut
65 Kecelakaan Maut
66 Menggemaskan
67 Kembali berkerja
68 Duka..
69 Jalan-Jalan Sederhana
70 Daster Keramat
71 Hari Yang Membosanlan
72 Bayi Gede
73 Kerepotan
74 Angka Pernikahan Menurun
75 Sudah Dihubungi
76 Part nggak Jelas
77 Warna-Warni Rumah Tangga
78 Liburan Hanya Wacana
79 Mimpi serasa Jadi nyata
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Pindah
2
Bab 2 Random
3
Bab 3.
4
Bab 4. Rencana Kedepan
5
Bab 5. Korupsi
6
Bab 6. Mulut lemes
7
Memupukkan Kesabaran
8
Surat Peringatan
9
Mertua minta Cucu
10
Jamu Kuat
11
Siswa Magang
12
Reseh
13
Saatnya Kerja
14
Hidup Dengan santai
15
ODGJ Sialan
16
Ikhtiar
17
Nasi Goreng
18
Bagai Kucing Dan Anjing
19
Kasmaran
20
Mual
21
Penantian
22
Lain dihati Lain dibibir
23
Siapa Dia?
24
Ngidam
25
Kegelisahan Romi
26
Ungkapan Hati Romi
27
Gelisah
28
Kehebohan di Sore hari
29
Lelah, Letih, Lesu, Love you
30
Mode Manja
31
Indra Wijaya
32
Heboh di pagi Hari
33
Luka Hati
34
Cinta yang memabukkan
35
Kecurigaan Arumi
36
Rencana Acara Tujuh Bulanan
37
Keluhan Ibu Hamil
38
Tak Seindah isi Hati
39
Kuncup Bunga telah Mekar
40
Bahagia Bersamamu
41
Antara Bahagia dan Kecewa
42
Menjalani hidup Bersamamu
43
Wedding Flowers
44
Senandung Dalam Hujan
45
Rain All Day
46
Pasutri Bijak
47
Relakan Aku Pergi
48
Randomnya Indah
49
Mawar Yang Layu
50
Hempuha Huhang
51
Gelisahnya Dani
52
Karamnya Biduk Rumah Tangga
53
Cuti Melahirkan
54
Pergi ke Kota
55
Perdebatan
56
After Liburan
57
Launching Baby Twins
58
Makhluk Mungil Penghuni Rahim
59
Pulang Ke Rumah
60
Papa Mama Baru
61
Pasangan Random
62
Akikah Baby Twins
63
Drama Asi Dini Hari
64
Wajah Kusut
65
Kecelakaan Maut
66
Menggemaskan
67
Kembali berkerja
68
Duka..
69
Jalan-Jalan Sederhana
70
Daster Keramat
71
Hari Yang Membosanlan
72
Bayi Gede
73
Kerepotan
74
Angka Pernikahan Menurun
75
Sudah Dihubungi
76
Part nggak Jelas
77
Warna-Warni Rumah Tangga
78
Liburan Hanya Wacana
79
Mimpi serasa Jadi nyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!