Bab 5. Korupsi

Jum'at pagi jadwalnya senam pagi di kantor, meskipun hari ini adalah hari terakhir Dimas Dan Indah berdinas. Indah dan Dimas tetap semangat untuk melaksanakan kewajibannya sebagai ASN. 

Di barisan senam, Romi terus mencuri pandang pada Hanifah. Hanifah yang memakai celana training dan kaos lengan panjang berkerah, fokus dengan gerakan senam nya meski sembari bercanda dengan Indah. Senyuman Hanifah membuat Romi tak sadar ikut mengulas senyum, bahkan jantungnya terasa berdebar debar dengan hanya melihat senyum Hanifah. Pesona kecantikan Hanifah membuat Romi tak putus mencuri pandang pada Hanifah. Disamping Romi, Dimas melirik kearah Romi lalu melirik kearah pandangan mata Romi. Tau jika Romi diam diam mencuri pandang pada Hanifah, Dimas manggut manggut seraya tersenyum mengejek. 

"Mata dijaga rom" Kata Dimas seraya menyikut lengan Romi. 

"Apaan sih, orang aku nggak ngeliatin siapa siapa" Kolah Romi pada Dimas,  dan Romi mengalingkan pandangan. 

Meski berkilah, Dimas tak percaya akan apa yang dikatakan oleh Romi. Romi terlihat salah tingkah saat ditegur oleh Dimas, sementara yang tengah dikagumi masih asyik bersendau gurau dengan Indah. 

Usai melaksanakan senam pagi, mereka kembali ke dalam kantor dan memasuki ruangan masing. Disaat Romi tengah berjalan menuju ruangannya, ia tak sengaja mendengar percakapan antara pak gubernur dengan seseorang. Tadinya Romi hendak menyapa pak gubernur, namun Romi merasa janggal dengan gerak gerik dan sikap pak gubernur yang sedang mengobrol tersebut. Romi memutuskan untuk bersembunyi dan menguping pembicaraan mereka. 

"Saya serahkan semua proyek itu kepada kamu. Kalau untuk upah kamu tenang saja, pokoknya anggaran seratus juta itu harus cukup untuk membangun jalan sepanjang yang sudah saya bicarakan padamu" Kata pak gubernur yang berbicara dengan nada sedikit lirih. Bahkan sebelum bicara, pak gubernur terlihat memastikan jika tidak ada orang. 

"Tapi pak, dengan anggaran hanya seratus juta tidak mungkin membangun jalan sepanjang itu. Jika pun bisa, maka kualitas tidakterjamin, jalannya tidak akan bertahan lama pak" Kata pak pemborong yang ditugaskan oleh pak gubernur. 

"Ya nggak papa, tahun depan kan bisa turun lagi anggaran dari pusat untuk perbaikan jalan" Kata pak gubernur menyepelekan apa yang pak pemborong itu terangkan. 

"Sudah, saya nggak mau tau. Pokoknya dengan anggaran segitu harus cukup. Dan saya minta dalam waktu tiga bulan jalan itu harus rampung pembangunannya" Kata pak gubernur lagi. 

"Haduh, mana mungkin pak. Anggaran hanya seratus juta, membangun jalan sepanjang itu dan dalam kurun waktu tiga bulan harus jadi, ya saya yang puyeng ngatur keuangannya. Belum lagi bayar tukangnya nggak mungkin tukangnya nggak dibayar" Pak pemborong masih berusaha bernegosiasi dengan pak gubernur. Barangkali pak gubernur akan menambahkan anggarannya. 

"Ok lah, nanti saya tambahkan lima puluh juta lagi. Nggak usah mengutamakan kualitas jalannya, yang penting pembangunannya selesai dalam waktu tiga bulan. Sudah saya nggak mau ada bantahan lagi dari anda, kerjakan saja apa yang saya perintahkan" Kata pak gubernur, lalu pak gubernur beranjak pergi meninggalkan pak pemborong. 

Namun saat balik badan hendak pergi, pak gubernur melihat ada seseorang yang berada di balik tanaman palm yang besar batangnya. Romi yang merasa ketahuan, berpura pura tengah menelfon seseorang. 

"Pak Romi? Sedang apa disini? Bukannya ini jam kerja?" Tanya pak gubernur menegur Romi. 

"Eh iya pak, maaf tadi pas saya mau ke ruangan saya. Tiba tiba ibu saya menelfon dari kampung" Jawab Romi berkilah. 

"Oh, begitu. Apa telfonan nya sudah selesai?" Tanya pak gubernur pada Romi. 

"Oh sudah pak, ini baru selesai" Jawab Romi. 

"Kalau begitu boleh saya minta waktunya sebentar, saya mau ngobrol sebentar. Saya tunggu diruangan saya ya? " Kata pak gubernur pada Romi. 

Firasat Romi berprasangka buruk pada pak gubernur, apalagi raut wajah pak gubernur yang sangat tidak bersahabat membuat Romi semakin overthinking. Namun apalah daya, Romi sudah kepalang basah, akan tetapi ia tak sendirian. Saat pak gubernur hendak beranjak menuju ke ruangannya, Hanifah yang ternyata juga diam diam mendengarkan percakapan antara pak gubernur dan pak pemborong, tak sengaja Hanifah menyenggol tempat sampah saat hendak beeanjak dari balik dinding. Karna ia tau bahwa pak gubernur akan lewat, pak gubernur langsung menghampiri sumber suara. 

"Eeh pak" Hanifah yang ketahuan, hanya mampu menyengir seraya membenahi kotak sampah yang jatuh karnanya. 

"Kamu ngapain?" Tanya pak gubernur pada Hanifah. 

"Ini tadi ada kucing nabrak kotak sampah pak, saya mau benerin kotak sampahnya" Kolah Hanifah. 

"Bisa ikut saya sebentar" Kata pak gubernur pada Hanifah. 

Tercengang Hanifah mendengarnya, susah payah ia menelan salivanya. Sementara Romi mengulum senyum. 

"Untung nggak sendirian " Monolog Romi dalam hatinya dan bibirnya mengulum senyum. 

"Eeehh, baik pak" Jawab Hanifah tanpa pikir panjang. Kepalang malu dan panik, sehingga lidah Hanifah tak sempat menanyakan alasan apa Hanifah dipanggil untuk keruangan pak gubernur. 

Di sebuah ruangan gubernur, Romi dan Hanifah duduk berdampingan didepan meja pak gubernur. 

"Tak usah berlama lama, langsung saja katakan apa yang kalian dengar di percakapan saya dengan pak pemborong" Tanya pak gubernur tanpa basa basi. Wajahnya tampak serius menatap Hanifah dan Romi, terkesan pandangan mengintimidasi. 

"Eeee saya nggak dengar apapun pak. Memang tadi bapak bahas apa?" Dengan polosnya Hanifah malah bertanya balik pada pak gubernur. 

"Nggak usah berkilah, saya tau kalian pasti tau dan mendengar percakapan saya dengan pak pemborong barusan. Tapi tidak papa kalau kalian tidak mau mengakuinya, saya hanya mau ingatkan pada kalian, bahwa saya tidak akan segan segan berbuat lebih jauh dan tak kalian sangka. Jika... "

Hanifah dan Romi mengangkat kepalanya berbarengan, dari sebelumnya tertunduk dan tak mau menatap pak gubernur. 

"Jika kalian berani melaporkan saya kepada pihak KPK, bukan hanya kalian yang akan menerima imbasnya.. "

"Tapi pak, apa yang bapak lakukan ini sangat tidak benar dan tidak amanah, saya tau anggaran yang turun dari pemerintah pusat itu lebih dari seratus lima puluh juta. Kenapa bapak malah menggunakan uang itu untuk pembangunan hanya seratus lima puluh juta. Itu sangat tidak masuk akal pak" Kata Romi kini mulai alat bicara dan berpendapat atas apa yang dilakukan oleh pak gubernur. 

"Itu urusan saya, ingat saya disini gubernur dan kamu hanya bawahan saya. Ini bukan ranahmu, kalau kamu masih nekat melaporkan saya. Saya tidak akan segan segan menghabisi dirimu bahkan dengan keluargamu" Ancam pak gubernur pada Romi. 

"Dan kamu, kamu sama dengan pak Romi, jangan sampai kamu membocorkan rahasia saya pada siapapun. Kalau kamu berani membocorkan nya, maka kamu akan tau apa ya g akan terjadi dengan keluargamu" Pak gubernur menunjuk kearah Hanifah dan memberikan ancaman pada hanifah. 

Hanifah hanya mampu diam, ia takut atas ancaman dari pak gubernur. Namun biar bagaimanapun, tindakan korupsi pak gubernur memang harus dilaporkan,  dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. 

Selama mengobrol, Romi dan Hanifah hanya mendapatkan ancaman dari pak gubernur. Saat ini Romi dan Hanifah berjalan berdampingan hendak menuju ruangan mereka. 

"Kita kira nanti nasip kita bagaimana ya rom. Kalau kita tetap mendukung dan menerima sogokan dari pak gubernur kita yang dosa, tapi kalau kita laporkan ke pihak yang berwajib kita dalam bahaya" Kata Hanifah berbicara dengan Romi sambil berjalan. 

"Hemmm, aku juga tidak tau. Mungkin jalan terakhir kita bakal turun jabatan dan dipindah tugaskan sama seperti Indah dan Dimas" Jawab Romi menanggapi. 

Episodes
1 Bab 1 Pindah
2 Bab 2 Random
3 Bab 3.
4 Bab 4. Rencana Kedepan
5 Bab 5. Korupsi
6 Bab 6. Mulut lemes
7 Memupukkan Kesabaran
8 Surat Peringatan
9 Mertua minta Cucu
10 Jamu Kuat
11 Siswa Magang
12 Reseh
13 Saatnya Kerja
14 Hidup Dengan santai
15 ODGJ Sialan
16 Ikhtiar
17 Nasi Goreng
18 Bagai Kucing Dan Anjing
19 Kasmaran
20 Mual
21 Penantian
22 Lain dihati Lain dibibir
23 Siapa Dia?
24 Ngidam
25 Kegelisahan Romi
26 Ungkapan Hati Romi
27 Gelisah
28 Kehebohan di Sore hari
29 Lelah, Letih, Lesu, Love you
30 Mode Manja
31 Indra Wijaya
32 Heboh di pagi Hari
33 Luka Hati
34 Cinta yang memabukkan
35 Kecurigaan Arumi
36 Rencana Acara Tujuh Bulanan
37 Keluhan Ibu Hamil
38 Tak Seindah isi Hati
39 Kuncup Bunga telah Mekar
40 Bahagia Bersamamu
41 Antara Bahagia dan Kecewa
42 Menjalani hidup Bersamamu
43 Wedding Flowers
44 Senandung Dalam Hujan
45 Rain All Day
46 Pasutri Bijak
47 Relakan Aku Pergi
48 Randomnya Indah
49 Mawar Yang Layu
50 Hempuha Huhang
51 Gelisahnya Dani
52 Karamnya Biduk Rumah Tangga
53 Cuti Melahirkan
54 Pergi ke Kota
55 Perdebatan
56 After Liburan
57 Launching Baby Twins
58 Makhluk Mungil Penghuni Rahim
59 Pulang Ke Rumah
60 Papa Mama Baru
61 Pasangan Random
62 Akikah Baby Twins
63 Drama Asi Dini Hari
64 Wajah Kusut
65 Kecelakaan Maut
66 Menggemaskan
67 Kembali berkerja
68 Duka..
69 Jalan-Jalan Sederhana
70 Daster Keramat
71 Hari Yang Membosanlan
72 Bayi Gede
73 Kerepotan
74 Angka Pernikahan Menurun
75 Sudah Dihubungi
76 Part nggak Jelas
77 Warna-Warni Rumah Tangga
78 Liburan Hanya Wacana
79 Mimpi serasa Jadi nyata
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 Pindah
2
Bab 2 Random
3
Bab 3.
4
Bab 4. Rencana Kedepan
5
Bab 5. Korupsi
6
Bab 6. Mulut lemes
7
Memupukkan Kesabaran
8
Surat Peringatan
9
Mertua minta Cucu
10
Jamu Kuat
11
Siswa Magang
12
Reseh
13
Saatnya Kerja
14
Hidup Dengan santai
15
ODGJ Sialan
16
Ikhtiar
17
Nasi Goreng
18
Bagai Kucing Dan Anjing
19
Kasmaran
20
Mual
21
Penantian
22
Lain dihati Lain dibibir
23
Siapa Dia?
24
Ngidam
25
Kegelisahan Romi
26
Ungkapan Hati Romi
27
Gelisah
28
Kehebohan di Sore hari
29
Lelah, Letih, Lesu, Love you
30
Mode Manja
31
Indra Wijaya
32
Heboh di pagi Hari
33
Luka Hati
34
Cinta yang memabukkan
35
Kecurigaan Arumi
36
Rencana Acara Tujuh Bulanan
37
Keluhan Ibu Hamil
38
Tak Seindah isi Hati
39
Kuncup Bunga telah Mekar
40
Bahagia Bersamamu
41
Antara Bahagia dan Kecewa
42
Menjalani hidup Bersamamu
43
Wedding Flowers
44
Senandung Dalam Hujan
45
Rain All Day
46
Pasutri Bijak
47
Relakan Aku Pergi
48
Randomnya Indah
49
Mawar Yang Layu
50
Hempuha Huhang
51
Gelisahnya Dani
52
Karamnya Biduk Rumah Tangga
53
Cuti Melahirkan
54
Pergi ke Kota
55
Perdebatan
56
After Liburan
57
Launching Baby Twins
58
Makhluk Mungil Penghuni Rahim
59
Pulang Ke Rumah
60
Papa Mama Baru
61
Pasangan Random
62
Akikah Baby Twins
63
Drama Asi Dini Hari
64
Wajah Kusut
65
Kecelakaan Maut
66
Menggemaskan
67
Kembali berkerja
68
Duka..
69
Jalan-Jalan Sederhana
70
Daster Keramat
71
Hari Yang Membosanlan
72
Bayi Gede
73
Kerepotan
74
Angka Pernikahan Menurun
75
Sudah Dihubungi
76
Part nggak Jelas
77
Warna-Warni Rumah Tangga
78
Liburan Hanya Wacana
79
Mimpi serasa Jadi nyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!