Chapter 04

"Selamat pagi Nona" Seru Leni membangunkan Grace dari tidurnya dengan senyum cerianya.

"Pagi len" jawab Grace parau sambil menguap

"Maaf Nona aku langsung masuk, tadi sudah mengetuk pintu tapi nona tidur nyenyak sekali" Terang Leni, takut pelanggannya berpikiran salah tentangnya yang masuk tanpa ijin.

"tidak masalah" Grace beranjak dari tidurnya dan duduk bersandar di headboard sambil memeriksa ponselnya, tiba-tiba dia teringat dengan pria bule semalam "em Len boleh aku bertanya" ucap Grace.

"Dengan senang hati aku akan menjawabnya" ucap Leni tersenyum lebar.

"Sudah berapa lama kau bekerja disini" Tanya Grace

"Saya baru enam bulan nona, memangnya kenapa?" Tanya leni, tangannya sibuk membersihkan ruangan "Bajunya sekalian di laundry nona"

"Hmm.. Boleh" jawab Grace "apa kau tau rumah yang di ujung sana"

Leni menghentikan aktivitasnya dan tersenyum jahil menatap Grace "Nona mau bertanya tentang pemiliknya yaa" goda leni.

"Tidak.. Aku hanya tertarik dengan rumahnya" elak Grace.

"tertarik sama orangnya juga Gak papa bule Ganteng masih single"

"Benarkah" tanya Grace sedikit senang, karena pria idamannya ternyata masih single.

"Benar nona, dia datang ke sini kira-kira setahun yang lalu, dia itu pelukis, tapi asalnya dari mana aku tidak tau orangnya terlalu tertutup, dia selalu menjauhi setiap gadis yang mencoba mendekatinya" cerita Leni "Nona sarapan anda sudah siap" ucap Leni setelah menata makanan di atas meja.

"Kau kan bekerja baru enam bulan gimana bisa tau" tanya Grace.

"Kakakku bekerja untuk dia, menjualkan lukisan-lukisannya"

"Kakakmu?" Grace mencoba mengingat-ingat nama remaja yang semalam bersama pria bulenya "Rio" ucap Grace.

"Nona kenal kakakku"

"Ah iya semalam sempat bertemu di rumah itu"

"Jadi Nona sudah pernah ke rumah itu" ucap Leni terkejut.

"Memangnya kenapa?"

"Rumah itu tidak pernah bahkan tidak boleh di masuki wanita, aku saja tidak di ijinkan oleh kakakku"

"Benarkah"

"Benar nona"

"Tapi kenapa?"

"Itu karena pemiliknya anti dengan wanita"

Glace mengangguk-anggukkan kepalanya

"Nona aku bawa pakaian kotornya" ucap Leni dan pergi meninggalkan Grace yang masih sibuk dengan pikirannya.

Grace beranjak dan bergegas masuk ke kamar mandi melakukan ritual wajib pagi hari sampai Tiga puluh menit berlalu Grace keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kimono, dia mencari stok pakaian yang tersisa celana sepertiga berbahan kain dan kaos over size warna putih, di depan kaca Grace memoles sedikit wajahnya dengan bedak dan lisptik tipis-tipis.

"Tak perlu mamakai riasan tebal cukup yang natural saja karena kecantikan alami itu berasal dari dalam" gumam Grace sambil tersenyum nakal di depan kaca "Siapa yang akan tahan dengan pesona Grace Eveline, aku yakin tuh bule pasti kelepek-kelepek" ucap Grace percaya diri.

Grace berjalan mendekati meja yang sudah terhidang sandwich dan segelas orange juice, dia hanya menatap sarapannya dan tersenyum licik "Kalian diam disini dengan tenang ya, karena pagi ini aku akan sarapan dengan pangeran impianku" ucap Grace dan berjalan keluar kamar melancarkan misi melumpuhkan sang pangeran.

"Leni bilang dia orang yang sulit di dekati.. Ah Leni tidak tau saja kalau aku orang yang mudah mendekati" ucap Grace bermonolog di sepanjang jalan menuju rumah Ello.

Grace melongo dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, sebuah logo bertuliskan WOMEN NO ENTRY yang terpasang di pintu gerbang minimalis.

Tapi bukan Grace namanya kalau menerima begitu saja, tidak hilang akal Grace menaiki teralis besi yang tidak seberapa tinggi dan melompati pagar.

"kau benar-benar gila Grace kau tidak mengenalnya, apa hanya Karena dia tampan sampai-sampai kau seorang Sanjaya rela mengejar cinta orang yang tidak jelas, apalagi hanya seorang pelukis" celotehnya.

Grace berhasil masuk ke halaman rumah yang di kelilingi bunga-bunga segar, dia melangkahkan kakinya sambil menghirup aroma segar bunga dan berkeliling taman.

Tidak hanya aroma segar yang dia hirup tapi juga wangi masakan yang menariknya mendekati jendela yang terbuka.

Mata Grace membulat sempurna melihat Ello yang bertelanjang dada sedang membuat sarapan "Seksi" satu kata yang keluar dari mulut Grace membuat Ello menoleh ke arahnya.

"Kau!" seru Ello

"Hai! Apa kau menyiapkannya untukku" Grace melambaikan tangannya tersenyum menatap Ello, senyum yang mempesona kaum adam tapi tidak dengan Marcello.

"Apa yang kau lakukan di rumahku" ucap Ello ketus.

"Bukankah tadi malam aku sudah bilang kalau hari ini aku berkunjung"

Ello berjalan keluar menghampiri Grace "Cepat keluar dari sini" usirnya.

Bukannya pergi Grace malah terpesona melihat tubuh atletis milik Marcello yang di banjiri peluh. "Uwah" satu kata lagi lolos dari mulut Grace, tangannya mendarat di dada bidang milik Marcello

Greb

Marcello mencekal tangan Grace dan menariknya berjalan keluar taman.

"lepas, aku tidak mau pergi" berontak Grace.

"sebaiknya kau keluar dari sini Nona sebelum orang-orang berpikiran yang tidak-tidak" ucap Ello.

"tidak mau" kekeh Grace dan akhirnya tangannya bisa lepas dari cekalan Ello.

"Nona kita tidak saling kenal, apa kau tidak takut padaku bisa saja aku macam-macam terhadapmu"

"Tidak masalah.. Kalaupun kau mau macam-macam padaku aku dengan senang hati menerimanya"

"dasar konyol" Ello kembali mencekal tangan Grace dan membawanya keluar pagar, Ello mengunci kembali pintu pagar dan meninggalkan Grace yang masih berdiri di luar.

Grace menghembuskan napasnya pelan "Tenang Grace baru satu hari, nanti kita kembali lagi" Grace pun menuruni anak tangga dan berjalan di tepi pantai menuju resortnya.

gruuug...kruuuk..krucuk..krucuk..

"lapar ya" ucap Grace mengusap perutnya "kita kembali ke resort" ucapnya. Grace kembali berjalan setapak demi setapak hingga sampailah di depan resort.

Setelah kepergian Grace Ello kembali melakukan aktivitasnya yang sempat tertunda yaitu menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

Ello duduk di meja makan menikmati sepiring omelette buatannya, sesekali dia tersenyum mengingat adiknya yang suka sekali dengan omelette buatannya, kilatan kenangan masa lalu bersama keluarganya membuat dia menghempaskan napasnya berat "Aku merindukan kalian" gumamnya dan kembali menikmati sarapannya.

"Selamat pagi Brother" sapa Rio yang datang seperti biasa, mengambil lukisan Ello untuk di jual.

"Selamat pagi Rio" jawab Ello

"Hari ini brother Jadi pergi" Tanya Rio sambil membawa beberapa lukisan.

"Hmm.. Cat ku sebagian sudah habis" ucap Marcello.

Marcello membantu Rio membawa lukisannya dan meletakkannya di atas Tossa, Rio membawa Tossanya sedangkan Ello membawa motornya menuju lokasi tempat Rio menjual lukisan, bukan sebuah Galeri tapi Rio menjualnya di pinggir jalan ramai yang sering di lewati turis manca.

Setelah membantu Rio menata lukisannya Ello memilih berjalan menuju toko yang menjual cat dan juga peralatan lukis lainnya.

"Rio.. Aku pergi dulu" pamit Ello

"Siap brother.. Hati-hati di jalan" ucap Rio dengan senyum cerianya.

Ello tersenyum tipis dan melambaikan tangannya. Dia berjalan di atas trotoar menyusuri jalan menuju toko, setelah mendapatkan barang yang di butuhkan Ello bergegas keluar toko tanpa melihat ke kanan dan ke kiri dia berjalan begitu saja hingga tabrakkan pun tidak terelakkan.

BRUK!

"Heh! Jalan pakek mat...a"...

Bersambung..

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, Terima kasih 🙏🙏🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!