Pintu gerbang dibuka oleh seorang satpam, Nabila dan ibunya masuk melalui pintu samping. Nabila terpana saat melihat isi rumah ini, begitu mewah dan berkelas.
Berbeda sekali dengan rumah kontrakannya yang hanya ruangan berukuran sedang, dan beberapa kamar didalamnya.
"Assalamualaikum, nyonya," Sapa Hanum, ibu Nabila saat seorang wanita bercadar turun dari tangga. Hanum menarik anaknya untuk mendekati wanita itu.
"Waalaikumsalam, bi Hanum." Jawab wanita itu, mencium tangan Hanum tanpa ragu atau merasa risih. Wanita paruh baya bernama Hanum itu menepuk pundaknya sekilas, tersenyum hangat pada majikannya.
"Nyonya, boleh nggak saya dan anak saya tinggal disini untuk sementara waktu?" Tanya Hanum setelah diam beberapa saat, ragu apakah pantas dirinya untuk menanyakan hal itu.
Wanita bercadar itu mengangguk, lalu mengulurkan tangannya pada Nabila. Nabila mencium tangan wanita itu sungkan, terlalu baik jika seorang majikan memperlakukan pembantunya seperti itu.
"Nak, ini nyonya Kayla. Istrinya tuan Rayhan," Ujar Hanum memperkenalkan majikannya pada Nabila, gadis itu tersenyum sembari menunduk hormat pada Kayla.
"Halo tante, aku Nabila," Sapa Nabila tersenyum hangat, dibalas tepukan di pundaknya oleh Kayla.
"Kalian boleh tinggal disini sampai kapan pun kalian mau, semoga betah ya," Ucap Kayla tulus, sekali lagi menepuk halus pundak gadis yang berdiri dihadapannya.
"Terimakasih nyonya," Ujar Hanum penuh haru, lalu merangkul bahu putri kesayangannya.
"Yaudah, kalian boleh istirahat dulu. Mas Rayhan mungkin pulang agak larut, Julian juga masih belajar di kamar. Nanti kalau Mas Rayhan pulang tolong disiapin makan malam ya Bi,"
"Baik nyonya!"
* * *
Nabila masuk ke kamar barunya, kamar ini terletak dibelakang. Berdampingan dengan ruang makan, cukup lebar untuk ditinggali berdua bersama ibunya. Gadis itu tengah menyetrika seragam barunya, yang dibeli susah payah setelah menunggu hasil gajian.
Pintu terbuka, membuat Nabila sontak menoleh. "Kenapa bu?" Tanya nya saat melihat Hanum masuk terburu-buru.
"Kamu disini aja, diluar tuan Rayhan sama den Julian mau makan malam. Biar ibu sama nyonya Kayla aja yang bantu siapin makan malam, ingat kamu jangan keluar sebelum mereka selesai," Ucap Hanum memperingatkan, Nabila hanya mengangguk acuh lalu mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya.
"Iyaah," jawab Nabila singkat, lagipula dirinya tidak tertarik sama sekali untuk keluar. Menghabiskan waktu dengan belajar tentu saja lebih menyenangkan.
* * *
Pagi-pagi buta, Nabila yang sudah rapi dengan seragam sekolah dan juga sepeda kesayangannya sudah berangkat melalui gerbang samping rumah besar itu. Jarak rumah ini dengan sekolah barunya dua kali lipat lebih jauh dari sekolah lama Nabila, jadi gadis itu harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat lagi.
Lima menit sebelum bel masuk, Nabila sampai di tempat parkiran. Memarkirkan sepedanya, lalu bergegas menuju kelas yang ada di lantai dua.
Gadis dengan rambut hitam di kuncir kuda itu terlihat manis, dengan bibir tipis berwarna merah jambu pula.
Setengah berlari menaiki tangga, Nabila tidak sengaja menubruk seorang gadis yang berdiri dihadapannya. Gadis dengan rambut pendek diatas bahu itu menoleh, tatapan dinginnya cukup membuat Nabila bergidik takut.
"Maaf, aku nggak sengaja," desis Nabila menunduk dalam, gadis dihadapannya masih terdiam memperhatikan penampilan Nabila.
"Murid baru?" Tanya gadis itu setelah cukup lama terdiam, Nabila mendongak lalu mengangguk sembari tersenyum.
"Kelas berapa?" Tanya si gadis berambut pendek itu.
"Kelas sebelas IPA 2."
"Oh, kalau gitu kita sama. Ayo bareng," Gadis itu berbalik lalu berjalan menjauh, Nabila cepat-cepat menyusulnya.
"Oh ya? Tapi kemarin aku nggak liat kamu di kelas?" Tanya Nabila bingung, seingatnya kemarin tidak pernah melihat gadis ini.
"Gue baru pulang dari Bali, lomba kompetisi sains nasional." Jawab gadis itu sembari tersenyum hangat, Nabila menatap penuh takjub.
"Waaah, hebat banget. Nama kamu siapa?" Tanya Nabila antusias, masih berjalan cepat mengimbangi langkah gadis itu.
"Anisa, nama lo siapa?" Tanya nya kemudian.
"Oh, aku Nabila Azakiya Maureen. Kamu boleh panggil Nabila, Ureen atau Kiya juga boleh. Kalau ibu aku biasanya panggil Ureen atau sayang," Celetuk Nabila panjang lebar, gadis bernama Anisa disamping nya sampai mengernyitkan dahi, ternyata Nabila tidak seperti yang dia pikirkan. Ternyata gadis itu cukup humoris juga.
Sampai didepan kelas, Nabila dan Anisa berpapasan dengan rombongan Eagles yang juga baru datang dari arah berlawanan, Anisa yang berdiri di samping Nabila langsung membuang muka saat Zein menatap ke arah mereka.
"Weh Anisa udah balik, gimana lomba nya?" Tanya Andre, mendekati Anisa.
"Ya lomba, emang lo pikir kalo lomba gimana?" Tanya Anisa dengan mode sengak, memang terlihat jelas dari penampilan gaya rambut dan juga nada bicaranya gadis ini sedikit tomboy.
"Yee si eneng, ditanya baik-baik kok malah nyolot gitu." Ujar Kevin membela temannya. Anisa mengedikkan bahu, lalu berjalan cepat kedalam kelas saat melihat Zein dan Tito sudah lebih dulu masuk.
Nabila berlari menyusul, tidak ingin di tinggal sendirian bersama dua buaya yang siap menerkamnya kapan saja dengan rayuan maut.
Tepat setelah Nabila duduk di bangkunya, di samping Zein tentunya. Bel tanda masuk berbunyi, karena hari jum'at maka senam pagi pun akan dilakukan dilapangan terbuka oleh seluruh siswa dan guru SMA Taruma Bangsa.
Nabila menaruh tas nya di laci meja, lalu segera mendekati meja Anisa, kawan barunya. Dan mungkin, satu-satunya kawannya dikelas ini.
Setengah berlari menuju meja Anisa dan belum sempat sampai ditempat tujuan, Nabila lebih dulu jatuh terjerembab saat kaki seseorang dengan sengaja mencekalnya.
Gadis itu meringis saat dagunya tergores ubin, Anisa yang tengah menyusun beberapa bukunya sontak menoleh.
"Bila," teriaknya lalu berlari membantu Nabila untuk berdiri.
"Heh siapa yang jatohin dia?!" Sentak Anisa melihat beberapa gadis yang mengelilingi mereka, semua hanya diam menatap remeh.
"Emang gue perduli?" Ketus salah seorang gadis dengan rambut pirang yang ikat rapi.
"Bila dagu lo berdarah, ayo ke UKS." Anisa menyeret tangan Nabila untuk segera keluar, namun gadis itu malah memberontak.
"Nggak usah, aku obatin sendiri aja. Nggak sakit kok, kamu senam aja sana." Nabila melepaskan tangan Anisa lembut, lalu kembali ke bangku miliknya.
Anisa hanya bergidik, lalu keluar setelah memastikan Nabila memang baik-baik saja.
"Akh..," Gadis itu meringis lagi, ternyata bukan hanya luka di dagu, lutut nya pun ikut berdarah.
Zein yang sejak tadi masih setia duduk di bangkunya sama sekali tidak menoleh, pemuda itu hanya sibuk menuliskan sesuatu didalam buku catatannya.
"Sssh, sakittt," ringis Nabila lagi membersihkan darah kotor nya dengan kertas.
"Bisa diem gak?!" Nabila tersentak saat mendengar suara Zein, gadis itu menoleh. Lebih terkejut lagi saat mendapat Zein tengah menatapnya dengan tajam.
"Maaf...," lirih Nabila sembari menahan sakit dan tangis.
Oh astaga, sial sekali nasib gadis itu. Baru dua hari bersekolah di selolah baru, dan tanda-tanda bahwa harinya tidak akan berjalan mulus sudah muncul.
Zein mendengus, memilih untuk tidak peduli. Zein melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, apa lagi kalau bukan menulis.
"Kamu nggak ikut senam?" Tanya Nabila, sedikit mengintip dengan ekor matanya untuk melihat apa yang ditulis Zein.
"Nggak," jawab Zein ketus.
"Kenapa? Nanti dimarah guru gimana?"
Tidak ada jawaban.
"Kamu sakit?" Masih bertanya sembari melirik kertas milik Zein.
"Nggak,"
"Terus kenapa? Males?" Masih bertanya lagi, sepertinya sudah lupa dengan rasa sakit di dagu dan lututnya yang belum di obati.
"Iya,"
"Kamu nulis apa sih?" Nabila mengungkapkan rasa penasarannya, mendekatkan wajah untuk melihat lebih jelas.
Zein menutup buku miliknya secepat mungkin, lalu menatap tajam pada Nabila.
Nabila mengernyit, menatap Zein dengan sebelah alis yang terangkat.
Idih dasar topeng! Maki Nabila sepenuh hati, tentu saja hanya memaki dalam qalbu.
Tahu topeng kan? Ya, sesuatu yang menyerupai wajah manusia. Namun hanya satu ekspresi, bisa jadi tertawa, tersenyum, atau lainnya. Sama seperti Zein, wajahnya itu bak topeng yang tanpa ekspresi sama sekali.
Percuma kan punya wajah tampan menawan tapi tidak pernah tersenyum, tetap saja tidak enak dilihat.
🌺
🌺
🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Lisabrginting
aku mampir lagi ya thor😊
2021-10-25
0
Sashimi
onat ogeb 🤣🤣🤣
2020-08-23
2
是爱
game
jut
gas
go
.
up
p
seri
setor
ingus
game over
🤣🤣🤣
2020-08-23
2