Hari pertamanya di sekolah baru, berjalan cukup baik bagi Nabila. Hanya tadi saat jam belajar tengah berlangsung, gadis itu sama sekali tidak bisa fokus karena tingkah Zein di sampingnya. Pemuda itu, bukannya memperhatikan guru yang tengah menjelaskan justru asyik sendiri bermain game online dengan headset yang terpasang di telinganya.
Cukup lama Nabila menderita karena pemuda yang terus bergerak bak cacing kepanasan itu. Entah apa yang membuatnya begitu riang, dengan kaki yang dihentak-hentakkan pada lantai. Dan tangan yang memukuli meja.
"Emm, mas bisa tolong diam nggak? Aku lagi belajar," Bisik Nabila perlahan, tidak mau sampai ketahuan dirinya sedang mengobrol.
Zein yang semua fokus pada layar ponsel langsung mendongak, dan menatap tajam pada Nabila.
"Mas-mas, lo pikir gue tukang koran!" Dengus Zein lalu menatap tajam pada Nabila.
"Maaf, tapi kamu berisik. Aku nggak bisa fokus," Jawab Nabila masih dengan suara pelan.
"Ya siapa suruh lo duduk disini?! Masih banyak bangku lain disana," Zein semakin kesal, akibat menanggapi gadis itu berbicara dirinya harus mengalami kekalahan.
"Kan bapak Santos yang suruh aku duduk disini," Jawab Nabila polos, ditambah lagi dengan ekspresinya yang tidak bersalah sama sekali. Membuat Zein semakin geram, ingin sekali mencabik-cabik gadis mungil itu.
"Hei, yang dibelakang! Bisa diam tidak?!" Maki pak Santos di depan sana. Sontak membuat Zein dan Nabila menoleh padanya.
"Kalian berdiri di depan sekarang!" Titah pak Santos lagi, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah meja Zein dan Nabila. Sontak satu kelas menoleh, menatap tajam pada Nabila. Hari pertama disekolah sudah membuat keributan, mencari masalah dengan seorang Zein pula. Mungkin begitu batin mereka mencibir.
Belum beranjak dari tempat duduk, untungnya mereka di selamatkan dengan bel tanda pelajaran usai yang berbunyi. Nabila membatin lega, sedangkan Zein hanya angkat bahu tak peduli.
Prinsip hidup seorang Zein Julian Wijaya adalah 'Tidak mencampuri urusan orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mencampuri urusannya'
"Ya sudah, pelajaran cukup sampai disini. Kita lanjutkan hari jum'at, jangan lupa kerjakan tugas kalian. Terutama kalian The Eagles!" Pak Santos menatap tajam mereka bergantian.
"Ashiaaap, kalau nggak lupa yah pak!" Celetuk Andre sembari memukul meja dan terbahak. Disambut kehebohan murid lain.
"Kalau main game nya udah selesai pak," Kevin ikut menambahkan, membuat suasana semakin gaduh.
"Kalau apelin pacar udah selesai pak!" Pandu ikut berceletuk, lalu terbahak sendiri dengan kalimatnya.
Suasana mendadak hening, menatap geli pada Pandu yang duduk di samping Andre.
"Krik.. Krik..."
"Sudah-sudah diam semua! Kalau hari jum'at kalian tidak mengerjakan tugas, siap-siap mentraktir saya jajan di kantin lagi!" Ucap pak Santos tegas. Guru yang satu itu memang rada nyeleneh. Jika guru lain menerapkan hukuman seperti membersihkan wc, lari keliling lapangan, dan memberi hormat pada bendera untuk membuat jera pada murid badung. Maka lain dengan pak Santos, pria berkepala botak mengilat dengan kumis lebat itu akan menghukum siswa-nya dengan mentraktir jajan di kantin.
Dan tidak main-main, pria itu bahkan bisa menghabiskan sekaligus jajan dikantin. Maka tidak ada murid yang berani melanggar peraturan guru matematika itu, atau mereka harus terpaksa menghabiskan jatah uang jajan bulanannya. Katakan lah pak Santos memeras, namun nyatanya hukuman itu membuat jera para murid.
* * *
Jam pelajaran berganti, murid-murid yang tadinya duduk rapi di bangku masing-masing. Sekarang sudah berjingkat kesana-kemari. Terutama rombongan 'Eagles' tujuh pemuda itu langsung mendekati kursi Zein, dan bersiap mabar game online.
"Eh, ini kan ciwi yang tadi woy?!" Ucap Kevin menatap Nabila dengan kening yang berkerut dan mulut yang menganga lebar.
"Eh, iya njir. Waah pantesan babang Zein anteng, disampingnya ada ciwi cantik rupanya." Celetuk Andre semangat.
Gadis bernama Nabila itu tersenyum kikuk, ingin pergi namun, dirinya sudah terkepung pemuda-pemuda yang mengelilingi mejanya dan Zein.
"Kenalan dulu kita neng, namanya siapa?" Tanya Kevin semangat, merapikan rambut dengan telapak tangan. Lalu mengulurkan tangannya pada Nabila.
Nabila menatap tangan pemuda itu, lalu dengan ragu menyambut uluran tangannya.
"Nabila," Jawabnya polos dengan senyum kecut.
"Oh, Nabila. Nama kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu, nggak tau kalau nanti sore, tunggu aja." Rayuan maut ala Kevin mulai keluar. Membuat teman-temannya mendelik tajam.
"Basi woy basi, lo kaga bisa cari rayuan lain?!" Aric menimpuk wajah Kevin dengan kertas yang sudah diremas-remas menjadi bulatan kecil.
"Yee, sirik aja lo anak bisul!" Kevin berdecak sebal. Pemuda itu masih menahan tangan Nabila yang sudah terlihat risih dan ketakutan.
"Dih si Paidi, mulut nya bocor gak bisa disaring dulu," Itu suara Pandu, sejak tadi pemuda itu fokus saja pada game nya. Namun lama-lama geram juga mendengar keributan Kevin.
"Nabila...," Andre mengangguk-angguk. Otaknya sedang berpikir keras, kira-kira gombalan maut apa yang cocok untuk gadis mungil itu.
"Tertusuk jarum itu memang sakit, namun lebih sakit melihatmu dengan yang lain." Ucap Andre dengan nada selembut mungkin.
"Hobaah, aheeek!" Rian ikut memanas-manasi suasana.
"Basi woy, basi lebih asik juga gombalan gue!" Kevin tidak mau kalah. Pemuda itu melepaskan tangan Nabila, lalu meraih ponsel di saku celana. Bersiap melunjur dunia maya.
"Nabila, jika malam tak benderang tanpa sinar bulan. Maka begitu lah aku, hidup ini hampa sebelum dirimu datang." Kevin membacakan sepenggal kalimat receh yang didapat dari quote Instagram.
"Apaan curang, gak kreatif lu. Masa nyontek mbah gugel!" Tito mencibir, mulai keluar kalimat pedas level mantap.
"Bisa diam nggak kalian?!" Suara serak khas Zein keluar, semua terdiam namun masih cekikikan menahan tawa.
"Babang Zein mulai bersabda gaess!" Aric menyahut riang.
Zein mendelik tajam, lalu menghempas kasar ponsel nya di meja. "Mau diem atau gue yang bungkam mulut kalian?" Tanya Zein santai, membuat jantung Nabila yang sedari tadi berlari-lari semakin bertambah tak karuan.
"Lanjut game guys!" Aric memberi aba-aba. Jika Zein sudah berbicara dengan nada santai itu artinya pemuda itu benar-benar kesal. Lain hal jika berkata sinis, justru pemuda itu tengah ikut bercanda.
Unik memang, namun begitulah seorang Zein Julian Wijaya. Tidak mudah untuk mengerti dirinya yang penuh teka-teki. Bahkan desahan napas dan tatapan pemuda itu, seringkali sukar untuk ditebak. Apa maunya? Apa kehendaknya?
Begitulah nasib Nabila, terjebak diantara cowok-cowok yang tengah asyik mabar game online. Sesekali mereka mengumpat penuh kekesalan, membuat jantung Nabila hampir melompat saking terkejutnya.
Terkadang pula berteriak heboh, saat salah satu dari mereka mendapat double kill atau bahkan savage.
Mungkin Nabila harus menguatkan jantungnya agar tidak bergeser dari tempat seharusnya, nasib malang yang menimpanya masih akan terus berlanjut hingga waktu istirahat nanti tiba.
🌺
🌺
🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Grizelle
Ide bagus tuh😂🤣
2022-01-18
0
Atika R
andaikan karakter cwe ny kaya oji
2021-05-01
0
vhiit widianti s 💕
menarik
2020-09-04
1