Bel istirahat berbunyi, sebagian murid menghambur menuju kantin untuk mengisi perut yang kosong. Memulihkan tenaga dan otak untuk tetap bertahan hidup hingga bel pulang tiba. Nabila yang masih belum mengenal siapa-siapa memilih untuk tetap didalam kelas, menghabiskan kotak bekal yang sudah disiapkan oleh ibunya.
Gadis itu melirik pada Zein yang entah sedang menulis apa, teman-temannya yang lain sudah keluar. Tapi entah angin apa yang membuat pemuda itu pagi ini tetap memilih berdiam diri didalam kelas.
"Mas nggak kekantin?" Tanya Nabila sembari membuka kotak bekalnya. Zein menoleh, mata elangnya menghunus tajam.
Pemuda itu mendengus sebal, seumur-umur baru kali ini ada seorang gadis yang memanggilnya 'Mas. Zein meletakkan pena nya lalu menoleh pada Nabila. Ingin sekali memaki gadis tidak tahu diri disampingnya ini, tapi karena dirinya tidak hobi berbicara panjang lebar membuat Zein mengurungkan niat.
Nabila mulai menyantap bekal makan siangnya, hari ini ibunya memasak lebih pagi dari biasanya hanya untuk membuatkan gadis itu bekal makan siang.
Zein melirik kotak bekal berwarna pink dengan gambar kartun di tutupnya, mengernyitkan dahi saat melihat makanan yang di lahap oleh Nabila.
"Kenapa? Kamu mau?" Tanya gadis itu dengan makanan yang masih memenuhi mulutnya. Zein menggeleng, lalu membuang muka.
"Ini tuh namanya oncom, pasti kamu gak pernah makan yah?" Tanya Nabila menggeser kotak nasinya ke arah Zein.
"Gak penting!" Ketus pemuda itu, lalu bangkit meninggalkan kursinya. Dengan langkah santai dan tangan yang disematkan kedalam saku celana, Zein keluar dari dalam kelas. Menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu ke kantin.
Suasana kantin sangat ramai, kebisingan terdengar memekakkan telinga. Pemuda dengan setelan baju yang terlihat rapi itu melangkah melewati meja yang ramai diisi para gadis. Zein melangkah acuh, hanya mengangguk saat beberapa orang menyapanya.
"Welcome babang Zein," Aric berdiri lalu setengah duduk mempersilakan Zein untuk duduk. Zein mendelik, lalu memukul pundak sahabatnya.
Pandu yang tengah menyantap makanannya seketika tersedak saat melihat sosok gadis cantik yang nampak tak asing, gadis itu datang bersama seorang pemuda dengan pakaian rapi dan atribut lengkap. Gibran namanya, seorang ketua osis yang tahun lalu menjabat sebagai sekretaris umum kepengurusan osis.
"Bangs4t!" Umpat pandu menyuarakan kekesalan, semua sontak menoleh pada pemuda itu.
"Kenapa lo ***?" Tanya Kevin terheran, pemuda yang hampir memasukkan sesendok makanan kedalam mulut itu mengurungkan niat.
Pandu menunjuk seorang gadis yang berjalan disamping Gibran dengan dagunya, semua sontak menoleh pada tersangka.
Zein menoleh dengan malas, tidak tertarik sama sekali. Namun rasa penasaran yang menggelitik hatinya membuat pemuda itu ikut menoleh.
Putri?! Zein bergumam kecil, melihat sosok gadis yang berjalan disamping Gibran sang ketua osis.
"Itu cewek bener-bener nggak punya otak, udah tahu Zein..., masih aja jalan sama Gibran!" Aric ikut mengomentari dengan cibiran pedas.
Zein mendengus, rasa kesal dan sesak menyarang dihatinya. Melihat sosok gadis yang hampir dua tahun ini mengisi hatinya bersama pemuda lain, sangat membuat mood nya berantakan.
Zein bangkit, lalu mendorong kursi dengan kakinya. Pemuda itu berjalan santai keluar dari kantin walau hatinya bergemuruh menahan amarah.
"Babang Zein, makannya belum di pesan lho!" Teriak Tito dengan suara dibuat menggemaskan.
"Diem lo b4cot!" Tito mengelus lengannya yang mendapat tepukan keras dari Andre.
"Kuy susul lah, biar si Putri urusan belakangan," Ujar Rian langsung bangkit dari kursinya menyusul Zein..
Kevin menjadi yang terakhir, pemuda itu tengah memakan suapan terakhir makanannya. Mubazir pikirnya, langsung berteriak saat teman-temannya sudah menjauh.
"Woy, ini yang bayar siapa?! Main kabur aja kalian anak kutil!" Teriaknya memanggil teman-temannya.
"Bayarin yah, sesekali sedekah sama yang kurang mampu," Teriak Tito menahan tawa, lalu merangkul bahu Aric keluar dari kantin.
"Ya Allah, apa salah hamba punya teman minim akhlak semua..," Kevin menengadahkan wajah dengan ekspresi memelas, meratapi nasib uang jajan nya untuk seminggu yang akan kandas setelah membayar makanan teman-temannya.
* * *
Zein kembali kedalam kelas, pemuda itu berjalan santai. Namun netra tajam nya mengedarkan pandangan, hanya ada beberapa orang gadis didalam kelas. Dan si kutu buku juara kelas bernama Joko.
Zein duduk dibangkunya, melirik sekilas pada gadis disebelahnya yang sedang menulis entah apa dibukunya.
"Kenapa?" Tanya Nabila saat memergoki Zein tengah meliriknya.
Zein menatap sinis dengan alis yang berkerut, lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Idih, punya mulut gak digunain. Dengus Nabila lalu meneruskan pekerjaannya.
"Nama lo siapa?" Tanya Zein setelah beberapa lama terdiam, membuat Nabila sontak menoleh.
"Aku?!" Tanya gadis itu menunjuk dirinya sendiri.
Mendengus kesal, Zein menoleh lagi. "Bukan, buku yang lo pegang tuh!" Ucapnya kemudian.
"Oh," Nabila menutup bukunya untuk memperlihatkan sampul berwarna pink mengilat.
"Hello Kitty," Ujarnya tanpa beban, Zein memukul keras mejanya. Membuat beberapa murid di depan sontak menoleh karena terkejut, begitu juga dengan Nabila. Gadis itu hampir jatuh tersungkur karena pukulan keras Zein.
"Gue nanya nama lo!" Ucap pemuda itu kesal, menatap Nabila dengan mata elangnya.
"Na.. Nabila," Jawab Nabila tergagu, masih memegangi jantungnya yang hampir berpindah tempat.
"Tadi kan nanya nama buku, ya aku kasih tau," Tambahnya kemudian, membuat Zein menggertakkan gigi gemas. Ini sebenarnya dia atau Nabila sih yang gila?
Gue yang gila, kenapa mau bicara sama gadis gila. Lirihnya dalam hati, lalu kembali fokus pada ponsel di tangannya.
"Mas-nya nggak makan?" Tanya Nabila kemudian, tanpa mendongak dari buku dihadapannya.
Zein tidak menjawab, terlalu malas membuang tenaga untuk berbicara dengan gadis itu.
"Punya mulut tuh digunain mas, di luar sana banyak banget orang bisu yang berharap bisa ngomong," Seloroh Nabila tanpa sadar, berhasil membuat Zein mendongak dari ponsel ditangannya.
"Lo ngomong apa?" Tanya pemuda itu dingin, membuat Nabila langsung menutup mulut menyesali perkataannya.
"Hahahah, nggak. Aku lagi ngitung, hasil dari ini tuh berapa yah?" Nabila menunjuk bukunya yang penuh coretan, Zein menoleh lalu menarik buku itu dari tangan Nabila.
"Gini aja nggak ngerti, lo nggak lulus SD ya?" Sindirnya tajam, membuat Nabila reflex memukul lengan pemuda itu.
Zein berdecih, lalu melihat lengannya yang tadi tersentuh, mengelap dengan buku seolah merasa jijik.
"Maaf," Ucap Nabila, lalu menjauhkan bangkunya dari Zein. Pemuda itu hanya mengangguk lalu menuliskan beberapa coretan dibuku Nabila.
"Zein!" Suara seorang gadis terdengar, membuat dua orang itu sontak menoleh ke sumber suara.
Di depan pintu, berdiri seorang gadis bertubuh tinggi dengan setelan seragam nge-press yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Rok nya yang pendek memperlihatkan paha mulus dan jenjangnya.
Nabila menoleh pada Zein yang masih terdiam di tempatnya, namun mata pemuda itu masih menatap lekat pada seorang gadis yang berdiri di depan pintu.
🌺
🌺
🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Grizelle
🤣😂😂😂😂😂😂😂 polos banget
2022-01-18
0
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-08
0
Sashimi
next
2020-08-23
2