"Zein!" Suara seorang gadis terdengar, membuat dua orang itu sontak menoleh ke sumber suara.
Di depan pintu, berdiri seorang gadis bertubuh tinggi dengan setelan seragam nge-press yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Rok nya yang pendek memperlihatkan paha mulus dan jenjangnya.
Nabila menoleh pada Zein yang masih terdiam di tempatnya, namun mata pemuda itu masih menatap lekat pada seorang gadis yang berdiri di depan pintu.
"Kamu di panggil loh," Ucap Nabila sembari menunjuk gadis didepan pintu dengan dagunya. Zein masih bergeming ditempatnya, namun tatapan pemuda itu belum teralihkan.
"Zein!" Panggil gadis itu lagi, melangkah masuk dengan santai.
"Kak Zein, aku cariin loh," ujarnya duduk diatas meja. Sempat melirik Nabila sebentar, lalu menatap Zein dengan hangat.
Zein berdehem, pemuda dengan rambut hitam yang berdiri acakan itu mengusap wajahnya. Berdiri dan menarik tangan gadis itu dengan cepat.
"Kenapa Put?" Tanya Zein setelah menghempas tubuh gadis bernama Putri itu kedinding.
"Kak Zein jangan salah paham, aku sama kak Gibran nggak ada hubungan apa-apa," Kata Putri dengan nada yang menggemaskan.
Zein memijat pangkal hidung, sudah berapa kali dirinya menyatakan perasaan pada gadis bernama Putri ini, namun selalu di tolak dengan alasan orangtua nya belum mengizinkan berpacaran. Tapi, sudah beberapa kali Zein memergoki Putri berdua dengan Gibran.
"Oh," Sahut singkat Zein, lalu berpaling dari gadis itu.
"Kakak anterin Putri ke kelas," Putri menarik lengan Zein, membuat pemuda itu menghentikan langkahnya. Zein menoleh lagi, lalu mengangguk saat melihat tatapan penuh harap dari Putri.
Koridor kelas dipenuhi bisikan-bisikan para siswi penggemar Eagles Lovers saat Zein melintas, namun tatapan tajam mereka berikan pada Putri yang berjalan disamping pemuda itu.
Putri menggandeng erat lengan Zein, seolah menunjukkan kedudukannya dihati pemuda itu.
Sampai didepan kelas sepuluh IPS 2 Zein membukakan pintu untuk Putri, lalu mendorong sedikit tubuh gadis itu.
"Nanti gue antar pulang, tunggu di parkiran," Ucap Zein sembari menepuk puncak kepala Putri, kemudian berlalu meninggalkan koridor kelas sepuluh yang terletak di lantai dasar.
* * *
Bel pulang berbunyi, Nabila segera mengemasi barang-barangnya. Setelah pulang sekolah, dirinya harus bekerja paruh waktu untuk membantu ibunya memenuhi biaya hidup. Gadis itu keluar dari kelas dengan semangat menuju parkiran tempat menaruh sepedanya tadi pagi.
Gadis itu terpana saat melihat banyak dari murid sekolah ini yang menggunakan kendaraan bermotor, bahkan banyak yang menggunakan mobil sendiri. Berbeda dengan dirinya yang hanya menggunakan sepeda butut bekas hadiah ulangtahunnya tahun lalu dari sang ibu.
Nabila bukan seperti anak lain yang beruntung mendapat fasilitas mewah dari orangtuanya. Gadis itu harus membantu ibunya untuk mencari nafkah dengan bekerja paruh waktu, ibunya adalah seorang asisten rumah tangga, ayah kandungnya sudah meninggal sejak dirinya masih kecil.
Semangaaatt!! Teriak gadis itu dalam hati, sudah cukup dirinya meratapi nasib yang kurang beruntung. Ratapan kesedihan tidak akan pernah bisa mengubah gadis takdir kehidupan bukan?
Tin!
Nabila terkejut saat sebuah motor sports hitam menyuarakan klaksonnya didepan, gadis itu cepat-cepat menarik sepedanya menepi.
"Eh neng Nabila, kuy bareng aa' Kevin aja," Kevin membuka kaca helm full face nya, lalu menepuk-nepuk jok dibelakangnya.
Nabila menggeleng sembari tersenyum, gadis itu melirik kiri-kanan. Semua orang memandangnya dengan tatapan tak bersahabat, membuat gadis itu bingung sendiri dimana letak kesalahannya.
"Ngapain parkir sepeda disini?" Tanya salah seorang gadis yang melintas, membuat Nabila dan rombongan Eagles menoleh.
"Semua orang juga tahu ini tuh kawasan parkirannya The Eagles, sepeda butut lo itu nggak pantes ada disini," Sindir seorang gadis lagi disebelahnya.
Nabila mengeryit bingung, gadis itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Lho, memangnya disini ada tulisannya dilarang parkir selain The Eagles? " Tanya gadis itu polos, membuat semua orang bungkam.
"Kakak serius mau anterin Putri pulang?" Suara seorang gadis terdengar, diikuti suara langkah kaki dari belakang.
Tito yang masih berdiri didekat Nabila sontak menoleh, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Siapa lagi jika bukan Zein, namun kehadiran Putri disampingnya membuat Tito, Pandu, Aric dan Andre menatap malas. Keempat pemuda itu membuang muka.
"Udah dibilangin berapa kali, masih aja percaya sama si rubah," Celetuk Andre dengan nada rendah.
Zein naik keatas motornya, memasang helm dan menghidupkan mesin. Setelah Putri naik di jok belakang, Zein langsung melajukan motornya. Diikuti rombongan Eagles lain yang mengekor dibelakang motornya.
Nabila menatap tujuh pemuda yang mengendarai motor masing-masing itu. Sungguh berkah bagi dirinya karena mempunyai kesempatan menuntut ilmu disekolah ini, selain mendapat beasiswa dirinya juga berkesempatan mengenal para The most handsome dari sekolah ini.
* * *
Malam hari, setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya menjadi seorang pelayan disebuah cafe, Nabila pulang dengan wajah yang terlihat lelah. Namun gadis itu masih mematung didepan pintu, mendengarkan perdebatan ibu dan ayah tirinya lagi.
"Mas! Jangan ambil uangnya, itu simpanan ku untuk bayar hutang di warung depan. Mas, aku mohon!" Teriak ibu Nabila didalam, terdengar suara benturan keras setelahnya.
"Makanya kalau kerja yang bener biar dapat banyak uang, aku juga butuh uang untuk judi!" Suara berat seorang lelaki terdengar, Nabila meringis saat mendengar ibunya kesakitan minta tolong. Gadis itu berdiri mematung didepan pintu, dengan air mata yang membahasi pipinya.
Tidak lama pintu terbuka, terlihat seorang pria paruh baya dengan rambut gondrong mengenakan kaus oblong yang lusuh. Tato di lengan sebelah kanan dan lehernya terlihat jelas, tidak lupa dengan kalung rantai yang besar dan celana jeans yang robek dibeberapa bagiannya.
Pria itu berdecih saat melihat Nabila, memasukkan uang ke saku celana lalu mendekati anak tirinya.
"Apa kabar sayang? Nanti setelah gajian jangan lupa setor ke ayah!" Ucapnya sembari mencengkram kuat dagu Nabila, membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Denger nggak!" Tanya pria itu membelalakkan mata dan menggertakkan gigi. Nabila spontan mengangguk dan memejamkan kedua matanya.
"Bagus!" Melepas cengkraman dan mendorong tubuh Nabila, pria itu pergi dengan tertawa bahagia.
Nabila berlari masuk kedalam, menjerit saat melihat ibunya terduduk dilantai menahan rasa sakit diperutnya.
"Ibu, ibu kenapa?" Tanya Nabila menarik tangan ibunya untuk duduk di kursi kecil.
"Ibu nggak papa sayang, beresin baju-baju kamu. Kita pergi dari sini sekarang ya,"
"Kemana?" Tanya Nabila sesenggukan menahan isak tangis.
"Kita tinggal dirumah majikan ibu, ayo cepat sebelum ayah kamu pulang dan menyiksa kita lagi," Ibunya meringis, memegangi perutnya yang terbentur sudut meja. Nabila mengangguk, menghapus sisa air mata lalu berlari kedalam kamar.
"Ini rumah majikan ibu?" Tanya Nabila saat sampai disebuah gerbang rumah mewah bergaya khas Eropa, dengan dominasi cat warna putih.
"Iya sayang, kita tinggal disini untuk sementara. Ayah pasti nggak bisa temuin kita disini," Wanita paruh baya itu mengelus puncak kepala anaknya.
"Majikan ibu orangnya baik kok, istrinya bercadar. Anaknya juga baik dan ganteng, dia juga masih SMA kaya kamu."
🌺
🌺
🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
atmaranii
rmhnya zein kli yaaa
2021-04-01
0
Ayyu_5
kemarin pas nemu nama2 ank di sosmed auto keinget kayla yg lagi hmil bsar🤣 , ,smpek kebawa di dunia nyataa 🤣
2020-09-04
1
Ayyu_5
di part pulang sklah aku kok bayanginnya kek adegan di senetron anak jalanan yak 🤣🤣
2020-09-04
1