Sebuah sedan hitam terparkir di tempat parkir sekolah Ratih. Darma berdiri di samping mobilnya sambil matanya sesekali melirik ke arah jam tangannya. Matanya berkeliling menyusuri setiap sudut sekolah.
Namun sedari tadi dia tidak menemukan Ratih.
"Mungkin masih di kelas." Gumam Darma.
Tak lama kemudian, matanya tertuju pada sosok yang di carinya. Ratih dan kedua temannya Yuli dan Rani sedang berjalan menuju ke arahnya. Mereka kemudian menghampiri Darma.
"Mas Darma..." ucap Ratih yang tak menyangka, kalau Darma sudah ada di parkiran sekolahnya.
"Udah lama Mas?" tanya Ratih.
Darma tersenyum.
Rani dan Yuli saling pandang, menatap wajah tampan Darma yang penuh kharisma, tanpa berkedip.
"Wah...very very tampan....!" Yuli meneguk Saliva nya.
"ckckck... apakah ini pangeran yang selama ini ada di mimpi ku yah?" Rani geleng-geleng kepala, sembari matanya terus menelusuri Darma dari atas sampai bawah.
"Hai kenalin. Aku Rani." Rani mengulurkan tangannya, Darma pun menyambutnya.
"Aku Darma." Ucap Darma memperkenalkan diri.
Yuli menyenggol tubuh Rani, dan mendorong paksa tangan Rani yang masih bersalaman dengan Darma.
"He he he...kenalin. Aku Yuli mr.ganteng." Kata yuli mengerlingkan matanya, dan tangannya masih tetap memegang erat tangan Darma.
"ehm." Ratih berdehem dan melepas tangan Yuli dan Darma.
"Udah dulu yah kenalannya." Ratih memandang Yuli dan Darma bergantian.
"ciyee ciyee...cemburu nih ye." Ucap Rani meledek Ratih.
"Apaan sih ! " Ratih tersipu malu. Wajahnya merona.
"Ratih, aku di suruh ibu kamu, datang kesini untuk menjemput kamu." Ucap Darma.
"Oh iya. Maaf yah Mas Darma, jadi ngerepotin." Ratih tak enak hati.
"Nggak apa-apa kok Ratih. Sama sekali nggak ngerepotin. Aku justru seneng kalau di repotin kamu." Darma menyeringai.
Untuk saat ini dia harus bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya Ratih yang masih ABG itu.
"Oh...so sweatnya." Rani menyenggol bahu Ratih.
Ratih memelototi Rani.
Rani dan Yuli terkekeh.
"Oya. Kalian mau pulang jugakan? ya udah kita bareng aja. Sekalian nanti kita mampir makan siang di cafe." ujar Darma sembari merangkul bahu Ratih.
Sepertinya Ratih juga sudah cukup nyaman dengan Darma. Padahal mereka baru saling kenal. Mungkin karena Darma itu orangnya asyik, jadi dia bisa cepat akrab dengan siapa saja. Dia bisa menyesuaikan diri bergaul dengan siapa saja.
Mungkin karena itu dia punya banyak teman dan kenalan.
Mulai dari teman kerja, teman nongkrong atau bahkan teman perempuannya yangbtak terhitung jumlahnya.
"Wah... mr.ganteng. Boleh nih kita ngikut?" tanya Yuli senyam-senyum genit.
Yuli memang berbeda dari Ratih dan Rani. Ratih dan Rani tampak kalem. Tapi kalau Yuli masih saja caper kalau ada orang ganteng. Padahal dia sudah punya pacar.
"Kak ganteng mau traktirin kita yah?" tanya Rani antusias.
"Iya." Jawab Darma singkat.
"Mas nggak kerja?" tanya Ratih.
"Mas pulang lebih awal Ratih." Jawab Darma tersenyum simpul, yang membuat hati Rani dan Yuli dag dig dug ser...!
senyum mautnya itu lho...
yang membuat para gadis bertekuk lutut.
Tapi Darma tidak pernah menanggapi para gadis itu dengan serius. Baginya cinta pertamanya itulah yang masih ada dalam hatinya saat ini.
Walau sekarang dia harus bisa menerima kenyataan, kalau Asri cinta pertamanya itu sudah menjadi milik orang lain.
***
Setelah makan siang di cafe,vRatih kembali pulang ke rumahnya di antar Darma.
Sesampai di rumah Ratih di sambut Dian dan Raka adik kecil Ratih. Dian yang masih berumur tujuh tahun dan Raka yang masih berumur tiga tahun.
Dian dan Raka setia menggandeng kakaknya sampai masuk rumah.
"Oya. Mas Darma bawain kalian ice cream." Darma membuka kantong plastik yang di bawanya dan memberikan dua potong ice cream pada Dian dan Raka.
"Makasih Mas Darma." Kata Dian berterimakasih.
"Iya sama-sama." Jawab Darma.
"Kalian berdua, sana main di kamar. Mama mau ngomong penting sama kakak kalian." Bu Lisna menatap kedua anaknya, yang langsung mendapat anggukan dari keduanya. Dian dan Rakapun pergi meninggalkan mamanya.
Darma dan Ratih kemudian duduk di ruang tengah. Di ikuti kedua orang tua Ratih.
Darma jadi gugup sendiri. ap**a yang mau mereka katakan?
"Aku mau masuk dulu yah Mas Darma. Mau ganti baju." Ucap Ratih yang kemudian berlalu pergi meninggalkan ketiga orang itu.
"Darma, Ibu mau nanya sama kamu. Apa kamu sudah benar-benar suka sama anak Ibu?" tanya Bu Lisna menatap tajam Darma. Sorot matanya mengintimidasi. Membuat Darma gugup.
Ah nih orang. Apa-apaan sih. Baru datang bukan di suguhin minum, malah di introgasi begini. Tahu gini, mending pulang aja tadi.
"Iya Bu. Aku suka." Jawab Darma sekenanya.
"Bagus."
"Bagus apanya yah Bu?" tanya Darma bingung.
"Ya Bagus. itu artinya kamu harus cepat-cepat menikahi anak saya. Kalau tidak, Saya akan mencarikan jodoh lagi untuknya."
"Bu, nggak bisa gitu dong, Ratihkan masih sekolah. Setidaknya nunggu Ratih lulus dulu. Baru saya akan melamarnya." Darma mencoba memberi pengertian.
"Ya udah kalau Nak Darma nggak mau. Saya mau pilihin lagi, laki-laki yang mau secepatnya menikahi anak saya."
"Ma," ucapan Pak Rudy terhenti, saat Bu Lisna mengangkat tangannya.
"Papa diam! ini urusan Mama dengan Nak Darma. Biarkan Mama bicara. Papa diam aja dulu!." Bentak Bu Lisna.
"Nak Darma, apa kamu tahu apa yang menyebabkan saya bersikeras untuk menikahkan Ratih?" Bu lisna mencoba menceritakan kondisi Ratih pada Darma. Bu Lisna tidak mau menutup-nutupi tentang kondisi anaknya saat ini.
Darma menggeleng.
"Sejak SMP kelas tiga, Ratih sakit. Dan dia bukan sakit biasa yang seperti kita alami. Ratih itu suka kerasukan jin. Dan sampai sekarang, jin itu belum mau pergi dari tubuhnya.
Ibu sudah sering sekali menemui orang pintar. Tapi hasilnya masih tetap sama." Bu Lisna mencoba bercerita.
"Oh..."Darma manggut-manggut mendengar penuturan Bu Lisna.
"Dan Nak Darma harus tahu, kalau Ratih itu suka sekali depresi. Kalau dia sedang marah, dia tidak bisa mengontrol emosinya.
Ratih itu tidak bisa di kasari. Dia pasti akan menangis dan mengamuk jika ada seseorang yang menyakiti hatinya. Jiwanya saat ini sedang tidak labil. Apalagi kalau dia memikirkan sesuatu. Pasti otaknya bisa ngedrop. Dan dia bisa jatuh sakit. Untuk itulah Ibu mau Ratih berhenti sekolah dan menjadi seorang istri aja di rumah."Kata Bu Lisna panjang lebar.
Darma manggut-manggut mencoba mencerna semua penjelasan Mamanya Ratih.
Ah nih orang sebenarnya maunya apa sih.
"Terus." Ucap Darma datar.
"Ya Ibu sih, penginnya Nak Darma itu menikahi anak saya dan menjadikan dia istri. Saya kepengin anak saya sembuh. Mungkin dengan menikah dia akan sembuh. Karena kebahagiaannya itu adalah kesembuhannya."
Darma sudah tidak kuat lagi berlama-lama di tempat Ratih. Bu Lisna ternyata sangat cerewet. Membuat telinganya hampir meledak gara-gara ucapannya yang tanpa jeda.
"Ya udah kalau begitu. Saya pamit pulang dulu. Sudah sore." Darma beranjak dari duduknya.
Setelah itu Darma berpamitan pada kedua orang tua Ratih
Darma kemudian melangkah menuju ke tempat mobilnya di parkir.
"Dasar orang tua aneh. Di mana-mana orang tua yah mau anaknya sukses dulu. Baru menikah. Lah ini penginnya anaknya menikah dan berhenti sekolah." Gumam Darma pelan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments