Bab 2

"Aaaaaaaagh..." Ratih berteriak frustasi.

Dia kemudian membanting semua benda yang ada di kamarnya. Dia memporak-porandakan kamarnya. Pak Rudy dan Bu Lisna saling menatap.

"Tuh kan Pa. Kumat lagi dia. Mama nggak mau ngurusin anak stres kayak dia."

"Sabar Ma. Dia itukan masih remaja, dia masih labil Ma. Mama harusnya ngerti dong, kondisi kejiwaannya saat ini. Mama jangan terlalu maksain kehendak Mama."

"sabar...sabar...Sampai kapan Pa ! udah sana, Papa urusin anak stres itu. Mama mau tidur." Bu Lisna kemudian naik ketempat tidurnya, dan berbaring di atas ranjangnya tanpa memperdulikan amukan Ratih.

Ratih di kamarnya menangis dan berteriak semakin menjadi-jadi. Pak Rudy melangkah ke kamar Ratih. Dia mau mencoba untuk menenangkannya.

"Ya Allah Nak, sabar Nak...Sabar. Istighfar." Pak Rudy mendekap putrinya erat. Dia mencoba untuk menenangkan amarah Ratih.

Sudah dari kecil Ratih mempunyai kelainan. Dia sangat sensitif dengan kata-kata kasar, ucapan yang menyakitkan, dan dia tidak bisa untuk berfikir terlalu keras.

Itu akan membuat tubuhnya ngedrop. Dia tidak bisa mengendalikan emosinya saat dia marah, dan dia bisa jatuh sakit saat masalah mulai membebani pikirannya.

Sabar Nak. Maafkan Papa. Karena Papa nggak bisa membantumu.

Papa memang Papa yang tidak berguna. Maafkan Papa karena Papa tidak bisa mengobati mu. Papa nggak punya biaya.

***

Minggu Pagi, cahaya mentari menelusup masuk ke kamar Ratih. Ratih mengerjapkan matanya. Matanya tampak bengkak.

Yah, semalaman dia menangis dan mengamuk. Di kamarnya juga masih berantakan. Bantal-bantalnya yang berserakan di lantai, baju-bajunya yang di lemari dia acak-acak, cermin riasnya pun hancur berkeping-keping. Kamarnya Pun sudah seperti kapal pecah.

Ratih menyibak selimutnya dan beranjak pergi ke kamar mandi.

Dia meraih handuk dan langsung menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, Ratih Pun keluar dari kamarnya.

Saat tiba di ruang tengah, Ratih melihat sosok Darma yang sedang berbincang dengan Bu Lisna di ruang tengah. Dia tersenyum pada Ratih. Ratih Pun membalasnya dengan perasaan malu.

"Lihat dia. Gadis macam apa jam segini baru bangun! nggak kayak anak lainnya. Bangun pagi-pagi langsung bantuin Mamanya di dapur." Kata Bu Lisna mengejek Ratih di depan Darma.

Bu Lisna memang seperti itu orangnya. Kalau bicara ceplas-ceplos, dan mulutnya tidak bisa di jaga dari kata-kata yang membuat lawan bicaranya sakit hati.

"Huh..." Ratih mendengus kesal dan berjalan meninggalkan mereka menuju dapur.

"Sudahlah Bu, namanya juga ABG. ABG sekarang pasti sulit untuk di atur." Kata Darma sembari senyam--senyum sendiri dan menggeleng-geleng kan kepalanya.

"Ayo di minum Nak kopinya." Bu Lisna memerintahkan Darma untuk meminum kopi yang sedari tadi dia suguhkan.

Tak selang beberapa lama, Pak Rudy masuk ke dalam rumahnya. Dia mendapati Darma sedang bertamu di rumahnya.

Pak Rudy mendekat. Darma yang melihat kedatangan Pak Rudy, langsung berdiri dari duduknya dan mencium punggung tangan Pak Rudy.

"Eh Nak Darma, ayo duduk." Pak Rudy mempersilahkan Darma duduk kembali.

Darma duduk. Kemudian Rudypun ikut duduk di samping Darma.

"Nak Darma. Menurutmu bagaimana dengan anak ku? apa kau suka? "Bu Lisna membuka suara.

Darma yang sedang meminum kopi tersedak. uhuk...uhuk...

"Eh, Nak Darma nggak apa-apakan?" tanya Bu Lisna khawatir.

"Nggak apa-apa Bu."Jawab Darma sembari meletakan kopinya kembali di atas meja.

"Maksud ibu apa yah?" Darma tak mengerti.

"Maksud saya, menurut Nak Darma, bagaimana anak saya? apa Nak Darma tertarik?

kalau iya, saya akan sangat bahagia, kalau Nak Darma bersedia menjadi menantu saya." Kata Bu Lisna memperjelas.

Darma tercengang mendengar ucapan Bu Lisna.

Apa maksudnya ini. Jadi Bu Lisna menyuruh aku datang kesini, mau jodohin aku dengan anaknya?

"Kalau menurutku, Ratih itu gadis yang cantik, pendiam, dan aku suka gadis yang kalem. Nggak kebanyakan gaya, kayak ABG jaman sekarang." Kata Darma kemudian.

"Oya...! Kalau begitu segeralah lamar anak ku." Kata Bu Lisna antusias.

"Ma..." Pak Rudy menatap istrinya

intens.

"Udahlah Pa, Papa diam aja! Ini urusan Mama juga Nak Darma." Pinta Bu Lisna.

Apa-apaan ini. Ini orang waras nggak sih? kenal aja belum genap dua bulan udah main lamar segala.

"Aduh Bu, apa itu semua nggak terlalu terburu-buru yah? lagian, aku kan baru dua bulan mengenalnya.

Diakan masih sekolah juga. Aku rasa, nunggu dia lulus dulu. Setidaknyakan, dia sudah lulus SMA. Ada baiknya, kalau kita saling mengenal dulu." Kata Darma.

Darma tampak bingung dengan ucapan Bu Lisna. Dia masih tak mengerti dengan jalan pikiran Bu Lisna. Kenapa tiba-tiba dia meminta Darma untuk melamar Ratih? pacaran juga nggak, cinta juga nggak.

"Lah...kelamaan Nak Darma. Kalau Nak Darma belum siap dengan semua itu, ya sudah. Aku akan memilihkan calon lagi untuk anak ku." Kata Bu Lisna yang membuat Pak Rudy dan Darma terkejut.

Apa lagi ini. Ini orang sudah sinting yah. Masa kecil-kecil udah mau di jodohin. Mau di kenalin ama lelaki. Dimana-mana yah orang tua mendukung anaknya sukses, baru di nikahkan. Lah ini Masih SMA kelas dua. Udah mau di cariin jodoh, Orang tua macam apa dia !

"Ma..." ucap Pak Rudy, yang lagi-lagi mendapat pelototan dari istrinya.

"Papa nggak usah ikut campur! ini urusan Mama!" Teriak Bu Lisna.

Pak Rudy hanya bisa bungkam. Tak berani melawan istrinya.

"Yah nanti saya pikirkan Bu. Tapi tolong beri kesempatan saya untuk mengenal Ratih lebih jauh." Darma melihat ke arah Ratih, yang sedari tadi berdiri mematung menatap ke arah tiga orang yang sedang berbincang di ruang tengah itu.

"Tapi apa Nak?" Tanya Bu Lisna penasaran.

"Apa Ratihnya mau? Aku tidak ingin Ratih merasa terpaksa." Kata Darma berbasa-basi. Darma kembali menatap Ratih yang masih berdiri mematung.

"Yah. Dia pasti mau. Dia juga sangat menyukaimu Nak Darma, sejak pertama kali bertemu Nak Darma, Ratih sudah jatuh cinta. Iyakan Ratih?" Kata Bu Lisna sok tahu.

"Secara, Nak Darma itu kan Ganteng. Kalau saya masih muda, saya juga nggak bakal nolak. Iyakan Ratih? sini Nak duduk." Perintah Bu Lisna sembari mengulum senyum.

Darma merasa geli dengan ucapan Bu Lisna. Ini tante-tante, genit juga yah.

Pak Rudypun masih bungkam.

Malu-maluin aja istri saya ini.

Ratih diam saja. Dia kemudian berlalu pergi kekamarnya, tanpa menoleh pada ketiga orang itu.

***

Di sekolah, Ratih tampak murung. Dia berjalan menuju kekelasnya dengan langkah gontai. Rani dan yuli menghampirinya.

"Ratih kamu kenapa?" tanya Yuli

"Aku nggak apa-apa kok." Jawab Ratih lesu.

"Udah ceritain aja ke kita, siapa tahu kita bisa bantu semua masalah kamu." Tambah Rani.

Ratihpun akhirnya memberanikan diri untuk bercerita pada kedua sahabatnya.

"Wah...akhirnya sahabat kita punya pacar juga." Kata Yuli sembari memeluk Ratih.

"Hush...pacar pacar," desis Rani.

Yuli tertawa kecil.

"Terus perasaan kamu kedia gimana?" tanya Rani.

"Aku nggak tahu. Kita tidak pernah ngobrol berdua, kecuali lewat telpon dan chat."

"Oh..." Rani dan Yuli manggut-manggut mendengar penuturan Ratih.

"Tapi aku rasa, dia memang pria yang tampan, perhatian, humoris dan juga romantis. Dan aku suka.

Walaupun dia tidak pernah ngobrol secara langsung. Karena aku malu kalau di ajak ngobrol dia." Kata Ratih tersipu. Wajahnya merona.

"Terus usia dia sekarang berapa?" tanya Yuli ingin tahu.

"27 tahun. Beda sepuluh tahun dari aku. " Jawab Ratih.

"Wow...he..." ucap Yuli terkekeh.

"Kalau kamu suka, terus apa yang membuat kamu murung?" tanya Rani.

"Mama. Dia mau membujuk Mas Darma, untuk mempercepat pernikahan kita?.

Lah aku kan belum tahu persaan Mas Darma ke aku gimana? dan aku juga masih ragu dengan persaanku juga."

"what...!" ucap Yuli.

Rani dan Yuli saling pandang.

"Kapan kamu mau menikah? setelah lulus sekolah?" tanya Yuli penasaran sembari mengernyitkan kedua alisnya.

Ratih mengedikan bahunya.

"Kok gitu sih. Apa kamu nggak mau nyari pengalaman dulu? Hidup terikat itu nggak enak lho. Mending kita hidup seperti sekarang. Tidak ada yang bisa ngatur-ngatur kita. JOMBLO ABADI ha...ha...ha...." Rani tertawa lepas, sembari tangannya menelusuri isi tasnya. Dia mengeluarkan bukunya.

"Eh udah ah. Nggak usah membahas ini lagi. Sebentar lagi kan masuk." Pinta Ratih.

Bel masukpun berbunyi. Semua siswa masuk ke kelasnya untuk menerima pelajaran.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!