Bab 5

Senin pagi. Darma berangkat ke kantornya. Seperti biasa, dia selalu membawa bekal dari rumah untuk sarapan.

Darma melangkah menuju ke meja kerjanya. Diapun duduk dan meletakan barang bawaannya di atas mejanya.

"Wih...bawa bekal apa tuh?" tanya Arfan rekan kerjanya yang kemudian duduk di depan Darma.

"Biasa nasi goreng. Gue nggak sempat sarapan di rumah."

"Kenapa?" Arfan mengernyitkan kedua alisnya.

"Yah kesiangan lagi. Gue takut telat." Kata Darma datar.

"Oh...Nongkrong lagi?"

"Lah biasalah bujangan. Mau apa lagi. Ya pasti nongkronglah. Enakan mah elu. Udah punya istri, udah ada yang di peluk tiap malam."

"Yah makanya, nikah bro..."

Darma tersenyum sembari geleng-geleng kepala.

"Yah parah lu. Kalau gue ngomongin nikah... aja, cuma di ketawain. Mau lu, jadi bujang tua?"

"Gue lagi nunggu Mas Husni dulu. Biar dia nikah duluan." Jelas Darma.

"Udah nggak jaman sekarang mah, nikah nungguin kakaknya. Kalau udah ketemu yang cocok, sikat aja. Ngapain nunggu kakak. Belum tentu kakak lu nikah. Secara gue tahu, kalau Mas Husni itu terlalu kaku ama cewek."

"Heh, jangan hina kakak gue kaya gitu. gitu-gitu juga dia kakak gue!"

"Iya iya iya...Tapi sekarang lu nyeselkan udah di tinggal nikah Asri?" tanya Arfan.

Darma terdiam. Namun kali ini, raut wajahnya tidak seperti kemarin-kemarin. Darma tampak lebih santai menanggapi.

Biasanya kalau di singgung soal Asri, wajahnya berubah seketika.

Ekspresinya sangat jelas, kalau dia sangat kecewa dan marah. Tidak seharusnya dia mengulur-ulur waktu untuk mengikat Asri. Namun nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terlambat. Sekarang Darma cuma bisa pasrah, semoga saja hatinya masih bisa terbuka untuk perempuan lain.

"Huh, Asri udah benar-benar mengecewakan ku." Desah Darma frustasi.

Setelah itu, Darma mengambil hape di sakunya. Wajahnya yang tadi murung seketika menjadi sumringah.

Gadisku

Darma senyam-senyum sendiri.

Arfan mengamati dengan detail wajah Darma, sahabatnya itu.

"Kayak ada yang beda dengan lu." Gumam Arfan.

Darma diam. Dia mengambil kotak makananya dan membukanya.

"Beda apanya?" tanya Darma sembari menyuapkan sesendok nasi goreng pada mulutnya.

"Lu kelihatan lebih fresh sekarang. Udah bisa move on?" Arfan menyenderkan badannya ke kursi.

"Yah...lumayan." Ucap Darma santai.

"Lumayan gimana?" tanya Arfan mengernyitkan kedua alisnya.

"lumayan, rasa nasi gorengnya. Lu mau?" Darma malah mengalihkan pembicaraannya.

"Nggak. Gue udah kenyang." Arfan menggelengkan kepalanya.

"Pasti istri lu udah masakin yah."

"Ya tentu."

Darma memang tidak akan bisa melupakan Asri sepenuhnya. Namun dia harus tetap mencoba untuk melupakan Asri. Dia juga tidak mau jadi bucin.

Selama ini memang banyak perempuan yang dekat dengannya. Namun kebanyakan dari mereka menjadikan Darma sahabat.

Cuma sekedar teman curhat. Karena yang mereka tahu, kalau Darma adalah tipe lelaki setia.

Dia tidak pernah punya fikiran untuk mengkhianati Asri. Dia juga tidak pernah tergoda atau tertarik pada perempuan lain. Di hatinya cuma ada Asri, cinta pertamanya yang di harapkan akan menjadi cinta terakhirnya.

Namun ternyata, jodoh tak berpihak padanya. Sekarang Asri sudah menjadi istri orang.

ting.

hape Darma berbunyi.

Darma langsung meraih hape yang ada di depannya.

Sebuah chat dari Ratih.

"👍Selamat bekerja yah Mas Darma...tetap semangat."

Darma tersenyum. Ah anak ini. Makin hari makin ngegemesin aja.

Arfan masih saja memperhatikan Darma. Seperti penasaran dengan perubahan sikap Darma akhir-akhir ini.

Lagi-lagi Darma tersenyum memandangi hapenya.

Arfan langsung merebut paksa hape Darma.

"Apaan sih lu ah. Sialan!" umpat Darma kesal.

"Bentar. Gue pengin lihat. Ada apanya sih nih hape. Sampai-sampai seorang Darma bisa senyam-senyum sendiri kayak orang gila. Jangan bilang lu setres di tinggal nikah Asri yah."

"Apaan sih...!" kata Darma merebut hapenya kembali dan memasukan ke kantong celananya.

"Yah...kok di ambil sih."

"Kebiasaan sih lu, main rebut aja. ini hape privasi gue. Nggak boleh ada yang ngelihat.

Dari pada lu kepo ama kehidupan pribad orang, mending sana lanjutin kerja. Sebentar lagi si bos datang."

Arfan terkekeh. Dia tampak tersenyum menang bisa membuat Darma pagi-pagi kesal.

"Ya udah, gue pergi dulu.Jangan lupa Bro...Nikah! Keburu jadi bujang tua lu." Kata Arfan sembari menepuk-nepuk bahu Darma.

"heh...bawel ! lama-lama gue platuk juga kepala lu sampai benjol. Baru tahu rasa lu."

"ha...ha...ha..."Arfan tergelak, sembari berlalu meninggalkan tempat kerja Darma.

***

Jam istirahat, Ratih duduk sendiri di kantin sekolah.

"Mas Darma kok belum ngechat lagi yah?" gumam Ratih.

ting.

hape Ratih berbunyi.

Ratih dengan semangat membuka notifikasi di hapenya.

Senyumnya mengembang.

"Baru di omongin udah nongol. Panjang umur kamu Mas." gumam Ratih lirih.

"Dedek cantik. Lagi ngapain? udah makan belum?"

begitulah isi chatnya.

Ratih dengan semangat membalasnya.

"Aku lagi di kantin Mas. Mau pesen makan."

KIRIM

"Oh baru mau makan?"

KIRIM

"Iya Mas. Mas sendiri udah makan belum?"

KIRIM

"Ini mau pesen juga. Lagi bareng ama temen-temen kantor. Di cafe dekat kantor."

KIRIM

"Kalau aku lagi sendirian. Yuli dan Rani, nggak tahu kemana. Paling juga nyamperin cowoknya."

KIRIM

"He ... Makanya Adek punya cowok dong, biar nggak kesepian."

KIRIM

"Ah siapa sih cowok yang mau sama aku. Aku kan jelek.😢"

KIRIM

"Kata siapa jelek, kamu cantik kok. Tinggal di poles dikit aja, langsung kinclong he...😑"

KIRIM

Ratih tersipu. Wajahnya merona merah, semerah buah tomat. Seandainya Darma ada di dekatnya, pasti Darma akan meledeknya habis-habisan.

"Adek Mas kangen..."

KIRIM

"Apa...? Ah Mas.Kangen...kangen...kayak orang pacaran aja."

KIRIM

"Emang kita pacaran kan?"

KIRIM

Ratih yang sedang minum tersedak. Saat melihat isi chatnya. Dia tampak sangat gugup. Jadi salah tingkah sendiri.

Untunglah saat itu dia sedang sendiri.Jadi nggak malu-maluin banget.

"Apa pacaran?" gumam Ratih lirih, sembari masih tidak percaya dengan kata-kata barusan.

"Dedek cantik."

"Dedek cantik."

"Kok diam aja."

Ratih tidak membalas pesan Darma lagi. Dia sangat malu. Lalu dia pergi meninggalkan kantin menuju kelasnya.

Sementara itu di sisi lain, Darma senyam-senyum sendiri.Membuat semua temannya saling berpandangan.

"Kenapa lu, senyam-senyum sendiri? kesambet lu?" Nino menatap Heran Darma.

"Iya tuh, nggak tahu. Dari tadi pagi, tingkahnya aneh. Kayak orang nggak waras." Sahut Arfan.

"Alah ... gue tahu, paling dia udah pengin kawin ha...ha...." Nino tertawa lepas.

"Kalian berdua apa-apaan sih. Berisik!" bentak Darma.

Setelah itu, Darma berdiri dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan kedua sahabatnya itu.

"ckckck...kesambet apaan tuh yah?" kata Arfan.

"Paling kesambet cewek, ha...ha..." Nino tergelak.

Dan dua orang sahabat itu pergi meninggalkan caffe menyusul Darma.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!