Setelah pertemuan hari itu dengan David Bramantyo, Rani tidak bisa melupakan pemuda itu. Dia takjub dengan wajah tampannya dan perawakan tubuh pemuda itu yang atletis.
"Aduuh...rasanya seneng banget kali ya...punya laki seganteng dan sekeren itu." pikir Rani sambil senyum-senyum sendiri di dalam kamar yang dia dan Erni tempati selama liburan ini. "Kenapa nih anak senyum-senyum sendiri?" kata Erni sambil menjitak pelan kepala Rani.
"Aduh...apaan sih loe Er....ngangetin orang aja." kata Rani sambil bersungut-sungut sebal karena lamunan indahnya diganggu cewek heboh satu ini.
"Ya..lagian elo.. dari tadi dipanggil ibu buat makan malam tuh.." imbuh Erni. Langsung Rani melesat keluar kamar menghampiri ibunya yang sedang di dapur setelah mendengar penjelasan Erni.
"Hooii...Rancil....pertanyaan gw belom lo jawab. Kenapa loe senyum-senyum sendiri? " teriak Erni dari kamar tapi tak mendapat jawaban karena Rani sudah keburu kabur menghampiri ibu di dapur.
"Ibu manggil Rani? " tanya Rani ke dapur tempat ibunya yang sedang sibuk mencuci gelas.
"Iya...kamu sama Erni mau makan disini apa mau ke luar?" tanya ibu. "Disini aja deh bu...Rani capek dari pagi udah main air melulu soalnya."jawab Rani sambil memeluk ibunya dari belakang.
"oke kalau begitu..mau masak apa mau pesan aja?" tanya ibu sambil berbalik dan memeluk putri semata wayangnya itu. "Pesan aja lah bu. Kasian ibu juga pasti kan capek seharian tadi jalan-jalan." jawab Rani tak tega kalau ibunya harus masak makan malam pula.
Padahal perjalanan ini kan judulnya liburan. Akhirnya mereka memutuskan untuk memesan makanan khas Bali ke bagian dapur penginapan. Memang penginapan ini termasuk lengkap. Pengunjung bisa masak sendiri ataupun memesan makanan ke dapur. Bila memasak sendiri pengunjung bisa mengambil atau memesan bahan makanan yang dibutuhkan ke bagian dapur.
Sambil menunggu pesanan makan malam datang Rani,ayah,ibu dan Erni berkumpul di ruang tengah menonton TV dan makan buah-buahan yang disediakan di dalam kulkas di masing-masing kabin. Namanya juga penginapan kelas satu jadi semua fasilitasnya lengkap dan pengunjung tidak akan kelaparan. Setiap dua hari sekali buah dan minuman di kulkas diisi ulang oleh pihak penginapan. Pengunjung juga boleh meminta buah, minuman, atau camilan snack yang mereka inginkan. Ibu Eka Savitri benar-benar memastikan Rani dan keluarga melewatkan liburan yang memuaskan di sini.
"Neng....siapa pemuda tadi yang ngobrol sama kamu di restoran?" tanya ayah Supriyadi pada Rani sambil mencari acara yang ingin ditontonnya di TV layar datar 42 inchi tersebut "Pemuda yang mana Yah?" tanya Rani pura-pura tidak tahu.
"Itu...yang di restoran...setelah kita naik perahu yang bolong ada kacanya itu."tanya ayah lagi. Maksud beliau adalah perahu Glass Bottom Boat.
"Oo...itu...bukan siapa-siapa kok Yah...cuma fans Rani aja." jawab Rani kalem menyembunyikan rona wajahnya.
"Ooo...cowok yang loe tabrak itu ya Ran?" tanya Erni juga. Rani menjawab hanya dengan mengangguk-anggukan kepalanya.
"Eh...tapi kayaknya pernah liat dia dimana ya Ran..?" sambung Erni. "Masa sih Er?"Tanya Rani. "Iya...ya....dimana ya???" sambung Rani sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ooohh....iya.."kata Erni sambil berdiri dari sofa dengan semangat seperti orang yang mendapat ide besar saja. "Dia kan...David Bramantyo...pemain sinetron itu looh Ran...Bu...Yah.."
"Sinetron yang mana? " tanya ayah. "Itu loo..Yah...yang cuma berapa episode gitu...ga tau kenapa ga dilanjutin . Kayaknya kurang peminat deh bu.." jawab Erni. "Ooo...iya Rani ingat...judulnya Cinta Supir dan Majikan? Ya kan...Er?"
"Iya bener..itu...gosipnya..ga di lanjutin karena kurang peminat yang nonton trus...akting Si David juga kaku gitu. Jadi ga enak diliat." sambung Erni. "Sayang banget ya...padahal David ganteng banget loh..."kata Rani sambil mencomot apel yang baru dipotong ibu.
"Yaaa...ganteng aja kan ga cukup neng..kalau ga dibarengi sama akting yang bagus." kata ibu sambil tangannya tetap sibuk mengupas apel dan pir. "Iya Ran....lagipula denger-denger si David itu juga kelakuannya rada minus gitu." sambung Erni lagi.
"Minus gimana Er?" sambut Rani, penasaran juga dia dengan sosok ganteng yang dua kali dia temui hari ini. " Dia itu sok...kata kru tv yang kemarin ketemu pas shooting acara Tangga Lagu yang minggu lalu elo diundang itu Ran. Kata mereka David berasa udah jadi artis top. Dateng telat terus, maunya ruangan sendiri, tempramental dan lain sebagainya deh...makanya mereka sebal kalau dia datang diundang. Padahal dia juga masih artis baru. Belum top banget. Tapi gayanya udah selangit. Katanya lagi...dia itu bawaan artis penyanyi senior. Jadi mereka segan untuk nolak. Makanya pas rating sinetronnya ga bagus...ya...mau ga mau...sinetron dihentikan dan dia di cut. Daripada ongkos produksi membengkak tapi sponsor ga masuk karena rating rendah. Pihak TV dan production house kan ga mau rugi. "Jelas Erni panjang sambil ikut memakan potongan apel dan pir yang sudah ibu kupas dan potong. "Oo...jadi begitu..." kata Rani dalam hati sambil manggut-manggut.
Tak berapa lama pesanan makan malam mereka pun datang. "Udah ah...ghibah aja. Lagipula belum tentu benar semua itu." kata ibu sambil menata makanan yang baru datang ke atas meja makan dibantu Erni dan Rani.
-------++++------
Tak terasa liburan di Bali sudah hampir selesai. Hari ini adalah hari terakhir Rani beserta keluarga di Bali. Mereka berencana untuk shopping, berbelanja oleh-oleh ke pasar tradisional Sukawati yang akan diantar oleh tour guide mereka. Bli Anto, tour guide mereka selama di Bali orang yang sangat baik.
Dia bahkan tahu tempat-tempat belanja murah meriah dan bagus. Jadi Rani senang sekali padanya. Dia berencana memberikan give away kepada dua puluh lima fans nya yang beruntung berupa kaos khas Bali bertanda-tangan Rani dan kerajinan khas bali. "Pasti para fans gw bakalan senang banget, nih!. Tanpa mereka juga, gw bukanlah siapa-siapa" ujar Rani dalam hati. Rani sangat menghargai fans-fans nya yang selalu mendukungnya dari awal dan sampai akhirnya dia bisa terkenal seperti saat ini. Mereka selalu men-support Rani kapanpun dan dimanapun.
Pernah waktu itu Rani terpaksa dirawat di RS karena kelelahan akibat manggung dari kota ke kota. Road show di 10 kota di Indonesia. Para fans menjenguk Rani ke RS, walaupun mereka tidak diperbolehkan masuk karena Rani harus beristirahat. Tapi mereka tetap mengirimkan dukungan berupa doa, bunga, boneka, coklat dan lain sebagainya. Rani sangat terharu atas perhatian para fans itu. Hal ini membuat Rani bersemangat untuk lanjut berkarya demi mereka. Rasanya bahagia sekali bila jerih payah kita dihargai orang lain.
Di pasar Sukawati pengunjung tidak terlalu ramai. Karena memang saat ini belum masuk musim liburan. Rani suka suasana seperti ini. Tidak terlalu ramai.
Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang. "Hai...Rani...ketemu lagi kita.." kata sebuah suara dibelakang Rani. Sedangkan ayah yang berada disampingnya ikut menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ibu dan Erni berada di depan mereka sedang tawar menawar dengan seorang pedagang tas anyaman khas Bali.
"Ooh...hai..mas David. Lagi belanja juga?" tanya Rani tanpa bisa menyembunyikan kegembiraan hatinya bertemu kembali dengan pangeran tampannya. "Iya...beli oleh-oleh buat orang rumah." jawabnya sopan.
"Oiya...ini mas...kenalkan ayah saya." kata Rani memperkenalkan ayahnya pada David. David pun memperkenalkan diri dengan sopan dan sekaligus pamit untuk meneruskan berbelanja bersama rombongan tournya yang lain.
"Itu neng...yang namanya David? Yang tempo hari dibicarakan Erni?" tanya ayah.
"Iya..Yah.." jawab Rani tapi matanya tak lepas menatap punggung menjauh pemuda itu. "Memang ganteng sekali ya neng...tapi ganteng aja ga cukup...yang paling penting akhlaknya.Inget ya neng...kalau mau cari suami...yang utama akhlaknya dulu baru tampangnya." sambung ayah. Rani hanya mengangguk setuju dengan kata-kata ayah.
Tapi entah kenapa pikirannya tak bisa lepas dari David Bramantyo. "Apa ini tandanya aku jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanya Rani dalam hati. Tapi dia pun tidak mau berharap terlalu tinggi. Karena Rani sadar wajahnya biasa-biasa saja. Standar. Tubuhnya pun kecil. Jauh dari kata sexy. Hidungnya tidak mancung. Kulitnya tidak putih alias sawo matang. Hanya suaranya yang indahlah satu-satunya kelebihannya. Rani tidak menyadari bahwa banyak kelebihan lain yang dia miliki. Hatinya baik. Dia tidak tega melihat orang lain sengsara. Sudah banyak warga kampungnya yang dibantu. Dari mulai diberi pekerjaan, diberi modal usaha, anak yatim dan dhuafa dikampungnya pun sekarang hampir semua kebagian santunan dari Rani. Rani tidak mau anak-anak di kampungnya putus sekolah.
Selesai berbelanja hari sudah mulai petang. Rani dan keluarga kembali ke penginapan untuk persiapan pulang esok hari ke ibu kota. Untuk memulai pekerjaan yang sudah menunggu. Rani bahagia dengan apa yang dia kerjakan jadi dia tidak merasa hal-hal itu menjadi beban. Malah dia sangat bersyukur. Makanya dia tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah mempercayainya. Malam Rani dan Erni pamit kepada ibu dan ayah untuk pergi ke pantai melihat suasana malam.
Selama di Bali ini Rani puas sekali bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam hampir setiap hari di pantai. Karena memang kabinnya sangat dekat dengan pantai. Membuatnya leluasa melihat sunrise dan sunset setiap hari.
"Malam cantik..." sebuah suara menyapa Rani yang sedang sendirian duduk di kursi yang memang tersedia di pantai. "Kok...sendirian?"tanyanya. "Ooh....mas David.." sapa Rani malu-malu..."aku berdua kok sama Erni. Dia lagi pesan minuman ke sana" tunjuk Rani dengan pandangan matanya ke arah mini bar. "Mas...ga sama teman-temannya?" tanya Rani. "Ada kok...tuh mereka kesini" jawab David. Tak lama kemudian Erni dan dua orang teman David datang bergabung. "Kenalin Ran...ini Jono..ini Ari." kata David sambil menunjuk Jono yang berperawakan gendut dan Ari yang berambut keriting khas orang Timur." Salam kenal mba Rani." sapa Jono
"Salam kenal juga kakak, beta Ari." sapa Ari " Kalau nona manis ini siapakah?" tanya Ari dengan logat Timurnya yang kental. " Ini Erni sepupu sekaligus sahabat aku" jawab Rani memperkenalkan Erni pada David dan teman-temannya. Mereka mengobrol seru sekali sampai tak terasa sudah hampir tengah malam.
"Ran...udah malam. Balik yuk...besok pagi kan kita harus pulang. Ayah ibu juga pasti khawatir kita belum balik ke kabin udah malam gini." ajak Erni pada Rani.
"Oo..iya...ayuk deh...maaf ya...saya balik duluan soalnya besok udah harus pulang." pamit Rani pada David dan teman-teman. "Oke deh kakak Rani dan kakak Erni. Senang berkenalan dengan kalian." kata Ari dengan logat timurnya yang kental itu. "Yaah...mba Rani kok udah mau pulang sih?" kata Jono dengan mimik lucu. "ish...loe pada keganjenan amat sih. Kasian lah udah malem. Anak gadis ga baik udah malem masih kelayapan." sambar David yang disambut cie...cie...heboh dari kedua temannya.
"Rani aja mas Jono dan kak Ari. Jangan pake mbak segala...berasa tua deh." jawab Rani sambil tertawa menyambut candaan mereka. Erni juga tertawa melihat kekonyolan David dan kedua temannya. Mereka sangat seru diajak mengobrol sampai tidak terasa waktu sudah beranjak tengah malam.
"Ran...aku anter boleh?" tanya David sopan. Tentu saja hal ini disambut baik oleh Rani dengan hati berbunga-bunga. Mimpi apa semalam bisa diantar oleh pangeran impian. Batin Rani berkata. Selama diperjalanan yang cukup dekat itu mereka hanya terdiam menikmati udara pantai malam hari. Erni cukup tahu diri, jadi dia berjalan lebih dulu di depan Rani dan David.
"Ran...aku boleh minta nomer kontak pribadi kamu?" tanya David pelan malu-malu, seperti takut terdengar oleh Erni yang sudah berjalan lebih dulu di depan mereka.
"Hhmmm...buat apa mas? Ya..boleh aja sih..." jawab Rani tersipu. Rani yakin sekali kalau saat ini pipinya sudah semerah tomat saking malunya. " Ya..buat..ngobrol aja sama kamu. Pengen kenal kamu lebih deket gitu.." jawab David sambil tersenyum manis. Senyuman sejuta watt yang melelehkan hati Rani seketika. Dan Rani pun memberikan kontak pribadinya pada David. Padahal biasanya Rani tidak mau memberikan kontak pribadinya kepada sembarang orang. Apalagi ini orang yang baru beberapa kali dia temui.
Sesampai di depan kabin David langsung pamit pulang. Karena sudah malam dan khawatir meninggalkan kedua monyet peliharaannya itu di pantai. Maksudnya Jono dan Ari. Yang disambut tawa oleh Rani dan Erni. "Kocak banget sih si David itu ya Ran...masa Jono ama Ari dibilang monyet peliharaan." tawa merka berdua sambil masuk ke dalam kabin.
"Astagfirullah...Ayah..." pekik Rani pelan. Hampir saja berteriak. Ternyata ayah sudah berada di depan pintu kabin. "Dari mana saja kalian? Ga liat sekarang udah jam berapa? Udah lewat tengah malam! Ayah telfon ke hape kalian ga ada yang jawab. Hampir aja ayah lapor security buat cari kalian berdua.!" hardik ayah berang. "Maaf yah....Rani lupa..baterai hape Rani habis. Trus di pantai tadi ada band, juga kembang api. Kami sampai lupa waktu saking asyiknya."
"Ii...iya..ayah..."kata Erni takut- takut. "Hape Erni ga kebawa. Ketinggalan di kamar. " "Kamu Erni...kan asisten Rani...harusnya kamu jaga Rani...ingetin dia..jadwal kita besok pesawat pagi jam 7."
"Iya..Yah...Erni salah...lupa waktu. Lupa kewajiban Erni." Rani hanya menunduk. Kalau ayah sudah keluar taringnya begini lebih baik diam saja. Daripada tambah panjang nanti omelannya.
"Ya..sudah..kalian masuk kamar. Bersih-bersih. Terus istirahat. Sudah rapi barang-barang yang mau dibawa pulang semua besok?" tanya ayah melunak. "Sudah Yah...sudah rapi semua." jawab Rani.
" Ya sudah..sana." kata ayah.
Sepeninggal Rani dan Erni ke kamar, ayah pun masuk ke kamarnya. Ternyata ibu belum tidur. "Kenapa Yah? Anak-anak sudah pulang?" "Sudah bu..." "Tapi kenapa wajah ayah kok risau begitu?"tanya ibu. "Tadi Rani dan Erni diantar David. Pemuda yang tadi siang ketemu di pasar tempat kita beli oleh-oleh bu." Jawab ayah sambil merebahkan diri disamping istri tercintanya.
"Terus? Kenapa? Bagus dong...berarti dia pemuda yang baik. Mau mengantar para gadis pulang karena sudah malam begini." kata ibu lagi. "Entah lah bu....rasanya..kok aku kurang sreg sama dia. Memang dia sopan dan baik. Tapi...entah lah bu...ayah ga mau berburuk sangka." jawab ayah sambil memejamkan mata. Walaupun hatinya tidak tenang. Entah apa sebabnya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments