Cinta Buta Rani

Cinta Buta Rani

1. LIBURAN

Akhirnya setelah beberapa tahun bekerja keras Rani Maharani bisa juga merasakan liburan.

Ya...beberapa tahun ini memang Rani sangat disibukan dengan kegiatan show-show on air maupun off air. Foto shoot baik untuk di media sosial maupun iklan-iklan.

Rasanya Rani sudah lupa kapan terakhir kali dia bisa menikmati saat-saat santai tanpa dikejar-kejar oleh pekerjaan maupun fans. Tapi Rani bahagia karena kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil.

Rani adalah seorang gadis kampung yang dianugerahi oleh Tuhan suara yang indah. Tapi untuk menempati posisinya seperti sekarang ini bukanlah hal yang mudah. Menyanyi dari panggung ke panggung, dari kampung ke kampung, dari hajatan ke hajatan.

Dibayar pun sekedarnya. Bahkan kadang hanya dibayar dengan hasil kebun. Tapi Rani tidak pernah berputus asa apalagi patah semangat. Impiannya ingin menjadi penyanyi sukses yang bisa dikenal oleh orang seIndonesia bahkan satu dunia. Dan membahagiakan orang tuanya serta menaikan derajat mereka.

Rani bernyanyi selalu ditemani oleh ibu dan ayahnya. Walaupun mereka juga orang kampung yang berpendidikan rendah, mereka selalu mendukung cita-cita Rani apapun itu asalkan baik dan halal. Kemana-mana mereka selalu menemani.

Pekerjaan orang tua Rani sebenarnya hanyalah sebagai buruh tani. Di bayar denga upah harian. Tapi kalau Rani sedang ada panggilan manggung, mereka selalu menemaninya. Karena Rani adalah putri mereka semata wayang. Ya...Rani anak tunggal di keluarganya. Dia tidak memiliki kakak maupun adik. Walaupun hidup sederhana, mereka selalu bersyukur dan bahagia.

Akhirnya sekitar 5 tahun yang lalu, saat itu Rani baru saja lulus SMU. Umurnya baru saja 18 tahun. Kakak sepupunya Rani, Erni Susanti memberitahu bahwa ada sebuah ajang pencari bakat menyanyi di salah satu tv swasta nasional.

Ranipun mendaftar dan lolos audisinya. Setelah itu Rani terus lolos hingga final dan grand final. Atas berkah dari Allah SWT serta doa dan dukungan dari keluarga terutama kedua orang tuanya, akhirnya Rani menjadi juara pertama di ajang tersebut. Betapa bahagianya Rani saat itu. Begitu pula orang tua dan keluarga besarnya. Bahkan nama kampungnya pun ikut terkenal. Rani sangat bersyukur karena bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

Dari sini pundi-pundi rupiah pun terkumpul. Hal yang tidak pernah dibayangkan. Rani bisa merenovasi rumah orang tuanya bahkan membeli kendaraan, sawah dan kebun untuk investasi di masa tua nanti. Orang tuanya pun tidak perlu lagi bersusah-payah menjadi buruh di sawah atau kebun orang lain. Justru sekarang Rani yang menggaji orang-orang untuk bekerja di sawah dan kebunnya.

Untuk urusan ini ayah mempercayakannya kepada om Sugeng, adik kandung beliau.

------------

Hari ini cuaca cerah sekali. Rani beserta kedua orang tuanya dan Erni yang sekarang menjabat sebagai asisten pribadinya bertolak ke Bali.

Ooh....sudah lama sekali Rani mengimpikan liburan ke Bali, seperti yang pernah dibangga-banggakan Suryani temannya, yang anak pak Lurah itu. Katanya Bali indah sekali...lautnya, pantainya cantik...apalagi di sana banyak bule-bule yang juga berlibur. Pokoknya asyik sekali kata Suryani menyombongkan liburannya yang entah ke berapa kali ke pulau dewata itu. Maklum Suryani adalah satu-satunya teman Rani di kampung yang kaya karena ayahnya Lurah dan ibunya memiliki peternakan sapi dan ayam disana. Pendeknya keluarganya kaya raya.

Mereka tiba di bandara Ngurah Rai Bali saat sore hari. Saat matahari hampir terbenam. Rani dan keluarga menginap di salah satu penginapan terbaik di Nusa Dua.

Penginapan ini tepat berada dipinggir pantai. Terdiri dari beberapa rumah-rumah kecil atau kabin, memiliki kolam renang outdoor, kolam renang laguna dan kolam renang hot tub. Woooww....benar-benar penginapan nomer wahid.

Kamarnya pun mewah sekali. Rasanya tak pernah bisa Rani bayangkan bisa menginap di tempat seperti itu.

Satu hal lagi yang Rani sukai dari liburan ini adalah semuanya gratis. Benar-benar gratis. Hadiah dari salah satu penyanyi senior yang menjadi mentor Rani di ajang pencarian bakat waktu itu. Ibu Eka Savitri. Beliau memang sangat baik. Beliau tidak segan membagi ilmunya kepada para penyanyi pendatang baru di dunia hiburan. Juga memberikan bantuan berupa bantuan finansial.

Bahkan mencarikan tempat tinggal untuk penyanyi pemula seperti Rani di ibu kota Jakarta.

Karena hari sudah hampir malam dan mereka pun sudah lelah akibat perjalanan panjang dari Jakarta ke Bali ini, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di kabin saja. Makan malam diantar ke kabin. Makan malam berupa ayam bakar dan sate ayam adalah makanan kegemaran Rani dan keluarga.

Kabin ini terdiri dari dua kamar, ruang tengah, dapur dan halaman belakang yang cantik dan dilengkapi jacuzzi pribadi. Kamar satu ditempati orangtuanya dan yang satunya lagi ditempatinya bersama Erni.

Anggap saja sekalian honeymoon untuk orang tua Rani. Karena memang selama menikah mereka belum pernah sekalipun berbulan madu.

Mereka makan malam dalam suasana santai di halaman belakang. Karena di sana juga ada kolam renang yg langsung menyambung ke laut. Penginapan ini benar-benar kelas satu dan mengutamakan privacy bagi pengunjungnya. Ibu Eka Savitri adalah salah satu member VVIP di penginapan ini. Beliau juga paham kalau Rani ingin sekali berlibur dengan tenang tanpa gangguan fans sebisa mungkin. Dia memang membutuhkan suasana tenang seperti ini untuk men-charge tenaga kembali untuk menghadapi kesibukan yang telah menanti minggu depan.

"Ayyoo....bangun...bangun....Rani Maharani !!!" dengan tanpa berperikemanusiaan Erni Susanti membangunkan Rani dengan semangat.

" Astagfirullah....Erni...gila loe ya...bangunin orang apa ngajak berantem sih?" jawab Rani sedikit kesal karena tidur cantiknya terganggu oleh kehebohan Erni pagi ini. Yang ditegur malah cengar-cengir tanpa merasa berdosa.

" Ya..elo lagian...susah banget dibangunin. Katanya mau jogging ke pantai. Sekalian lihat matahari terbit. Tuh..ayah sama ibu aja udah siap. Masa kalah ama yang tua. Tinggal tuan putri aja yang belum ngapa-ngapain."

Oh..iya...memang pagi ini Rani dan keluarga berencana jalan-jalan di pantai sambil menyaksikan sunrise. Sekalian menghirup udara segar. Kapan lagi kan...mumpung di Bali...kalau di Jakarta mana bisa..apalagi udaranya sudah penuh polusi asap knalpot kendaraan bermotor. Setelah solat subuh, secepat kilat Rani menyusul keluarganya ke depan untuk berangkat bersama.

"Ayok...semua...nanti keburu mataharinya terbit" kata Rani sambil memakai sepatu ketsnya.

"Lah...nih anak...dia yang lama..malah kita yang diburu-buru...dasar..!"Erni mengomel pendek.

Ayah dan ibu hanya tertawa melihat kelakuan kedua anak gadis itu. Erni memang anak dari adik kandung ayah Supriyadi yang juga merupakan sahabat Rani. Erni dan Rani hanya terpaut 2 tahun.

Dan mereka pun tinggal bersebelahan rumah d kampung. Jadi hubungan mereka berdua sangatlah akrab. Kadang kalau ayah dan ibu tidak bisa menemani Rani manggung maka Erni dan om Sugeng yang menemani. Ibu Erni sudah meninggal sejak Erni SD kelas 5. Jadi dia sudah menganggap ayah dan ibu Rani seperti orang tua pengganti. Begitupula Rani terhadap om Sugeng.

Rani dan keluarga sampai di pantai saat matahari hampir terbit. " Waah....cantik sekali. Pemandangan kayak gini ga boleh disia-siain nih! " batin Rani. Berbekal kamera smartphone keluaran terbaru, Rani mengabadikan sunrise pagi ini. Untuk diposting di medsos nanti setelah kembali ke Jakarta. Karena kalau di posting sekarang...bisa ketahuan sedang berlibur di Bali. Bisa-bisa liburan Rani batal karena harus meladeni para fansnya.

Kadang Rani heran dengan para fans itu...kenapa mereka sangat kepo kemana Rani pergi, apa yang dikerjakannya, sama siapa Rani di tempat tersebut dan lain sebagainya. Tapi Rani menyadari ini merupakan konsekuensi sebagai seorang public figure.

Yah...awal-awal Rani memang kaget dengan keadaan tersebut. Tapi lama kelamaan Rani pun menikmatinya. Anggap saja itu merupakan bentuk dukungan dan cinta mereka terhadap artis idola mereka. Mereka ingin artis atau aktor tersebut sempurna tanpa cela. Tapi mereka kadang lupa bahwa artis atau aktor juga manusia biasa seperti mereka.

Sedang asyik merekam video tiba-tiba punggung Rani menabrak seseorang. Memang Rani sedang mengambil video sambil berjalan mundur jadi dia tidak melihat ada orang di belakangnya.

"Aduh..." hampir saja Rani terjatuh terjengkang ke belakang. Untung saja orang yag ditabrak itu dengan sigap menangkap tubuh mungil Rani.

"Aduuh...Rani...hati-hati donk...Loe sih...banyak gaya amat sih... ngambil video pake mundur-mundur." omel Erni sambil terkikik geli melihat sepupunya jatuh dengan sangat tidak elegan.

Sedangkan ayah dan ibu sedang asyik duduk mengobrol di pinggir pantai beralaskan kain pantai yang mereka bawa. Tidak jauh dari posisi Rani. Tapi sepertinya mereka tidak menyadari apa yang terjadi karena sedang asyik mengobrol, mesra sekali. Memang walaupun sudah tidak muda lagi namun kedua orang tua Rani tetaplah mesra dan akur.

Kadang Rani berfikir apa dia akan mendapatkan pasangan hidup yang sebaik ayahnya? Apakah bisa mesra dan saling mencintai sampai akhir hayat? Seperti kedua orangtuanya?

"Eh....kamu ga apa-apa?" tanya cowok yang ditabrak Rani. Rani hanya bengong menatap laki-laki tersebut. Rani belum bisa dengan jelas melihat wajah orang yang ditabraknya karena silau terkena cahaya matahari pagi. Sebab laki-laki itu berdiri membelakangi cahaya matahari. Jadi Rani sedikit menyipitkan mata dan melindungi mata nya dari silaunya cahaya matahari. Setelah pemuda itu sedikit bergeser barulah Rani bisa melihat dengan jelas wajahnya.

Rahangnya yang tegas, alis matanya yang lebat dan hitam, bibir yang penuh, merah muda, juga sepasang lesung pipinya...benar-benar membuat Rani terpana sampai hampir saja lupa untuk bernafas.

"MasyaAllah...gantengnya.."desis Rani spontan.

"Maaf..kamu bilang apa? Kamu ga apa-apa kan? Ada yang luka ga?" sahut pemuda tampan tersebut.

Erni mencubit pinggang Rani "centil deh.." kata Erni berbisik.

"Eh..ga apa-apa kok mas...."jawab Rani gelagapan, "cuma kaget aja.."

"Ooh...syukurlah. Aku khawatir kamu terluka. Kayaknya tadi nabrak nya lumayan keras soalnya" sahut lelaki tampan tersebut sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih dan terawat sempurna.

"Kalau begitu aku permisi ya...maaf sekali lagi.." ujar pemuda itu langsung pergi meninggalkan Rani setelah teman-temannya memanggil dari kejauhan. Pemuda itu sempat menoleh dan melambaikan tangan ke arah Rani. Yang disambut lambaian tangan malu-malu oleh Rani.

"Heh....kenapa loe..senyum-senyum gitu? Kesambet ya loe??" colek Erni.

"MasyaAllah....gila...ganteng banget Er..." sambut Rani sambil loncat-loncatan kegirangan persis monyet dikasih kacang.

"Hush...MasyaAllah aja...jangan pake gila segala.." sambar Erni.

"Eh...iya MasyaAllah..." kata Rani meralat ucapannya. "Ya udah...ayok...balik ke kabin. Kan kita masih ada schedule jalan-jalan disini. Mau ke Pura di tanah lot, ke Legian, ke Kuta, pasar beli oleh-oleh buat orang rumah sama teman-teman kita..buat sodara...buat fans elo...pokoknya masih banyak deh kegiatan kita buat 5 hari ke depan. Lagian kalau telat..kasian tour guide nya nunggu lama." kata Erni sambil menarik tangan Rani yang sepertinya masih terpesona ke sosok pemuda tampan tadi.

Karena liburan ini sudah dijadwalkan oleh tour guide yang disewa ibu Eka Savitri maka rombongan Rani tidak kebingungan mau kemana selama di Bali. Jadwal sisa hari ini mulai jam 9 pagi adalah water sport di Tanjung Benoa Nusa Dua. Disambung naik Glass Bottom Boat ke Pulau Penyu dimana pengunjung bisa melihat dasar laut dari dasar kapal yang terbuat dari kaca transparan.

Kemudian pengunjung juga bisa ber-snorkling ria. Kemudian juga boleh ikut melepaskan anak-anak penyu atau tukik ke laut. Diteruskan dengan makan siang di restoran sekitar.

Saat makan siang ,setelah lelah beraktifitas snorkling dan lain sebagainya ternyata Rani bertemu kembali dengan laki-laki muda yang MasyaAllah gantengnya itu di restoran. Ternyata dia juga ikut travel yang sama dengan Rani sekeluarga. Hanya berbeda kelompok saja.

"Hei....kamu...kan yang tadi pagi nabrak aku di pantai.." sapa pemuda tampan itu kepada Rani yang sedang duduk sendiri di mejanya sambil menyeruput jus strawberry dengan sedotan.

"Eehh...e...iya...mas yang tadi ya...maaf ya mas...saya beneran ga sengaja tadi.." jawab Rani tergagap.

"Hahaha...iya ga apa-apa kok. Saya tau kamu ga sengaja." kata pemuda itu sambil tersenyum, menampilkan lesung pipinya yang manis.

" Btw kok sendirian? Temen kamu yang heboh tadi kemana?"

"Oo...oh...dia lagi ke toilet. Kamu sendiri sama siapa?" tanya Rani.

"Saya...sama tuh...monyet-monyet di sana" tunjuk nya ke arah meja dekat aquarium raksasa, disebelah kanan meja Rani. Tampak disana ada dua orang laki-laki lainnya. Yang sepertinya sepantaran dengan pemuda ini.

"Kalau kamu berdua aja sama temen kamu yang tadi?" tanyanya.

"Oooh...enggak. Aku sama Erni sepupu aku yang heboh tadi. Trus sama kedua orang tua aku. Mereka lagi ambil makanan disebelah sana." tunjuk Rani ke arah orang tuanya yang sedang mengambil makanan prasmanan di area bagian belakang restoran.

"Oo...gitu.." kata pemuda tampan itu. " ooh..iya...kenalin aku David Bramantyo" sambil mengulurkan tangannya.

"Aku..." belum sempat Rani memperkenalkan diri David langsung memotong ucapannya

" Rani Maharani kan...bener kan??"

"Iii...iya...kok...tau?" tanya Rani bingung. Kok bisa pemuda tampan ini tau siapa dia. Padahal rasanya mereka baru bertemu hari ini.

" Iya...tau lah....siapa yang ga kenal Rani Maharani penyanyi juara satu lomba Tunjukan Suara-mu itu.

" "Wah....saya penggemar mba Rani looh....Waahh...nggak nyangka ya bisa ketemu disini." jawab David dengan mata berbinar-binar.

"Ooh..iya...ya..." jawab Rani sambil tersenyum malu-malu lupa bahwa dia sekarang sudah setenar itu.

"Saya ga nyangka..ternyata mba Rani tuh orangnya low profile ya...ga sombong mentang-mentang udah nge top. Malah lupa kalau udah tenar. Hehehehe...." tawa David ringan.

"Ya ampuun....ganteng amat sih nih cowok...senyumnya..."batin Rani dalam hati.

"Ya udah mba...kalau gitu saya balik ke meja saya ya...tuh...piaraan saya udah pada ribut. "Kata David sambil tersenyum lebar.

Pp"Iya mas...silahkan... Oh iya...panggil Rani aja...ga usah pake mbak segala. "

"Oooke deh Rani...Eh...tapi sebelumnya boleh ga saya minta tanda-tangan Rani? Di kaos yang saya pake aja ya?"

"Oo..boleh donk..."sambut Rani kemudian memberi tanda tangan di kaos pemuda itu menggunakan spidol permanen yg dipinjam dari pelayan restoran.

"Makasih ya Ran...kamu baik banget..." ucap David kemudian kembali ke mejanya yang disambut dengan heboh oleh teman-temannya.

Bersambung....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!