AAH 3

Mereka pun langsung pergi menuju kelasnya, kini mereka melakukan pembelajaran dengan sangat serius. Karena kelas mereka adalah kelas plus +, yang di mana selalu saja ada perebutan untuk rangking. Dan juga di setiap semesternya pasti akan ada yang keluar dan juga masuk ke dalam kelas tersebut, tetapi syukur alhamdulillahnya Aini tidak pernah keluar dari kelas tersebut.

Aini dan Hafza sudah berteman sejak kelas 1 SD, karena mereka memang selalu di kelas yang sama. mereka berdua selalu saja bersaing dalam nilai, tetapi mereka adalah sahabat yang sangat dekat. Hafza sudah mengenal semua keluarga dari Aini, begitu juga hal ini yang sudah mengenal semua kerabat dari Hafza.

Pembelajaran berjalan dengan sangat lancar, mereka semua belajar dengan sangat aktif. Guru di kelas itu juga sangat senang melihat respon dari mereka, karena kelas itu tidak pernah mengecewakan guru. Mereka selalu berhasil membuat guru bangga dengan mereka, apalagi kinerja otak mereka yang sangat cepat dan tentunya membuat banyak prestasi untuk sekolah.

Tanpa disadari kini sudah waktunya pulang, Aini menghubungi bundanya kalau iya akan pulang ke rumah pamannya bersama dengan Hafza. Dan Bundanya yang memang sudah mengenal Hafza dengan sangat dekat pun mengizinkan, karena sahabat dari putrinya itu adalah anak dari sahabatnya. Dan ia juga telah menceritakan semuanya kepada sahabatnya, dan ia yakin kalau putri dari sahabatnya itu juga sudah mengetahui semuanya.

Kini kedua sahabat itu sedang berada di sebuah kamar, Ini adalah kamar yang memang dibuat khusus untuk Aini. Sebenarnya kamar Ini adalah kamar milik Selly, sejak dulu aturan keluarga menyatakan putri bungsu adalah anak kesayangan. Dan karena itu semua Kakak dari Selly pasti membuatkan kamar untuk Selly, mau di rumah manapun Seli memiliki kamar.

Kedua sahabat itu pun berbincang, Aini pun menceritakan awal pertemuannya dengan Melodi. Hafza yang memang sudah sempat mendengar beritanya dari sang mama, Ia pun langsung memeluk sahabatnya itu. Ia tahu kalau sahabatnya itu pasti merasa sangat tersakiti, apalagi saat melihat kondisi saudara kembarnya yang menurutnya sangat mengerikan.

" Kalian pasti sedang membicarakan mengenai Melodi dan juga Evi ya?" ucap seorang gadis yang masuk ke dalam kamar itu.

" Kak Nana." ucap Aini.

" Hai Nana..." ucap Hafza.

" Jangan manggil aku Nana, nama aku Zaina Samira ikhlas. Jadi tolong ya Hafza, jangan panggil aku dengan nama Nana. Hanya adik kecilku saja yang boleh memanggilnya dengan nama itu, Aku tidak suka jika ada orang lain yang memanggilku dengan nama itu." ucapnya dengan wajah manja.

" Yaelah Zaina, kita itu udah kenal lama." ucap Hafza

" Ya udah deh kalau gitu, tapi nggak boleh ada orang lain yang manggil aku dengan nama itu selain kamu. Yang orang luar maksud aku, kalau keluarga aku mah memang selalu manggil aku dengan nama Nana." ucapnya dengan tersenyum imut.

" Nggak usah berdebat deh kalian berdua, Aku di sini memang lagi mau cerita mengenai Melodi dan juga Evi. Kalau Kak Nana juga mau dengar, ayo masuk dan juga duduk. tapi tolong pintunya ditutup, nanti takutnya ada yang masuk." ucap Aini dan Nana pun mengangguk kemudian Ia pun segera menutup pintu dan berhambur dengan mereka.

" Bagaimana kondisi Melodi?" tanya Zaina yang penasaran.

" Kata Bunda kondisi Kak melodi sudah mulai baikan, kebetulan semalam ada pendonor yang cocok jadi ke Melodi langsung dioperasi deh." jelasnya dengan tersenyum lebar.

" Bagaimana penyelidikan kita mengenai Evi, apakah kita perlu melanjutkannya?" tanya Hafza.

" Tentu saja kita perlu melanjutkan, aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan ini semua. Aku yakin Evi pasti terlibat dalam ini semua, karena selama ini ia justru suka pergi dengan seorang wanita yang bernama Juli itu." ucapnya.

" Mengingat tentang wanita bernama Juli itu ya, aku mendapatkan info kalau dia sudah terbang ke luar negeri." ucap Nana yang tentu saja mengejutkan Aini.

" Enak aja itu tante-tante gila, aku baru tahu loh kalau itu tante-tante gila ternyata selama ini menyiksa Kak Melodi. Kayaknya kita perlu seseorang buat memberi hukuman pada itu tante-tante gila." ucap Aini.

" Kamu nggak usah mikirin tentang itu Aini, semua yang dilakukan oleh itu tante-tante gila selalu dalam pengawasan kita. Dan aku yakin itu tanda-tanda gila pasti akan menderita tinggal di sana, karena dia memilih negara yang salah." ucap Hafza.

" Sepertinya kalian berdua sudah bergerak cepat daripada aku, tetapi makasih ya udah mau bantu aku. Jujur aja aku nggak nyangka loh, kalau ternyata Evi itu anaknya itu tante-tante gila. Kalau gitu pantes aja dia selalu bareng sama itu tante-tante gila, padahal mah aku nggak suka banget sama dia." ucap Aini.

" Tetapi setidaknya kita telah berhasil menemukan melodi, tapi aku sangat heran selama ini kita selalu menyelidiki itu tante-tante gila bukan. Tetapi bagaimana kita tidak bisa mengetahui keberadaan melodi, atau jangan-jangan mereka memang sudah mengetahui kalau kita telah mengintai mereka." ucap Zaina dan mereka pun kini menjadi khawatir.

" Yang kau katakan ada benarnya juga Nana, tetapi dia tidak pernah memberikan penyerangan terhadap kita." ucapnya.

" Woi, gimana Mereka mau memberikan penyerangan kepada kita. Orang status yang kita berikan untuk mengawasi mereka aja bukan nama asli kita, kita ini seseorang dibalik layar geblek." ucap Aini yang baru menyadarkan mereka dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini.

" Oh iya aku lupa, kalau begitu jika misalnya dia pun mengetahui kalau kita mengintai. Dia nggak akan mungkin tahu kalau kita yang telah mengintainya, karena selama ini kita menggunakan nama samaran. Dan aku yakin tidak akan mudah untuk menemukan kita, kita ini orang profesional dalam penyelidikan." ucap Hafza.

" Okelah kita termasuk orang profesional, tetapi kita harus tetap saja memperkuat pengawasan kepada bundaku. Kalian juga mendengar apa yang disampaikan oleh orang suruhan kita kemarin bukan, dia berniat jahat kepada bundaku dan ingin masuk ke dalam rumah keluarga besar ku sebagai Nyonya rumah. Aku takut kalau iya kan menyakiti Bunda, tetapi untuk saat ini aku tidak bisa selalu bersama dengan Bunda. Mungkinkah aku harus berkompromi dengan Melodi, tetapi bagaimana kalau ia tidak mau?" ucapnya yang khawatir kalau Melodi tidak mau membantu.

" Aku yakin Melodi pasti mau membantu kita, apalagi ini berhubungan dengan Bunda kalian. Dia pasti tidak mau kalau ada yang menyakiti Bunda kalian, apalagi kalian baru bertemu setelah sekian lama." ucap Zaina dan keduanya pun mengangguk.

" Kalau begitu secepatnya kita harus segera membicarakan kepada Melodi, kenapa aku merasa pikiranku tidak tenang tentang bunda." ucap Aini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!