...Happy Reading ❤...
Nayra bangun terlambat karena pekerjaan nya semalam sampai pukul 3 pagi. Ia bergegas mandi dan sarapan lebih dulu sebelum kembali ke rumah sakit.
Dert
Dert
Nayra mengalihkan tatapan nya ketika sedang mematut dirinya di depan cermin kearah ponsel, dengan cepat ia menekan tombol hijau saat nama 'Ibu Mertua' tertera di layar ponselnya.
"Kenapa, Bu?" Nayra menempelkan ponselnya di telinga kiri, tubuhnya bergerak kembali menghadap kearah cermin.
"Nay...."
Suara itu bergetar, Nayra menghentikan aktifitasnya sesaat. "Bu, ada apa? Apa terjadi sesuatu sama Vano?" tanya Nayra cepat.
"Tubuh Evano kejang-kejang, Nay. Sekarang lagi di tangani dokter."
Suara tangisan disana pecah, Nayra mengambil tas nya dengan tergesa. "Aku kesana sekarang, Bu."
Nayra mematikan panggilan nya sepihak. Hatinya berdegup cepat, mendengar keadaan Evano semakin membuat perasaan bersalah itu muncul kembali. Tidak seharusnya ia pulang diantara Evano, tidak seharusnya Evano terbaring di rumah sakit itu.
"Pak, Rumah Sakit Medika." ucap Nayra kepada supir taksi. Nayra bahkan tak sempat berpamitan lebih dulu kepada Farah. Perasaan khawatir dan gelisah membuatnya lupa jika masih ada Farah di dalam rumahnya. Bundanya memang selalu berangkat pukul 9 pagi untuk bekerja, dan sekarang masih pukul 8 yang artinya Farah belum berangkat bekerja.
Sudahlah ia bisa menghubungi Bundanya setelah sampai di Rumah Sakit nanti.
Ponselnya kembali berdering, membuat Nayra cepat-cepat mengangkatnya.
"Gue izin gak masuk hari ini, Rin." jawab Nayra setelah mendengar pertanyaan Erina disebrang sana yang menanyakan dirinya kenapa tak masuk kelas pagi ini.
"Gue harus ke Rumah Sakit, Evano kejang-kejang, Rin."
"Hmm, maaf ya, Rin ngerepotin lagi." sesal Nayra.
Panggilan pun terputus, Nayra mengalihkan tatapan nya keluar jendela menatap para pengendara.
Saat telah sampai, Nayra membayar ongkos taksi, dan langsung berlari menuju ruangan Evano, tapi di pertengahan jalan ia sempat menubruk tubuh seseorang sampai ponsel orang itu terjatuh. Buru-buru Nayra merunduk, mengambil ponsel itu yang syukur nya tidak ada goresan sedikitpun.
"Maaf, Pak." sesal Nayra sambil mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. Tapi orang itu hanya diam, tak menerima uluran tangan nya membuat Nayra meraih tangan itu dan mengembalikan ponsel pada pemiliknya.
"Sekali lagi saya minta maaf, Pak." Nayra membungkukan tubuhnya sebelum akhirnya Nayra masuk ke dalam ruangan Evano.
Dilihatnya Bu Jasmin yang tengah menangis dengan bercucuran air mata.
"Bu." panggil Nayra
Bu Jasmin menoleh mendengar namanya di panggil.
"Gimana keadaan nya, Bu?"
Bu Jasmin menggeleng, mulutnya terkatup rapat menatap Evano yang masih ditangani oleh Dokter.
"Bagaimana, Dok?" Nayra mendekat saat melihat Dokter itu telah selesai memeriksa Evano.
"Keadaan nya semakin memburuk, tulang dadanya patah dan mengalami infeksi sehingga pasien harus segera di operasi. Jika tidak..." Dokter itu menghentikan ucapan nya sesaat untuk menarik napasnya dalam-dalam. "Pasien akan kesulitan bernapas dan bisa berakibat fatal, bahkan bisa saja harapan untuk sadar sangatlah tipis." jelasnya Dokter itu.
Kedua lutut Nayra seakan lemas, air matanya ikut meleleh. Dipegang nya jas Dokter itu hingga kusut. "Lalukan operasi itu sekarang, Dok." ucap Nayra dengan suara bergetar. Dipelukanya tubuh Bu Jasmin yang sama rapuhnya.
"Mohon maaf sebelumnya, anda harus menyelesaikan biaya administrasi lebih dulu sebelum operasi itu dilakukan." ucap Dokter itu penuh sesal. Bagaimanapun semua ini adalah prosedur rumah sakit yang harus dipatuhi.
Sedangkan disisi lain, seseorang tengah menyeringai mengawasi kegiatan di dalam ruangan rawat itu.
"Woy Bar." Eros berseru keras saat melihat Bara hanya terbengong menatap ke salah satu ruangan yang terbuka.
Setelah membayar biaya rumah sakit Rizky yang mengalami kecelakaan, Eros menelepon Bara untuk menjemputnya. Tapi karena Bara yang tak kunjung datang, membuat Eros pergi untuk mencari taksi. Tapi siapa sangka, orang yang dicarinya ternyata tengah berdiam diri seperti orang bodoh.
Eros menaikan sebelah alisnya, diguncang nya tubuh Bara yang hanya diam seperti patung.
"Bara! Lo liatin apa si?!" Eros hendak melihat apa yang Bara lihat, tapi niatnya terhalang saat Bara langsung menariknya menjauhi ruangan yang dipenuhi dengan tangisan itu.
Bara menyeringai, menatap ponselnya yang tadi terjatuh. Lalu mendekatkan ponsel itu kearah hidung, dihirupnya dengan penuh ponsel yang mengeluarkan wangi Vanila itu dengan khidmat. Kedua matanya tertutup membayangkan jika Nayra-lah yang tengah dia cium.
"Fiks, temen gue gila." celetuk Eros yang langsung masuk ke dalam mobil meninggalkan Bara yang seperti orang idiot.
....
Nayra melotot membaca biaya administrasi Evano. 43 juta?!! Astaga, kemana ia harus mendapatkan uang sebanyak itu.
"Sus, ini gak salah biaya nya segini? Mahal banget." keluh Nayra.
"Semua itu sudah termasuk biaya operasi dan rawat inap, mbak." jelasnya.
Nayra mengangguk, membaca kembali deratan angkat yang membuat kepalanya berdenyut. Butuh waktu lama untuk Nayra mengumpulkan uang sebanyak ini. Menjual barang berharga pun itu tak akan cukup melunasi semuanya.
Nayra menghela napas, memberikan selembar kertas itu kembali kepada Suster. "Sus, nanti saya kesini lagi ya." kata Nayra. Suster itu mengangguk.
Nayra berjalan lesu, kembali ke ruangan Evano dan duduk di samping Bu Jasmin.
"Kenapa, Nay?" tanya Bu Jasmin.
Nayra menatap Ibu Mertuanya, kepalanya menggeleng pelan. "Gak papa, Bu." kata Nayra diiringi dengan senyuman manis di bibirnya.
"Kalo ada masalah cerita ya, Nay." Bu Jasmin membalas senyuman Nayra, tangan nya bergerak memeluk tubuh Nayra dengan lembut. "Kamu sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri, Nay." jelas Bu Jasmin membuat kedua mata Nayra berkaca-kaca.
"Aku gak papa, Bu. Makasih udah mau terima Nayra jadi anak ibu." Nayra melepaskan pelukan nya, di tatapnya Bu Jasmin yang juga menatap nya balik.
"Ibu gak pulang aja ke kampung temenin Bapak? Bapak kan juga lagi sakit disana."
"Alhamdulillah, Bapak udah sembuh Nay. Besok juga katanya mau nyusul kesini."
"Alhamdulillah kalo gitu, Bu." Nayra ikut senang, bagaimana pun kedua orang tua Evano sudah ia anggap seperti orang tuanya. Mereka memang sudah saling mengenal. Bahkan, setelah ia lulus kuliah nanti, Evano berniat untuk melamarnya, membawanya hubungan nya ke jenjang yang lebih serius, pernikahan.
Umur Nayra dan Evano memang cukup matang jika keduanya menikah. Nayra bahkan senang mendengar niat baik Evano, laki-laki yang ia cintai sampai saat ini.
"Bu, Nay pulang dulu ya, ada shift siang nanti jam dua." kata Nayra sambil menyalami tangan Bu Jasmin.
"Hati-hati ya, Nay." pesan Bu Jasmin.
Nayra mengangguk, berjalan mendekati Evano yang masih berbaring. Dikecup nya kening Evano sekilas, dan beralih kearah telinga, Nayra berisik pelan disana.
"Cepet sembuh, sayang." bisik Nayra.
^^^Bersambung....^^^
...Jangan lupa. vote and coment sebagai dukungan kalian untuk cerita ini....
...Follow juga ig...
...story_relationship...
...Sampai bertemu di part selanjutnya...
See you
ranintanti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Lysa Fauziah Akbar
lanjutt thor, ada apa dgn bara ?
2021-08-24
0