Andi sudah mulai menikmati kopi yang sudah mulai dingin, Dea masih diam dengan pikiran-pikirannya sendiri, asap rokok sesekali keluar dari mulut Dea, sesekali Dea menghisap asap rokoknya dalam-dalam sambil mengulang kembali kalimat-kalimat yang Andi ucapkan tadi.
Kalimat-kalimat yang sebenernya tidak perlu di besar-besarkan oleh Dea tapi bila hati seorang wanita sedang tidak nyaman pasti akan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Dea atas kalimat-kalimat Andi tadi.
"Ada cerita apa anak-anak, De?" tanya Andi, Andi menyimpan gelas kopi, handphone nya Andi simpan, Andi membakar lagi rokoknya dan Dea mengatur nafasnya, Dea tidak ingin Andi berubah Mood menjadi tidak baik, Dea harus bisa mengkontrol dirinya agar komunikasi tetap bisa terjalin baik, akhir-akhir ini Andi jarang mengajak Dea untuk bicara berdua, Andi terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Nana tadi minta uang buat ongkos ojeknya," cerita Dea setelah menceritakan kegiatan anak-anak setelah pulang sekolah.
"Kok bisa?"
"Nana harus bayar uang kas dan uang project, trus juga kan harus jajan," jawab Dea mengulang apa yang tadi Nana ceritakan kepadanya, Andi mengbuang nafasnya kasar.
"Coba kamu lebih variatif bikin bekel sekolah anak-anaknya. Aku gak bisa ngasih uang lebih ke Nana, 30 ribu sehari itu berat loh, De. Nana pagi bareng aku, harusnya dia bisa ngatur uang yang cuma segitu,"
Kini Dea yang membuang nafasnya berat, di awal bulan Andi sudah merasa dibebani oleh kebutuhan keluarga.
"Kamu nya juga harus bisa ngatur uang De, Apa yang bisa di hemat yah di hemat," ucap Andi lagi dan kini Dea mulai terpancing emosinya.
"Aku harus hemat gimana lagi, Bang? Abang pikir uang 3 juta buat 1 bulan itu cukup?"
"Yah harus cukup lah, kita itu belanja bulanan, beras, susu anak-anak, ayam, daging sampai sabun aku yang bayar. Aku yang bayar semua belanja bulanan di rumah ini,"
"Uang 3 juta itu harusnya cukup lah buat kamu jajan di rumah bareng anak-anak," jawab Andi tidak mau kalah beradu pendapat dengan Dea.
"3 juta di bagi 30 hari itu 100 ribu bang, anak kamu 3, kalo anak kamu minta jajan pulang sekolah, atau gas abis, air galon abis...aku gak mungkin tunggu kamu datang,"
"Sayuran harus beli setiap hari, beli kentang 1 kg atau kangkung 2 iket aja udah pecahin uang 50 ribu," jawab Dea dengan kesal dan Andi berdecak.
"Trus aku harus gimana? Aku harus korupsi di kantor, aku harus jadi maling biar kebutuhan kamu tercukupi?"
Dea diam, bila sudah bicara soal uang dan kebutuhan rumah, Dea memilih untuk diam pada akhirnya, karna dirinya harus sadar diri, Dirinya tidak bekerja dan tidak menghasilkan uang saat ini.
Suara dering handphone suara Andi terdengar tetapi hanya 1 kali beeb saja, Andi terlihat gugup dan mengambil handphone di sebelah gelas air minum.
"Siapa bang?" tanya Dea pada Andi, Andi mengkerucutkan bibirnya.
"Anak kantor, kepencet kali," jawab Andi dan Dea mencoba untuk percaya, Bukan hal yang baru bila Andi masih menerima panggilan telephone di malam hari atau pun hari libur.
Dea melihat Andi yang sedang tersenyum memperhatikan layar handphonenya, ingin rasanya Dea ikut melihat ke layar handphone milik Andi, tapi handphone Andi sudah memakai touch screen anti intip, jadi layar handphonenya hanya bisa di lihat dari depan saja.
"Ada apa sih, Bang," tanya Dea, jiwa kepo nya membara saat melihat Andi terkekeh memperhatikan layar handphone nya.
"Candaan anak-anak di group kerja, biasa lah. Udah yuks tidur, besok kita belanja bulanan," ajak Andi seketika berdiri, handphone masih di genggamnya dan 1 tangannya mengusap pucuk kepala Dea.
"Ayo tidur yuk," ajak Andi lagi, Mau tidak mau Dea berdiri padahal Dea sedang menikmati sentuhan tangan Andi di kepalanya, sentuhan tangan Andi terasa menenangkan isi kepala Dea yang sedang berantakan.
Lampu ruang keluarga sudah gelap, cahaya hanya dari lampu tidur di dalam kamar saja, Kini Andi dan Dea sudah berada di dalam kamar mereka berdua.
Seperti malam-malam kemarin, Dea sudah membuka pakainya saat hendak tidur, hanya menyisakan celana dalam tanpa apapun lagi, kebiasaan yang pernah diminta oleh Andi beberapa tahun lalu dan kini menjadi kebiasaan rutin Dea.
Andi terkekeh saat melihat Dea yang kini mendekati Andi, Dea masuk ke dalam bed cover berwarna hijau daun, berbagi bedcover dengan Andi yang sudah terlebih dahulu berbaring di tempat tidur.
"Udah gak sexy lagi yah, Bang?" tanya Dea pada Andi, Andi melebarkan tangannya, Dea melingkarkan tangannya pada perut Andi.
"Iya...kamu udah gak sexy lagi...tapi sekarang kamu itu lebih bisa ngertiin aku, jadi gak usah mikirin soal sexy-sexy lagi," jawab Andi, Dea tersenyum tipis, jawaban Andi memang apa adanya dan tidak perlu di bahas lagi mengenai hal ini.
Tangan Andi meraba tubuh Dea, sentuhan-sentuhan kecil dari tangan Andi membuat Dea tersenyum tipis.
"Kalo aku mau lagi malem ini boleh gak, De?" tanya Andi pada Dea.
"Apa aku pernah keberatan?" tanya balik Dea dan Andi tersenyum lalu mencium kening Dea yang sedang menempel di dada Andi.
"Takut kamu cape, kemaren malem kan udah, aku tuh gak bisa nahan napsu kalo kamu udah begini," jawab Andi lagi dan Dea mengusap perut Andi.
"Aku gak akan cape ngelayanin kamu, Bang. Ayo kita mulai sekarang," Dea segera bertindak, inisiatifnya tinggi, Dea hapal betul Andi seperti apa, Andi tidak akan pernah bisa menahan hasrat nya.
Di bukannya celana pendek milik Andi, Dea segera duduk di atas tubuh Andi, Andi tersenyum dan perlahan tapi pasti Dea memulai sesi percintaan mereka berdua.
"Jangan berfantasi sama cewek lain, Bang, ada aku yang siap layani kamu kapan aja dan dimana aja," pinta Dea pada Andi, Dea merasa ada sesuatu yang lain. Saat Dea menatap wajah Andi, dari cahaya yang redup ini Dea melihat Andi sesekali tersenyum saat melihat tubuh Dea.
"Kamu kali," jawab Andi, Andi kini menggulingkan tubuh Dea ke samping, berganti posisi dan Andi hendak memimpin proses bercintanya saat ini.
"Aku berfantasi sama siapa? Temen aja aku gak ada," jawab Dea dan Andi terkekeh.
"Udah ih ngobrol aja, bukannya di nikmatin," pinta Andi, Dea sempat tertawa kecil lalu tawa itu berganti dengan desahan kecil dari mulut Dea dan Andi semakin bersemangat, Andi semakin mempercepat tempo percintaan mereka dan akhirnya suara erangan berat keluar dari mulut Andi, Andi sudah sampai pada titik tertinggi nikmatnya dan dengan lembut Dea mengusap lembut punggung Andi yang berkeringat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments