Masih sama seperti ibu-ibu biasa di luaran sana, Dea sibuk di sore menjelang malam ini, Anak-anak sudah makan dan tepat jam 5 sore, Dea meminta semua anaknya mandi.
Sudah semakin mendekati waktu Sholat Magrib, Anak-anak sudah bersih dan bersiap untuk melaksanakan Sholat Magrib, Nino sudah berangkat ke Musollah di dekat rumah kami dan kami hanya bertiga saat ini, Nina dan Nana sholat di ruang keluarga, setelah sholat Nana harus membantu Nina mengaji karena Dea tidak memiliki Ilmu sama sekali dalam mengaji.
Dea memilih untuk Sholat di dalam kamar, mencoba sholat dengan baik di tengah pikiran tentang hutang yang harus dibayar dan candaan kota Bandung yang tiba-tiba datang lagi.
"Susah banget mau sholat khusyuk itu, lagi rukuk aja keinget lagi Opipay, lagi Sujud inget kue Surabi," keluh Dea sambil membuang nafasnya kasar.
Mukena Dea buka lalu di lipat asal, Dea kembali keluar dari kamar. Nana, Nino dan Nina kini sedang belajar di ruang keluarga, Dea membiasakan anak-anak belajar atau sekedar membaca buku di ruang keluarga agar masih terjalin komunikasi antar keluarga.
Sudah jam 8 malam, Anak-anak sudah masuk ke dalam kamar. Nana masih berbagi kamar dengan Nina sedangkan Nino sudah memiliki kamar sendiri, Bukan maksud hati mengistimewakan Nino sebagai anak laki-laki kami dalam hal ini tapi karna Nino laki-laki sendiri yang pasti berbeda dengan adik dan kakaknya, dan tentunya perbedaan itu membuat Nana Risih bila harus berbagi kamar dengan Nino, untungnya Nana paham mengenai hal ini jadi tidak ada masalah sama sekali untuk urusan kamar.
Anak-anak Dea sudah tertidur, Dea mematikan lampu kamar anak-anak lalu menutup pintu kamar anak-anak dengan perlahan.
Handphone Dea berdering, Notive pesan masuk dari Andi, Suaminya.
"Aku pulang malem banget ini, masih banyak kerjaan, anak-anak udah tidur?"
Aku langsung mengetik. "Iya...nanti aku tungguin sampe abang datang.
"Anak-anak udah tidur semuanya, Bang.
Gaji udah masuk belum, Bang?" Dan pesan Dea langsung terbaca oleh Andi, Dea melihat Andi sedang mengetik.
"Gak usah di tungguin lah, Kamu juga nunggu aku cuma buat nanya gaji doang.
Tidur aja, kunci angkat, aku ada kunci cadangan, Gajian udah masuk, bentar aku transfer,"
Dea menarik nafas saat membaca pesan jawaban panjang dari Andi.
Inilah yang membuat Dea merasa tidak nyaman, Dea merasa menjadi bebannya Andi saat dirinya tidak bekerja, tidak menghasikan uang dan semua beban ada di pundak Andi saat ini.
Rasa sedih dan rasa bersalah datang bersamaan apalagi saat notive mbangking masuk ke handphonenya.
Uang sebesar Rp. 5.000.000,- masuk ke rekening Dea, Dea menarik nafasnya dalam-dalam.
Bulan lalu Andi mengirimkan uang lebih besar dari bulan ini dan Dea tidak bertanya kenapa bulan ini uang yang di transfer Andi berkurang.
Masuk lagi pesan chat dari Andi ke handphone Dea.
"Aku cuma bisa transfer uang segitu, Duluin sekolah anak-anak, sisanya kamu atur buat setiap hari kamu masak di rumah,"
Dea menelan salivanya, uang 5 juta pasti akan terpotong 2 juta untuk biaya sekolah 3 anak ditambahan biaya jemputan sekolah Nina dan Nino.
Biaya Listrik dan Wifi di rumah yang sudah pasti sejumlah 600 ribu dan tersisa Rp. 2.400.000,- saja.
Dea menarik nafasnya lagi.
Dibukanya aplikasi Mbangking dan di transfernya uang Lili yang sudah Dea pinjam tadi pagi, Dea tidak lupa mengirimkan pesan pada Lili, bukti transfer uang dan permintaan maaf karena batal datang ke rumah Lili malam ini, pesan untuk Lili belum dibaca oleh Lili, kemungkinan besar Lili sudah tertidur dan Dea kembali fokus pada handphonenya.
"Sisa uang aman berarti cuma 2 juta lagi," keluh Dea di dalam hatinya, Dea memijat kepalanya dengan kasar, Binggung dengan uang 2 juta yang harus cukup sampai nanti Andi menerima gaji kembali.
Malam semakin malam, sudah lebih dari jam 10 malam dan Andi belum juga pulang, Dea kembali membakar rokoknya, Menghitung kembali uang 2 juta nya di dalam aplikasi Mbangking nya.
Tapi acara hitung menghitung ini tidak cepat selesai, Dea diingatkan kembali dengan chat masuk dari Aplikasi Opipay, berita tagihan hutang dan denda yang sudah jalan 2 hari, yah....info tagihan itu datang tidak mengenal waktu, para petugas menagihan kerja tidak kenal waktu.
"Bayar Opipay, 1.5 juta, sisa uang berarti 500 ribu, belum 2 hari lagi harus bayar Modalin 800 ribu, minus 300 dong gue," keluh Dea sambil melihat chat masuk lagi, chat tagihan dan juga info kenaikan limit dari Uangrusa yang baru saja Dea lunasi beberapa jam lalu.
Samar-samar terdengar suara mesin mobil, Dea langsung bergegas ke dalam rumah, Di bukanya pintu rumah dan mobil Andi sudah terparkir di depan rumah.
Brugg, Pintu mobil di banting kasar oleh Andi, suaranya cukup membuat Dea menghela nafas panjang, ulah kecil Andi bisa saja memancing kekesalan Dea tapi Dea bersabar, Dea tetap tersenyum menyambut kedatangan suaminya walaupun dalam hati Dea kesal.
"Kenapa belum tidur? Uang kan udah di transfer," ucap Andi saat Dea mencium pungggung tangan Andi, Dea menarik nafasnya perlahan.
"kan aku bilang, aku tungguin kamu, Bang," jawab Dea lalu mengikuti langkah kaki Andi masuk ke dalam rumah.
"Udah di transferin kok duitnya, kamu tidur aja harusnya, gak usah buang-buang waktu nungguin aku pulang," jawab Andi, Andi mengecilkan suaranya, dia memilih masuk ke dalam Nana, Dea mengikutinya dengan perlahan.
Dea melihat Andi mencium kening Nana dan Nina secara bergantian kemudian berjalan acuh tanpa menoleh ke arah Dea yang berdiri di depan pintu kamar Nana dan Nina.
Andi kemudian membuka pintu kamar Nino, hal yang sama Andi lakukan pada Nino, Andi mencium kepala Nino kemudian keluar kamar dengan menutup pintu kamar Nino perlahan.
"Bang Andi memang ayah yang baik," puji Dea di dalam hatinya.
cepat-cepat Dea berjalan ke dapur, Dea lupa menyiapkan air minum juga kopi untuk Andi.
Saat sedang membuat kopi, Dea melihat Andi masuk ke dalam mereka, kemudian terlihat Andi sudah melepaskan pakaian kantornya, menyisakan celana pendek dan juga kaos rumahannya.
"Abang udah makan?" tanya Dea, Kopi Dan segelas air putih Dea bawa ke belakang rumah, Kursi coklat memang tempat favorit untuk bersantai, menikmati kopi dan membakar rokok kami.
"Belum," jawab Andi datar, Andi sudah duduk di kursi coklat dan Dea memilih untuk duduk tidak jauh dengan Andi setelah menyimpan kopi dan gelas air putih di meja dekat mesin cuci.
"Abang mau makan?" tanya Dea, Dea hendak berdiri kembali untuk menghangatkan makanan.
"gak perlu, gak laper-laper anget," jawab Andi, Andi menjawab pertanyaan Dea tanpa menoleh, dia sudah duduk dan terus memandangi layar handphonenya saja.
"Eh rokok aku ketinggalan di mobil, ambilin dong, De," pinta Andi pada Dea, Dea tersenyum lalu melangkah meninggalkan Andi yang masih fokus saja dengan handphonenya itu.
Di bukanya pintu mobil oleh Dea, Rokok sudah terlihat oleh Dea tapi 1 lagi yang mencolok perhatian Dea saat ini, beberapa lembar tissue bekas pakai yang disimpan di dalam lubang dashboard tempat penyimpan uang coin.
Dea mengambil tissue tersebut lalu membawanya masuk kedalam rumah, tisssue Dea buang ke dalam kotak sampah di dapur dan segera mendatangi Andi di belakang rumah.
"Lama banget!" tanya Andi saat menerima rokok Marlboro putih dari Dea.
"Tadi banyak tissue di mobil, tumben jorok banget, Bang," jawab Dea dan terdengar suara decakan dari Andi.
"De...hal-hal kecil gitu bisa gak, gak perlu kamu keluhin, kalo kamu gak mau buangin yah udah biarin aja itu tissue tetep di sana, gak perlu kamu susah payah buang tissue itu dan kamu mengeluh," jawab Andi, Asap rokok keluar dari mulut Andi dan Dea menarik nafasnya dalam sambil tersenyum.
"Aku bukan ngeluh, Bang. Aku cuma tanya...tumben jorok begitu, Abang itu gak suka kalo ada sampah-sampah gak jelas gitu," jawab Dea, 17 tahun hidup bersama, Dea hapal kebiasaan Andi seperti apa dan Andi berdecak lagi.
"Udah...Udah...pusing kepala aku kalo kamu jawab terus semua kalimat-kalimat aku," jawab Andi dan Dea harus diam saat ini. Dea diam sambil membakar rokoknya, diam tidak bicara lagi tapi pikirannya sedang lari entah kemana dan hati yang tidak tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Naftali Hanania
selingkuh kah..🤔🤔
2024-06-27
0