“Bos, akun resmi Konferensi International CEO mengirimkan email ke kantor. Sepertinya mereka membutuhkan kedatangan bos ke acara KICEO tahun ini.” jelas Egi—sang sekretaris.
“Biar aku lihat” Dava mendongakkan kepalanya menarap benda pipih yang lebar didepannya.
Setelah dia membaca email tersebut Dava menghela nafas, karena dia melihat nama keluarga yang sudah sejak dahulu tidak akur dengan keluarganya, Anggara.
“Apa benar, panitia KICEO tahun ini adalah salah satu anggota Anggara?” Dava
“Benar bos, dan tanpa saya beritahu... Saya rasa anda sudah mengerti siapa orangnya.” Egi
“Ya. Tidak perlu beritahu, aku tahu betul keluarga mereka. Mereka tidak akan diam saja saat ini. Maksudku, mereka pasti punya rencana yang pasti akan membuatku mendengus.” Dava
“Namun, anda bisa menghadapainya kan bos?” Egi
“Tentu. Kirimkan balasan email tersebut yang berisi Aditya Dava Sanjaya akan menghadiri acara tersebut. Kalau perlu besarkan semua nama saya dari awal sampai akhir.” Dava kembali fokus ke dokumennya
Egi mengangguk dan memberikan senyuman terbaiknya “Siap laksanakan bos”
Setelah Egi keluar dari ruangan Dava, pria ini kembali mendengus dan memijat ujung kedua pelipisnya.
“Apa yang akan pria itu lakukan saat ini” gumam Dava
Dia memutar kursi kerjanya menghadap ke luar gedung yang langsung disuguhkan pemandagan gedung-gedung bertingkat yang tingginya bersaing serta matahari yang terik menerpa ruangan kerja Dava.
...* * *...
Sementara di sisi lain, Andira sedang mengadukan ujung pulpennya ke atas meja sehingga menimbulkan suara yang membuat Nabila sahabatnya itu menoleh ke belekang saat sedang mengerjakan tugasnya.
“Berisik banget sih lo” ketus Nabila
“Gue gabut sumpah” Andira
Nabila langsung memasang wajah nyinyir didepan Andira, dia langsung menepuk buku Andira yang tertata rapi diatas meja sambil mendelikkan matanya.
“Apa kata lo?! Gabut? Tugas lo emang udah selesai ha?” Nabila
Dengan santai dan tersenyum Andira menjawab “Udah, kenapa?”
Nabila langsung mengganti ekspresinya menjadi senyum bahagia dan bersikap lembut.
“Gue boleh dong liat hehehe” Nabila tertawa kecil
“Tadi aja ngomel-ngomel, sekarang baik huuu~. Nih...” Andira mendorong buku tugasnya dan Nabila langsung mengambil tanpa mengatakan apapun dan menulis di buku tulisnya menurut versinya atau nanti akan ketahuan kalau jawaban mereka sama.
Setelah setengah jam Andira tidak melakukan apapun, Nabila langsung mengembalikan buku sahabatnya tersebut dan merubah posisi kursi menghadang ke samping.
“Btw... Sore ini lo mau kemana?” Nabila
“Sore ya? Rencananya gue mau ngedate” Andira
“Ngedate? Lo punya pacar?? Sumpah?” Nabila
“Sama kasur” Andira
Nabila lanagsung berdecak dan rolling eyes “Kirain beneran pacar lo”
“Kenapa? Lo mau ngajak gue main kan pasti?” Andira
Nabila tertawa kecil mengunjukkan giginya sampai gingsulnya pun dapat dilihat, Nabila tampak manis saat tersenyum.
“Benar sekali ibu... Mau main gak?” Nabila
“Males deh, ngapain gitu” Andira
“Btw, mau ada lomba olahraga mau ikut gak? Bukan lomba resmi si, ini cuma lomba basket antar kampus. Lo tahu kan yang ngajar basket kampus kita sama kampus sebrang itu sama?” Nabila
Andira mengangguk “Besok?” dan diangguki Nabila.
“Mau ikut? Sore kok, lagian besok kan kita kelas siang langsungan aja. Tandingnya aja di kampus kita” Nabila
“Oke deh, gue ikut” Andira
“Oke bagus. Oh iya gimana? Lo mau ikut main gak nanti sore?” Nabila
“Gak dulu deh, gue mau beli skincare lupa punya gue udah tinggal dikit semua.” Andira
“Nah. Kebetulan, piyama party gimana?” Nabila
Andira menghela nafas, dia berpikir Nabila tidak akan menawarkan hal itu lagi namun sahabatnya itu selalu punya ide disaat keinginannya harus dikabulkan.
“Ortu lo pasti pada pergi, iya kan?” Andira
“Benar ibu negara, jadi gue takut dirumah sendirian. Gue nginep ya?” Nabila
“Okedeh boleh, piyama party ya?” Andira
“Siap, jadi nanti beli snack, skincare bareng ya. Gue ambil baju dulu pas pulang kampus nanti” Nabila
Andira hanya menganggukkan kepalanya, tidak apa selagi masih dalam lingkup rumah dia masih bisa ngedate dengan kasur tercinta nya.
...* * *...
Tepat seperti janji mereka berdua, setelah kelas selesai kedua sejoli ini langsung berjalan menuju parkiran kampus. Andira dan Nabila masuk ke dalam mobil dan melaju keluar kampus namun, Nabila menginjak rem secara mendadak karena hampir saja dia menabrak motor yang hendak masuk ke dalam kampus.
Yang salah bukan Nabila, karena dia sudah berada di jalur yang benar. Orang yang mengemudikan lah yang salah, dia berbelok mengambil jalur orang. Hampir saja dia celaka karena ulah sendiri.
Karena kesal, Nabila melepas seltbelt dan keluar dari mobil padahal Andira sudah mencegahnya namun perempuan itu tetap keluar dari mobilnya. Terpaksa, Andira pun harus ikut keluar dari mobil.
“Heh! Buka helm lo!” teriak Nabila membuat semua orang yang ada diluar pagar kampus menoleh
Orang itu membuka helmnya, namun bukannya melanjutkan marah-marahnya Nabila terdiam sesaat karena wajah pengemudi didepannya ini.
“Maaf saya salah. Kirain gak ada kendaraan disini” ucapnya
“Eee... Anu... eeee.. Maksud gue lo itu kalau nyetir yang bener. Kan udah pasti ada kendaraan lalu lalang di sini. Jangan ambil jalan orang gitu.” ucap Nabila dengan lembut
“Oke oke, saya minta maaf. Gak ada yang rusak kan?” tanyanya saat turun dari motornya mengecek bagian depan mobil Nabila
“Gak ada si” jawab Nabila masih terus menatap lelaki didepannya
Sedangkan lelaki ini menatap Andira beberapa saat karena sejak awal kejadian Andira menunggu Nabila disamping pintu mobil.
“Kalau ada yang rusak, kasih tau saja. Ini kartu nama saya” ucap lelaki itu mengeluarkan kartu namanya
“I-iya” jawab Nabila menerima kartu nama tersebut
“Saya pergi dulu, ada urusan” ucapnya
Lelaki itu naik ke motornya dan melaju masuk ke dalam kampus, sementara Nabila tersenyum menatap kartu nama yang dia pegang. Andira bersandar pada pintu mobil melihat sahabatnya itu.
“Alvino Elrangga” gumam Nabila saat melihat kartu nama tersebut
“Nab! Nabila!!!” teriak Andira
Tin
Tin
Tin
Klakson mobil di belakang mobil Nabila pun masuk ke indra pendengaran perempuan tersebut yang sibuk dengan khayalan manisnya tentang lelaki bernama Alvino tadi.
“Sabar kek!!” teriak Nabila pada orang-orang yang menunggunya dibelakang mobil
Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya membelah jalan raya yang sedang sepi saat ini. Di tengah perjalanan Nabila tidak berhenti tersenyum dan menghentakkan kaki mengingat wajah Alvino tadi.
“Ih gila ya! Gue baru tau kalau pangeran itu beneran ada” Nabila
“Pangeran kodok?” Andira
“Ish.. Serius. Dia ganteng banget Dir! Lo gak liat?” Nabila
“Liat si, bahkan satu kampus liat. Masalahnya orang itu kan pake masker hitam, mukanya cuma setengah bagaimana bisa lo menyimpulkan dia pangeran padahal mukanya cuma setengah” ucap Andira
“Nih ya Dir, tandain atau inget omongan gue. Cowo yang biasanya pake motor sport atau matic zaman sekarang, pake baju atau stelan hitam, model rambut two block sepatu converse kayak tadi itu pasti mukanya cakep. Spek pangeran bumi.” Ucap Nabila dengan antusias
“Tapi kan yang lo sebutin tadi tipe cowo lo Nab” gumama Andira
“Ha?” Nabila
“Iya in aja, itu kayak tipe lo kan?” Andira
“Iya, betul sekaliiii” Nabila menganggukkan kepala
“Inget ya, biasanya yang ganteng itu ghostingan si” ucap Andira
“Dih.., gak nentu” jawab Andira
“Pasti, gue trauma tu sama spek cowo ganteng” ucap Andira
“Terserah deh iya iya” Nabila mengiyakan karena tidak mau berdebat
Andira mengakui yang dikatakan Nabila benar. Cowok yang rambutnya model two block, motor sport atau matic kekinian, stelan pakaian hitam serta sepatu converse pasti wajahnya tampan seperti tiada celah atau kekurangan dalam fisiknya.
Namun, yang seperti itu menurut Andira biasa cowok spesifikasi **** boy. Itu menurut Andira, semua perempuan punya pandangan berbeda, tapi untuk Andira yang ini valid.
.......
.......
.... to be continued ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Widia Aja
Kayaknya Alvin Elrangga naksir Indira deh.. sempet ngelirik2 ke Indira kan..
2022-12-30
1