LIMA

Suasana malam terasa sepi beberapa bintang terlihat enggan menampilkan dirinya, termasuk bulan yang tertutup awan hitam. Susana yang sepi seakan membuat malam terasa begitu suram.

Malam ini suasana ndalem juga terasa hening sebagian abdi ndalem tengah mengadakan rapat di pondok membahas rencana ramadhan.

Di ruang tamu sosok Kyai Azzam tengah sibuk memuthola'ah kitabnya di temani Bu Azni yang tengah memurojaah hafalan Al-Qur'an nya.

"Sudah H-1 minggu Asfhan berangkat umroh ya Bah, kok anak kita Alfhan belum pulang ya,"

Gumam Bu Azni di tengah dzikirnya, mengingat sosok putra pertamanya.

Kyai Azzam hanya menghela nafas, membenarkan letak kacamatanya lalu melihat ke arah Bu Azni.

"Ummah ini seperti nggak paham Alfhan saja, paling dia juga masih sibuk ngurus kafe, atau malah balapan liar, jadi mana ingat dia sama acara ini,"

Bu Azni menatap Kyai Azzam nanar, karna selalu saja ia bersikap seperti itu kepada Alfhan. terlebih setelah Alfhan memutuskan untuk hidup sendiri di kota.

"Abah kok bicaranya gitu...," Sahut Bu Azni pelan melihat Kyai Azzam yang beranjak dari duduknya.

"Memang benarkan, buktinya berapa kali Abah di panggil ke sekolahan waktu dia SMA dulu, bikin malu," Ucap Kyai Azzam tajam seraya berlalu pergi meninggalkan Bu Azni yang mengusap dadanya. Bu Azni paham bahwa sebenarnya suaminya adalah sosok yang lembut, namun entah mengapa setiap membahas Alfhan sikap Kyai Azzam selalu berbeda. mungkin karena Alfhan telah berkali-kali mengecewakannya.

Bu Azni mengusap wajahnya, beristighfar pelan lalu melanjutkan muro'jaahnya.

Di tengah lantunan Al-Qur'an Bu Azni tiba-tiba saja pintu ruang tamu terbuka menampilkan sosok lelaki berbadan tinggi dengan celana jeans hitam dan jaket kulit.

"Ummah,"

"Alfhan," gumam Bu Azni melihat sosok yang baru saja Dia bicarakan tadi.

Alfhan segera menghampiri Bu Azni lalu mencium tangannya.

"Ummah kangen kamu nak...,kenapa baru pulang sekarang?"

Bu Azni mengusap rambut Alfhan yang bergaya Curtain Bangs

"Emm, cafe lagi ra__"

"Sibuk balapan liar Ummah,"sahut Kyai Azzam dari atas tangga, mata tuanya menatap tajam ke arah Alfhan.

Alfhan terdiam, rahangnya mengeras mata hitamnya terlihat menajam, sama halnya Kyai Azzam, Alfhan juga tidak terlalu suka dengan sikap Abahnya.

"Alfhan naik dulu, permisi,"

Ucap Alfhan seraya berlalu pergi menaiki tangga melewati Kyai Azzam.

"Kamu lihat sendiri kan brandal itu,"

Cerca Kyai Azzam dengan nada menghujam, lalu naik ke atas tangga, meninggalkan Bu Azni yang yang hanya mampu diam mengusap cairan bening di matanya.

...****************...

Ahmed Alfhan Khairi Al Ghazam, nama panjang Alfhan, sosok yang kehidupannya berbanding berbeda dengan Asfhan, adiknya. Dimana kehidupan Alfhan cenderung bar-bar.

Hidup di jalanan menjadi seorang racing sudah menjadi jati diri Alfhan, bahkan ia rela membeli rumah minimalis di daerah kota demi menjalankan hobinya.

Selain menjadi seorang racing Alfhan juga memiliki sebuah cafe ternama di kota, berkali-kali Kyai Azzam menentang keinginan Alfhan bahkan tak segan memanggil Alfhan dengan sebutan "BRANDAL", namun itu semua tidak menggetarkan Alfhan, justru, membuat Alfhan semakin liar.

Dari segi fisik Alfhan juga sangat berbeda dengan Asfhan yang berwajah Arab, wajah Alfhan cenderung bergaris korea. Memang terkesan aneh saat Kyai Azzam berdarah Arab sedangkan Bu Azni berdarah Indonesia. Pernah Alfhan menanyakan hal itu kepada Bu Azni, dan Bu Azni hanya menjawab jika dia mengikuti kakek buyutnya dari jalur Bu Azni yang sebenarnya masih berdarah korea.lantas kenapa Bu Azni berwajah indo? Merasa lelah mencari tau Alfhan memilih membiarkan hal itu.

"Capek gue harus hidup kek gini,"

Gumam Alfhan merebahkan tubuhnya diatas springbad lalu mengusap rambutnya yang berpotongan Curtain Bangs,

Alfhan memejamkan matanya menikmati gemiricik air dari aquarium predator di kamarnya.

Suara ketukan pintu terdengar, membuka mata Alfhan yang terpejam seraya memijat keningnya yang terasa lelah.

"Masuk," sahut Alfhan, dan Pintu terbuka menampilkan sosok Asfhan yang mengenakan kemeja sarung dan peci.

"Bang,"

Alfhan melihat Asfhan yang duduk di sampingnya lalu meraih tangannya untuk Asfhan kecup.

"Sehat lo fhan?," Tanya Alfhan singkat.

"Alhamdulillah lo gimana Bang,"

Alfhan menghela nafasnya mengingat kejadiannya tadi dengan Kyai Azzam.

"Sehat badan Gue, mental Gue nggak,"

"Pasti lo habis ketemu Abah,"

Asfhan ikut merebah tubuhnya di sisi Alfhan, ia paham apa yang terjadi.

Alfhan tersenyum miring saat Asfhan mengatakan apa yang membuatnya kesal.

"Dia itu emang nggak pernah sayang Gue Fhan,"

Asfhan melihat kearah Alfhan lalu menyentuh pundak kakaknya itu.

"Abah sayang lo bang, cuma butuh waktu,"

Alfhan lagi-lagi tertawa miring mendengar ucapan Asfhan yang seakan omong kosong jauh dari realita.

"Abah lebih sayang lo Fhan, semakin lama Gue malah ngerasa kalau Gue bukan anak Abah,"

"Ngaco lo bang, lo anak abah woi, kakak Gue,"

Asfhan menatap Alfhan tajam lalu memegang pundaknya.

"Besok Abah bakal sadar bang, besok lo temenin Gue ya..," Alfhan melihat Asfhan heran.

"Kemana?, Pengajian?, Ogah Gue!" Alfhan memutar bola matanya malas.

Asfhan tertawa pelan melihat langit-langit kamar lalu melepas pecinya.

"Temenin Gue umroh,"

"HAH?!, gila Lo Fhan, Gue baru pulang bro, belum persiapan...,"

"Gue udah siapin semua bang tinggal lo belajar tata caranya,"

Alfhan hanya terdiam, lalu menatap Asfhan.

"Nggak!, Gue nggak bisa,"

"Bang temenin ya, ini terakhir Gue repotin lo, habis ini Gue nggak bakal ganggu lo lagi,"

"Nggak,"

"Bang please ya,"

Asfhan memelas melihat Alfhan yang menghela nafasnya, kemudian melihat saudaranya itu.

"Oke, tapi lo yang urus semua, soalnya Gue males repot,"

"Tenang semua udah beres, lusa kita berangkat,"

"Hmm, oke Gue mandi dulu ya,"

Alfhan bangkit dari tidurnya kemudian masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Asfhan yang merapikan pecinya lalu meraih fotonya dengan Alfhan.

"Kita emang beda bang, tapi yakin ada sedikit sifat kita yang sama, besok mungkin Gue bakal titip apa yang nggak bisa Gue jaga bang,"

Bisik Asfhan meletakkan kembali bingkai foto yang ia ambil lalu berlalu kluar dari kamar Alfhan.

...****************...

"Nak,"

Panggil Bu Azni menghentikan langkah Asfhan yang hendak pergi menuju aula pesantren, terlihat sebuah kitab nashoiul ibad di tangannya.

"Kenapa ummah?," Tanya Asfhan merapikan pecinya lalu menghampiri Bu Azni yang tengah duduk santai di kursi meja makan.

"Kamu sudah bilang Abang mu soal Umroh?"

"udah..., Asfhan udah bilang sama Abang,"

"Trus?"

"Abang mau,"

"Alhamdulillah,"

Bu Azni mengusap wajahnya.

"ya udah kalau gitu, Asfhan berangkat dulu, mau khataman kitab,"

"Khatam sekarang nak bukannya masih banyak?"

Asfhan membuka kitabnya lalu tersenyum melihat Bu Azni.

"Cuma kurang 5 lembar habis ini Asfhan kebut,"

"Masih banyak Nak, besok aja kasihan kamu bacanya,"

"Nggak ummah, besok kan kamis ngaosnya libur, jum'at Asfhan berangkat, kasihan santri-santri kalau nggak khatam ngajinya,"

Asfhan tersenyum menampilkan ceruk pipinya.

"Kan bisa habis kamu pulang umroh nak,"

Asfhan hanya tersenyum mendengar ucapan Bu Azni.

"Nggak Ummah, Asfhan nggak bisa, udah ya Asfhan berangkat Assalamuallaikum,"

Ucap Asfhan seraya mencium tangan Bu Azni.

"Walaikumsalam," jawab Bu Azni melihat punggung Asfhan yang menjauh. Lalu, tiba-tiba saja rasa janggal menghampiri perasaannya.

"Astaghfirullah, kenapa perasaan ku menjadi tidak enak ya mendengar ucapan Asfhan, semoga dia baik-baik saja selama umroh,"

Gumam Bu Azni pelan tanpa tahu sekenario apa yang rabb tengah jalankan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!