Suara bacaan lantunan Al-Qur'an terdengar merdu dari salah satu kamar ndalem kyai Azzam. Suasana ndalem juga terasa begitu sepi,beberapa lampu telah di matikan namun tidak dengan kamar Asfhan, dimana kini ia tengah sibuk mengulang hafalan Al-Qur'an yang akan ia selesai kan minggu depan.
Asfhan mengakhiri bacaannya, lalu meletakkan mushaf Al Qur'an diatas meja kemudian berjalan kluar menuju balkon, menikmati semilir angin yang berhembus pelan menggerakkan sarung yang ia gunakan.
"Aliza," bisik,Asfhan tersenyum. Tangannya memegang sebuah bingkai dimana kaligrafi Aliza mengisi bingkai itu.
Aliza memberikan hadiah kaligrafi itu setelah acara wasanawarsa malam hari sebelum Aliza pulang sebagai ucapan terima kasih karna Asfhan telah membimbingnya dalam lomba mewakili PP Abu Abbas.
Pertemuannya dengan Aliza memang tergolong sederhana,hanya berawal dari Aliza mengikuti lomba kaligrafi yang berada dalam bimbingannya. Dan dari situlah kedekatannya dengan Aliza terbangun hingga tak sadar menghadirkan ritme rasa di perasaan Asfhan yang di sebut cinta.
Muhammad syarfiq Asfhan Al-Ghazali adalah nama lengkap Asfhan sosok yang menjadi primadona di kalangan santri P.P Abu Abbas. Selain paras yang rupawan Asfhan juga memiliki keilmuan yang tinggi, di mana 1 bulan yang lalu ia berhasil memenangkan lomba Tafsir kitab ihya' Ulumuddin tingkat Internasional di maroko. Dan minggu depan Asfhan akan menyelesaikan hafalan Alqur'an.
Asfhan memejamkan matanya memorinya berputar, mengingat percakapan terakhirnya dengan Aliza tempo hari.
"Tapi saya tidak pantas untuk Gus Asfhan, beliau itu putra kyai besar sedangkan saya hanyalah apa...,"
Asfhan menghela nafasnya, lalu menatap langit malam yang berhias bulan bintang.
"Saya tidak pernah memandang kamu siapa za, bagi saya kemuliaan akhlaq mu sudah melebihi apa yang saya punya, saya akan membawa rasa ini ke jenjang serius Za, walaupun kamu baru saja lulus Aliyah tapi saya yakin bisa membahagiakan kamu Aliza,"
Bisik Asfhan pelan menatap langit malam bersamaan dengan desir angin yang membawa suaranya pergi.
...****************...
Suara denting jam terdengar mengisi ruang pribadi kyai Azzam. Di atas sebuah bantal duduk terlihat sosok Asfhan yang tengah diam menatap langit-langit ruangan, menunggu kyai Azzam yang ingin ia temui.
Setelah hampir 15 menit menunggu, sosok kyai Azzam terlihat memasuki ruangan itu, sebuah kitab berbalut sorban terlihat di tangannya.
Kyai Azzam tersenyum duduk di hadapan putra bungsunya itu. Mata tuanya yang berbingkai kaca mata teduh menatap Asfhan.
"Ada apa nak?, Tumben kamu mencari Abah,"
Asfhan menghela nafasnya kepalanya yang menunduk terangkat melihat Kyai Azzam.
"Asfhan,suka salah satu santri Abah," Ucap Asfhan mengutarakan apa yang ada di perasaannya.
Kyai Azzam tersenyum mendengar ucapan putranya yang baru berusia 21 tahun itu.
"Siapa nak yang kamu suka?"
"Aliza Khansa Zahira Fattahillah," Jawab Asfhan lugas entah keberanian yang membuatnya berkata jujur kepada Kyai Azzam.
Kyai Azzam melepas kaca matanya lalu mengusap kumis putihnya, mengingat sosok Aliza yang terasa familiar di benaknya.
"Aliza putri pak Dahlan yang teman Abah dulu waktu Tsanawiyah, cucu Ki Hanum Wirabraja, pemilik padepokan silat Walisongo?" Jelas Kyai Azzam memejamkan matanya lalu melihat Asfhan yang mengangguk.
"Iya Bah,"
Kyai Azzam mengangguk mengerti lalu tangan hangatnya memegang pundak Asfhan.
"Abah bangga dengan kamu yang berani bersikap gentleman mengutarakan apa yang kamu rasakan, sekarang mau kamu bagaimana nak?"
Asfhan menghela nafasnya menyiapkan jawaban yang sudah menjadi keputusannya.
"Asfhan ingin mengkhitbah Aliza bi," Jawab Asfhan menatap Kyai Azzam. Asfhan yakin keputusannya adalah hal terbaik, karna Asfhan tidak ingin menyimpan rasa itu dan menjadikannya maksiat hati.
"Baik besok kita ke rumah Pak Dahlan untuk mengkhitbah Aliza,"
Asfhan tersenyum menatap Abahnya.
"Boleh bah?"
"Selagi itu hal baik kenapa tidak, asal kamu janji bisa membahagiakan Aliza dan bertanggung jawab menjaganya,"
Kyai Azzam tersenyum mengusap pundak putra bungsunya itu, karna hal ini sebenarnya apa yang sudah ia rencanakan sejak lama bahkan Kyai Azzam sempat membicarakannya kepada Pak Dahlan, Abi Aliza tanpa sepengetahuan Asfhan. tapi teryata Allah maha baik telah mengatur semuanya sedemikian rupa.
Asfhan mencium tangan Kyai Azzam lalu memeluknya erat, Asfhan begitu bersyukur memiliki sosok Abah seperti Kyai Azzam, dimana sebuah ketegasan yang terbalut sebuah kasih sayang.
"Terimakasih Abah..., terimakasih...,"
Kyai Azzam hanya tersenyum menepuk pundak Asfhan.
"Jaga dia, buat Aliza bahagia, jangan sakiti dia karena dia juga putri Abah,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
anonymous
masyaallah, ikutan adem juga nih yg baca
2024-05-15
1