Hari ini aku berangkat ke sekolah seperti biasanya. Mataharinya pun masih seperti biasanya. Orang-orangnya, toko-tokonya, jalannya, semuanya. Namun ada satu yang berbeda, yaitu HP ku
"Halo dek...." Kata yang selalu ada di layar HP-ku akhir-akhir ini.
"Udah makan belum? Udah mandi? Lagi apa?" adalah kata-kata yang sekarang paling sering muncul dikotak pesanku.
Mungkin sudah ratusan SMS, tapi belum ada yang ku balas satu pun. Entahlah, hati belum ingin untuk membalasnya, tapi lama kelamaan kenapa aku jadi kasihan. Apakah dia tidak mengenal kata menyerah? Atau dia hanya terlalu penasaran hingga ambisinya menjadi sangat tinggi?
Aku terus melangkah perlahan. Hari ini aku pergi agak sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Jam masih menunjukan pukul 7:15. Dari kejauhan tampak mobil Dinas polisi. Mobil Dinas yang selalu berpapasan denganku setiap akan berangkat mengajar. Aku tidak tahu siapa yang mengemudinya. Namun setiap kali kami berpapasan, dia selalu menyalakan lampu sorotnya dan menghidupkan klakson. Aku sempat menerka-nerka, apakah dia yang mengirim Ayu untuk meminta nomor HP-ku?
"Tiiiittt... " Klakson panjangnya berbunyi lagi.
Aku cuek, karena tidak merasa jika itu untukku. Bisa saja itu untuk orang lain. pengendara lain atau memang dia lagi suka menekan klakson saja. Lagi kurang kerjaan mungkin?
Mobil Dinas Polisi itu memang selalu berpapasan denganku setiap pagi. Sepertinya, pria yang mengemudikan mobil itu adalah ajudan pribadi seorang komandan polisi. Aku juga sebenarnya tidak tahu sih, cuma mendengar dari gosip-gosip yang ada. Konon katanya, banyak wanita yang ingin jadi pacar si ajudan, tapi maaf aku tidak termasuk salah satu dari wanita-wanita itu.
Tak terasa aku sudah sampai didepan rumah kak Una. Ternyata dia sudah berada di depan rumah sedari tadi menungguku. Langsung saja ku hampiri dia. Namun saat aku melangkah maju hendak menyeberangi jalan, ada seseorang yang tengah duduk diatas motor seraya memainkan gas motornya dengan terus menerus. Aku menoleh ke arahnya. Dari seragamnya, dia seorang polisi juga. Ah, kenapa ada polisi dimana-mana. Mereka seperti jamur.
Dia menatapku tajam. Aku merasa aneh karena dia melihatku tanpa putus seperti orang ingin menagih hutang. Apa dia mengenaliku? Bisik batinku.
Aku mempercepat langkah kakiku. Aku pura-pura tidak melihatnya. Sumpah, aku betul-betul tidak suka saat ada laki-laki, polisi lagi, menatapku dengan tatapan maut seperti itu. Apaan sih?
"Kok kayak ketakutan? " tanya Kak Una.
"Eh, enggak kenapa-kenapa kok Kak... Yuk..." Jawabku.
Aku bergegas menggandeng tangan Kak Una. Kami lalu berangkat menuju sekolah. Polisi itu, apa yang sedang dia lihat?
...****************...
Aku sudah selesai mengajar di kelas 6, dan ini adalah kelas terakhirku hari ini. Tiba-tiba kepingin makan mie ayam jamur di dekat sekolah. Mi ayam jamur kesukaanku sejak awal aku pindah ke pulau ini.
Lebih baik aku mengajak kak Una untuk makan bareng pikirku. Namun lagi-lagi HP ku bergetar tanda ada pesan masuk.
"Hai, lagi ngapain? " SMS dari seseorang. Dia lagi dia lagi pikirku. Masih dengan nomor yang sama. Apa dia nggak bosen ngirim SMS ke aku yang tidak aku balas satu pun.
"Balas dong...please." SMS-nya lagi
Aku masih tidak mau meresponnya. Cepat-cepat ku masukkan HP-ku ke dalam tas, lalu pergi menemui kak Una. Tapi entah kenapa perasaanku tiba-tiba menjadi tidak tenang karena tidak membalas pesan darinya. Lama aku berdiam diri didepan pintu kelas sambil sesekali mengetuk-ngetukkan ponsel ke daguku secara perlahan. Persis seperti orang yang sedang berpikir keras. Dan setelah diam beberapa saat, akhirnya aku memutuskan untuk membalas pesan darinya.
"Lagi mau makan mi ayam jamur." tulisku dan itu untuk kali pertamanya aku membalas pesan dari orang aneh ini. Namun tak berselang lama dia langsung membalas lagi SMS dariku. Cepat sekali dia membalasnya, seolah dia memang sedang menatap layar ponselnya menunggu pesan dari ku.
"Mi ayam jamur yang di mana?" tulisnya.
"Yang di dekat lorong sekolah." jawabku.
" SDN 1 kan? Abang ikut ya? " pintanya.
Aku mengerutkan keningku dan berhenti membalas SMS darinya. Ini orang kenapa sih? tanyaku dalam hati. Aku bingung harus membalas dengan kata apa. Apakah aku memperbolehkannya ikut ? Atau aku mengabaikannya saja? Duh...!
Saat aku sedang galau sendiri, tak kusadari ternyata kak Una sudah berada di belakangku.
"Hey, melamun aja !" sapa kak Una.
"Astaghfirullah Kak Una, kaget lo... " Aku mengelus dadaku.
"Lagian kamu, ngapain sih? Melamun ya...?
Aku hanya tersenyum. Apakah sebaiknya Aku meminta saran kak Una ?
" Kak Una, sebenarnya ada yang ngajak aku untuk jumpa..." kataku pelan.
" Cieee... siapa? pacar baru ya? " tanya kak Una sambil meledekku.
"Bu... bukan kak... cuma kenalan via SMS doang kok." jawabku.
"Ya udah tinggal jumpai aja, beres kan!? " saran kak Una. "Ya Uda, kalau gitu kakak duluan ya...?" Kak Una berlalu meninggalkanku begitu saja.
"Eh Kak tung.... " aku mau mencegah kak Una pergi, tapi dia sudah keburu jauh.
Aku kembali mengambil HP-ku. Lalu membuka kotak pesan.
"Ya udah deh, kamu boleh ikut..." Aku menutup mata saat menekan tombol kirim.
Entah bagaimana rupa laki-laki ini aku tidak tahu. Apakah dia orang yang baik? Apa dia cuma playboy cap buaya darat yang suka mempermainkan perempuan? Atau dia ini jangan-jangan suami orang yang lagi cari selingkuhan? Ya Tuhan, aku dalam musibah besar ini!
Kembali teringat waktu tinggal dikota dingin dekat polsek. Dulu aku sempat punya teman namanya Henni. Dia pindahan dari kota Minangkabau. Orangnya baik ramah. Ibunya juga tinggal diasrama polisi dekat polsek. Aku pikir dia anak bapak Kapolsek, tapi ternyata. Ibunya hanya dijadikan simpanan oleh oknum kapolsek tersebut.
Namun meski aku sudah tahu Henni adalah anak dari hasil selingkuhan si oknum kapolsek itu, aku tetap berteman baik padanya. Dia juga sering mengajak aku untuk main keasrama. Kami masak bersama, makan bersama. Dia juga sempat memberikanku gelang persahabatan waktu kami pergi ke pasar malam yang ada di dekat rumah.
"Nih buat kamu... " Kata Henni kala itu sembari menyodorkan sebuah gelang manik-manik berwarna hitam padaku.
"Ini buat aku? " tanyaku.
"Iya... ini tuh gelang persahabatan. " katanya sambil memakaikannya dipergelangan tanganku.
"Emangnya kamu anggap aku sahabatmu? " tanyaku.
"Iya dong. Kan kamu satu-satunya orang yang mau ngobrol sama aku waktu aku baru masuk sekolah." katanya yang membuat aku mengingat-ingat kembali moment itu.
"Masa sih? " Tanyaku. Dia mengangguk pelan.
Sayangnya, kami lost contact waktu aku pindah sekolah secara tiba-tiba. Waktu itu aku kehilangan ponselku saat pergi pasar malam bersama teman-teman. Aku lupa menulis nomor HP nya saat akan pindah. Mungkin dia sudah pulang ke kampung halamannya di Padang. Aku harap, dia selalu bahagia dimana pun dia berada. Dan aku, semoga aku juga tidak punya masalah setelah nanti aku kenal dengan polisi peneror 'Hallo Dek' ini. Yah, semoga saja ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments