Mobil mewah itu berhenti tepat Kania tergeletak.
Sang supir segera keluar.
"Tuan' dia masih hidup."
"Kalau begitu tinggalkan dia dan kita pergi."
Sang supir yang sudah tahu karakter majikannya segera mengangkat tubuh Kania dan memasukkannya kedalam mobil bersebelahan dengan pria yang masih terus melanjutkan pekerjaannya.
"Ah...." Desah Kania menahan sakit di dalam alam bawa sadar tapi pria yang duduk disampingnya sama sekali tidak peduli kondisinya saat itu.
"kasihan sekali perempuan itu. Kenapa dia bisa ada di tempat sesunyi ini. Apa dia korban tabrak lari atau sengaja di buang di sini untuk menghilangkan jejak?"
Sang pengemudi terus menerka apa sebenarnya terjadi pada Kania.
Tidak beberapa lama kemudian, Pria yang duduk di samping Kania menutup laptop.
Wajah paling kearah Kania.
"Astaga, apa yang terjadi dengannya, kenapa wajahnya separah ini. Medi kenapa lambat sekali? Apa kamu mau dia mati di dalam mobilku?"
"Baik tuan"
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi memasuki kota.
Melihat mobil yang sudah tidak asing lagi, seorang satpam segera membuka pintu.
"Cepat cari bantu untuk selamatkan dia."
"Baik...." mendengar perintah Medi pak satpam berlari masuk kedalam gedung.
Tidak lama kemudian 4 orang perawat datang sembari mendorong brankar.
Dengan dibantu pak satpam dan empat perawat lainnya tubuh Kania di letakkan diatas brankar dan di membawanya masuk gedung rumah sakit.
"Kalau tuan ingin pulang biar Saya mengantar pulang setelah itu Saya akan kembali untuk menemani perempuan itu."
"Kamu pulanglah dan bawakan pakaian gantiku kemari. Malam ini Aku akan bermalam disini sambil memantau perkembangan rumah sakit."
Pria itu segera keluar dari dalam mobil sembari memperbaiki stelan jasnya.
Setelah dirasa cukup dia pun melangkah masuk. Pandangan mata terarah padanya tapi dia sama sekali tidak merasa risih atau grogi.
Kaki jenjangnya terus diayun hingga terhenti di depan pintu life.
Tampak pria itu memencet tombol hingga pintu life terbuka otomatis.
Setelah pintu terbuka sempur pria itu pun langsung masuk dan life membawanya keatas.
"Kamu lihat tidak tuan Abraham tadi, dia begitu tampan bukan? Betapa beruntungnya bisa memiliki suami sepertinya."
Seorang pegawai resepsionis yang begitu gembira tak kalah melihat pujaan hati berlalu di hadapannya.
"Jangan menghayal terlalu tinggi, takutnya kamu jatuh dan tidak tertolong. Level kita hanya sekelas satpam jangan berharap untuk memilik sang raja."
"Pasti kamu sirik, Aku yakin kamu juga menginginkan tuan Abraham tapi kamu malu mengakuinya"
"Kartika Putri yang Soleha dan tidak sombong, siapa si yang tidak mau memiliki suami sekaya, setampan dan sehebat tuan Abraham di muka bumi ini? Tapi kita juga harus sadar diri dengan kondisi dan keadaan kita. Kamu dan aku itu ibarat langit dan bumi dengan tuan Abraham dan sampai lebaran monyet pun kita tidak akan pernah bisa memilikinya. Paham!"
"Aku malas berdebat denganmu, buang-buang energiku saja."
Sementara itu Kania terus dibawa ke ruang gawat darurat.
Tubuh melemah dan sesekali terdengar rintihan. Bibirnya sudah di penuhi dengan darah .
"Cepat-cepat, pasien sudah kehilangan banyak darah." Seorang dokter membuka pintu lebar-lebar untuk memberi jalan pada bankar yang membawa tubuh Kania.
"Siapa yang bertanggung jawab atas pasien ini? lanjut dokter itu lagi.
"Tadi pasien diantar tuan Abraham dan sekretarisnya" balas salah seorang dari 4 perawat itu.
"Jadi beliau ini kerabat tuan Abraham? terus kenapa kalian bersantai-santai membawanya. Ingat kalau sesuatu terjadi padanya maka tamat sudah karir kita."
Sesegera mungkin mereka membawa Kania masuk kedalam dan mulai memeriksa.
"Kasihan sekali perempuan itu, wajahnya rusak sampai-sampai tidak bisa dikenali, kakinya patah untung saja tidak terjadi apa-apa pada organ vitalnya." Sang dokter memandang iba pada keadaan Kania.
Belum juga beberapa saat pandangan sang dokter teralihkan tiba-tiba seorang perawat berlari mendekatinya.
"Dok......pasien sekarat, dia terlalu banyak mengeluarkan darah."
"Kenapa tidak langsung mengambil darah di ruang penyimpanan. Awas saja kalau sampai terjadi sesuatu pada pasien ini maka jangan harap tuan Abraham akan melepaskan mu."
"Saya sudah menghubungi teman-teman yang lain akan tapi persediaan darah yang sama dengan pasien tidak ada bahkan kita tidak pernah menyimpan golongan darah seperti pasien miliki."
"Memangnya pasien memiliki golongan darah apa?"
"Rh-null?
"Apa Rh-null, darimana kita bisa dapat golongan darah selangkah itu?
"Itulah dok, kami sudah menghubungi beberapa rumah sakit dan beberapa lembaga tapi hasilnya nihil mereka tidak memiliki stok seperti yang kita inginkan"
"Astaga, ini tidak bisa dibiarkan, tuan Abraham harus tahu ini sebelum karir kita sampai disini. Ya Tuhan, kenapa Engkau memberi cobaan lagi pada kami."
Dokter itu bergegas pergi meninggalkan ruang ICU.
"Pasti tuan Abraham sangat marah bila Aku menyampaikan ini padanya. Baginya, hal seperti ini sepele tapi bagi dokter sepertiku ini sudah hal terbesar. Sudahlah, ini sudah resiko, jika pun harus keluar dari rumah sakit yang sudah membesarkan namaku aku ikhlas."
Dokter sudah berdiri di depan ruangan Abraham, wajah tampak cemas.
Dengan mengumpulkan keberanian dia pun mengetuk pintu.
Tok...tok ..tok.
"Masuklah"
Terdengar nada penuh bas di dalam sana.
Kembali sang dokter mengumpulkan keberanian memutar gagang pintu dan mendorongnya.
"Permisi Tuan, maaf jika saya mengganggu istirahat tua. Apa saya boleh masuk?"
Abraham hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kembali sang dokter menutup pintu. Dengan berjalan pelan dia mendekati Abraham.
"Katakan ada kepentingan apa kamu menemui ku?"
"Maaf sebelumnya Tuan, pasien yang bersama anda kemari lagi kritis, lukanya cukup parah dan memerlukan pendonor."
"Maksudmu, aku yang harus mendonorkan darahku?"
"Bukan begitu tuan, kami sudah berusaha mencari. Beberapa rumah sakit dan lembaga kesehatan sudah kami hubungi akan tapi persediaan darah seperti miliki pasien kosong dan belum pernah ada pendonor darah seperti itu."
"Terus kalau kalian tidak bisa mendapatkannya untuk apa perusahan mengaji kalian setinggi langit."
"Golongan darah yang dibutuhkan saat ini bukan golongan darah biasa, golongan darah ini cukup langkah, mungkin hanya satu dua orang saja di dunia ini yang memilikinya."
"Golongan darah apa itu?"
"Rh_null."
"Kamu boleh pergi sekarang"
Tanpa banyak bertanya dokter itu pun pergi.
"Ada apa dengan tuan Abraham, bukanya memberikan solusi malah menyuruhku pergi. Sungguh orang itu tidak bisa di tebak."
Setelah keluar dalam lift, dokter itu kembali ke ruang ICU dimana Kania sedang mempertaruhkan nyawanya.
"Bagaimana keadaan pasien? Tanya dokter itu pada seorang dokter lain yang berjaga di sana di temani beberapa perawat.
"Dia masih kritis, kalau tidak segera di tangani aku tidak tahu apa dia masih bisa bertahan 1 jam ke depannya."
"Kasihan sekali nasibnya. Apa kalian sudah sebar di pemberitaan dan media sosial kalau kita membutuhkan pendonor darah?
"Sudah dok, tapi sepertinya respon masyarakat kurang."
"Semua sudah kita upayakan, tinggal kita menunggu keajaiban dari Tuhan."
Semuanya terdiam memandang kearah Kania. Sesekali perempuan itu meringis di dalam alam bawah sadarnya.
Krek .....
Tiba-tiba pintu terbuka.
"Ambil darahku untuknya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments