Suasana hati Kania berkecamuk antara tidak percaya dan juga penasaran dengan keberadaan Riko saat ini.
Dengan memberanikan diri Kania berdiri.
"Mau kemana kamu Kania" Rita memegang tangan Kania sembari berbisik.
"Apa urusannya denganmu?" Kania menarik paksa tangannya.
"Ingat Kania, orang tua Riko ada disini apa kamu tidak takut di cap sebagai calon menantu tidak beretika, meninggalkan acara yang belum jua usai?"
"Tau etika juga rupanya perempuan sepertimu setelah apa yang kamu perbuat pada ibuku."
Senyum mengembang di wajah Kania. Dia benar-benar puas memberi pelajaran pada perempuan yang selama ini menyakiti hati ibunya.
"Jangan menghalangiku atau semua orang akan tahu kelakuanmu dan bandot tua itu."
Belum juga melangkah, Ari kembali menghadang.
"Kania, kamu mau kemana?"
"Aku mau menemui seseorang, jangan halangi langkahku."
"Sekali kamu melangkah keluar jangan harap aku akan mengakui mu lagi."
"Apa pernah kamu mengakui ku. kamu lebih sibuk dengan pelakor ini ketimbang aku dan ibuku, menyingkirlah."
Tanpa mempedulikan ancaman ayahnya, Kania terus melangkah keluar dari ruangan itu .
"Anak itu benar-benar kurang ajar, dia sudah melampaui batas."
Wajah Ari begitu geram menatap kepergian Kania hingga Kania hilang di kerumunan orang.
"Sabarlah mas, suatu saat Kania pasti paham keadaan ini."
"Saya benar-benar heran dengan anak itu dapat ibu sabar sepertimu, tapi dia masih menganggap mu perempuan jahat."
"Saya tidak apa-apa mas, yang penting Kanianya bahagia aku rela menjalani semua ini."
"Terimakasih sayang, kamu benar-benar pengertian."
Sementara itu, Kania terus melangkah di ikuti Melinda menuju kearah parkiran, entah kemana Erika saat itu hingga dia tidak bergabung dengan mereka.
"Kamu mau kemana Kania?"
"Aku ingin menemui Riko, sekarang dia ada di kota ini."
"Serius? bukannya Riko di luar negeri mengurus bisnisnya?"
"Aku tidak tahu, mungkin dia ingin memberi kejutan padaku, tapi sebelum semua itu terjadi aku yang akan memberi kejutan padanya."
"Kalau begitu aku menemanimu." Melinda sudah ingin masuk kedalam mobil tapi Kania mencegahnya.
"Tidak usah, kamu tinggal saja bersama Erika dan nikmati pestanya."
Tanpa mendengarkan jawaban dari Melinda Kania masuk kedalam mobil.
"Kamu hati-hati, sesampainya di sana jangan lupa beri kabar padaku?"
Melinda melambaikan tangan mengikuti kepergian mobil Kania.
"Riko pasti akan terkejut melihatku."
Sambil tersenyum manis dan sesekali mengikuti lantunan musik, Kania mengemudi menuju kearah lokasi keberadaan Riko.
Tidak beberapa lama kemudian mobil berbelok masuk kedalam sebuah apartemen.
Kania keluar dari dalam mobil sambil menatap ke atas gedung. Gedung pencakar lagi bak menembus langit.
"Sejak kapan Riko membeli apartemen. Bukankah rumah keluarganya tidak jauh dari sini? Ah...sudahlah, mungkin ini semua kejutan atas pernikahan kami."
Kania berjalan cepat menuju kearah pos jaga.
Melihat kedatangan Kania, dua satpam segera berdiri menyambutnya.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya salah seorang diri mereka.
"Apa benar Riko tinggal di apartemen ini?"
"Riko Anggoro maksud anda?" balas salah satu dari mereka.
"Siapa lagi Riko yang berkuasa di sini selain dia?"
"Maaf nona, kalau boleh tahu anda ini siapa?"
"Apa aku perlu memperkenalkan diriku agar kamu bisa menunjukkan keberadaannya."
"Tentu nona, soalnya kami menjaga privasi setiap orang yang tinggal di apartemen ini."
"Aku adalah calon istrinya, apa kamu puas."
Kania sedikit mencondongkan wajahnya ke depan.
"Jangan bercanda nona."
"Apa aku terlihat bercanda?"
Pak satpam menggeleng melihat keseriusan di wajah Kania.
"Kalau memang nona tunangan pak Riko, terus perempuan yang selama ini bersamanya siapa?"
Tanpa sengaja mulut salah satu satpam itu kebablasan
sehingga membuat wajah Kania berubah memerah.
"Jaga ucapanmu. Riko tidak mungkin bersama perempuan lain apalagi sampai berdua-duaan di apartemen. Mungkin kalian salah orang."
"Kenapa dengan diriku ini? Tadi aku sendiri bilang menjaga privasi penghuni apartemen, tetapi kenapa aku sendiri yang membocorkannya." Pak satpam dalam hati sambil menggaruk kepala.
"Cepat antar aku ke apartemen Riko." tanpa aba-aba kania langsung menarik tangan salah satu satpam menuju pintu masuk apartemen.
"Maaf nona, Riko yang anda maksud dengan kami maksud itu beda orang."
"Nanti kita lihat saat kita bertemu orangnya langsung."
Pak satpam mencoba menghindar, tapi kali ini Kania tidak melepaskannya.
Kania terus menarik lengan baju pak satpam hingga masuk kedalam gedung apartemen.
"Cepak katakan di tingkat mana Riko dan perempuan itu tinggal sebelum aku menendang bolong mu menembus dinding kaca lift ini?"
"Sumpah nona, Riko yang anda maksud dan saya maksud itu beda orang."
Pak satpam masih saja terus mengelak saat mereka sudah berada dalam lift.
"Baiklah, coba lihat ini." Kania menendang kaca lift hingga beberapa kali tapi sayang dinding yang terbuat dari kaca itu begitu keras dan kokoh.
"Percuma nona, itu terlalu kuat kasihan sepatumu." pak satpam sedikit cengengesan melihat ulah Kania.
"Jadi kamu memandang remeh padaku, mungkin seol ini kamu menang, tapi bagaimana setelah kamu mengetahui kalau aku ini anak Ari Laksono"
"Tuan Ari Laksono itu ayah nona?"
Ketakutan mulai terlihat wajah satpam itu setelah mendengar nama Ari Laksono.
Kania mengangguk datar.
"Kalau begitu maafkan saya, saya benar-benar tidak tahu kalau Anda ini putri tuan Laksono."
"Baik kalau kamu sudah paham, sekarang tekan tombolnya dan bawa aku ke apartemen Riko."
"Ternyata nama bandot itu ada gunanya juga rupanya untuk menakuti tikus seperti ini." Senyum Kania dalam hati.
Tanpa menunggu lama pak satpam langsung memainkan jemarinya pada papan angka yang menempel pada dinding lift.
Lift meluncur naik ke tingkat paling puncak apartemen.
Tidak berselang lama kemudian pintu lift terbuka.
"Apartemen pak Riko ada di ujung sana." tunjuk pak satpam kearah lorong apartemen.
"Aku tidak lihat, cepat antar aku kesana." Kembali Kania membentak satpam itu.
"Tapi aku takut tuan Riko marah besar padaku."
"Soal Riko biar aku yang atasi, kamu antar aku saja setelah itu kamu boleh pergi."
Mau tidak mau kembali pak satpam mengikuti kemauan Kania
Dengan langkah berat pak satpam itu membawa Kania menyusuri lorong apartemen dan berhenti pada ruangan paling ujung menghadap ke laut.
"Disini mereka tinggal. Kalau begitu saya permisi."
Belum juga satpam itu pergi Kania kembali menarik lengan majunya.
"Tugasmu belum selesai. Ketuk pintunya, setelah Riko keluar kamu baru boleh pergi."
"Tapi nona, reputasi dan pekerjaanku akan hilang jika pak Riko mengetahui aku mengantarmu dan menunjukkan ruangannya."
Kania mengeluarkan kartu dalam tas kecilnya dan menyerahkan pada pak satpam.
"Ini bisa kamu gunakan setelahnya."
Pak satpam itu mengambil kertas kecil dari tangan Kania dan membacanya dengan saksama.
"LAKSONO grup"
"Apa lagi yang kamu tunggu? aku sudah menjamin mu, sekarang lakukan tugasmu sebaik mungkin."
Dengan berat hati pak satpam mendekat kearah pintu dan berdiri dengan keraguan besar di dalam hatinya.
Sebelum pak satpam itu mengetuk pintu Kania mengambil posisi bersandar di dinding ruangan agar saat Riko keluar dia tidak langsung melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yuli a
mau beri kejutan, ternyta malah kamu yg terkejut kania....
justru si cupu itu kyaknya yg nanti bkal nolongin kania...🤭🤭🤭
2024-05-27
2