Seketika mata terarah pada sosok yang baru saja masuk ruangan.
"Selamat malam tuan."
Ucap orang-orang dalam ruangan itu sambil menundukkan kepala.
"Cepatlah lakukan sebelum kalian semua menyesal."
"Baik. silahkan lewat sini tuan."
Pria yang tak lain adalah Abraham segera mengikuti sang dokter masuk kedalam sebuah ruangan.
"Tumben sekali tuan Abraham mau mendonorkan darahnya. Siapa sebenarnya perempuan ini, kenapa dia begitu spesial dimata tuan." ucap seorang dokter paru baya yang tak lepas menatap kepergian Abraham dan teman seprofesinya.
"Betul katamu, tapi lebih betul lagi kalau kamu mengerjakan pekerjaanmu dengan baik." Tiba-tiba saja Medi muncul tak terduga.
"Kenapa kedua orang ini memiliki aura mistis, kemunculannya dan tingkahnya sulit ditebak. Benar kata orang tua dulu kalau hantu akan berkawan dengan hantu pula." umpat sang dokter dalam hati.
"Kamu berani mengumpat ku?"
Medi sedikit mendekatkan wajahnya kepada dokter paru bayah itu.
"Saya mana berani tuan. Kalau begitu anda duduklah biar saya menyiapkan semuanya."
Dokter paru baya itu segera pergi meninggalkan Medi dalam keadaan gugup.
"Betul juga kata dokter itu, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba tuan Abraham mendonorkan darahnya pada perempuan yang sama sekali baru dilihatnya. Benar-benar manusia misterius."
Medi duduk di sofa sambil menunggu proses transfusi darah Abraham.
Tidak beberapa lama kemudian pintu yang di tempati Abraham terbuka.
"Tuan, ada baiknya anda istirahat untuk memulihkan kondisi anda. Darah anda cukup banyak terkuras."
"Kerjakan saja tugasmu, aku yang tahu keadaanku."
Abraham berlalu meninggalkan dokter yang bersamanya.
Melihat Abraham keluar, Medi dengan setia mengikutinya dari belakang.
Proses transfusi pun di mulai para dokter sibuk mengalirkan darah ke tubuh Kania.
Mereka begitu profesional mengerjakan pekerjaan merek jangan sampai ada yang kelalaian hingga membuat sang pasien tersakiti.
Pasien tersakiti itu berarti mereka akan berhadapan dengan Abraham.
"Akhirnya selesai juga. Kalian semua jaga pasien dengan baik, jika sesuatu terjadi segera laporkan padaku."
"Baik" balas mereka serentak.
********************************
Sementara itu Abraham yang sudah ada di dalam ruangan bersama dengan Medi.
Pria yang di tumbuhi bulu-bulu halus di wajahnya itu tampak memasukkan beberapa obat kedalam mulut.
Medi dengan cekatan mengisi air kedalam gelas dan menyodorkannya.
Abraham dengan sigap mengambil dan meminumnya hingga tidak tersisa sedikit pun.
"Pakaianku sudah kamu siapkan?"
"Sudah tuan, semua kebutuhan tuan malam ini juga sudah saya persiapkan."
Abraham berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju kearah kamar mandi.
Sepeninggalan Abraham Medi mempersiapkan kebutuhan majikannya.
Tidak berselang lama kemudian keduanya sudah berada di dalam mobil.
Seperti biasa Medi mengemudi sedangkan Abraham duduk di belakang.
Wajahnya sedikit pucat, mungkin pengaruh dari transfusi darah tadi.
"Apa tidak sebaiknya tuan beristirahat saja. Kondisi tuan saat ini tampaknya kurang baik."
"Aku yang tahu keadaanku, kerjakan saja pekerjaanmu."
"Baik tuan"
Mobi melaju menembus keramaian hingga berhenti di sebuah danau buatan yang ada di tengah-tengah kota.
Sudah hampir 3 tahun Medi menemani Abraham ketempat itu.
Hampir tiap malam mereka di sana menghabiskan malam bersama tanpa obrolan sedikit pun hingga larut malam menjemput .
Abraham duduk di tempat biasa dan memandang kearah danau.
Entah apa yang ada di benak pria itu, terkadang dia tersenyum tipis, kadang pula raut wajah memerah menahan emosi
Medi sesekali memperhatikan lalu membuang muka.
Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam tapi Abraham masih betah berdiam diri.
Medi juga tidak akan berani menegur, semua keputusan ada di tangan Abraham.
Sedikit demi sedikit Abraham mulai berdiri, sama seperti malam sebelumnya dia mengambil batu kecil dan melemparnya ke danau.
Hanya Abraham yang tahu kenapa setiap dia ingin pulang di melempar batu kedalam air.
Melihat Abraham melempar ke danau, Medi ikut berdiri dia tahu itu tanda kalau sebentar lagi mereka akan pulang.
Betul, Abraham segera berbalik dan melangkah kearah mobil.
Medi berlari mendahului untuk membuka pintu buat Abraham.
Mobil melaju meninggalkan danau menuju kejalan utama.
Belum juga pertengahan jalan kembali suara Abraham terdengar.
"Belok"
Medi segera membelokkan mobil. Sebuah gedung bertingkat dengan mobil berkelas sudah terparkir.
Melihat kedatangan Abraham dan Medi, seorang bertubuh tinggi besar dan bertato datang menghampiri mereka.
"Ruangan sudah kami sediakan, mari masuk tuan."
Abraham sama sekali tidak menggubris ucapan pria bertato itu, dia terus melangkah masuk kedalam gedung. Gedung dengan lampu kedap kedip dan suara musik mendayu di dalamnya.
Belum juga mengerjakan kaki di pintu masuk tiba-tiba seorang perempuan seksi mendekat dengan mata memerah karena mabuk.
"Selamat malam pria tampan. Apa malam ini kamu butuh service dariku?"
Perempuan itu menarik jas Abrahan dan sesekali menyandarkan kepalanya di dada pria itu sembari memainkan jarinya.
"Lepaskan" Medi menari tubuh perempuan itu tapi pegangannya cukup kuat di jas Abraham.
"Sebelum kamu menyesal cepat lepaskan!" hardik Medi lagi pada perempuan itu.
"Jangan maksa-maksa, kalian bisa bergantian menikmati ku biar nantinya aku memberi goyangan terhebat ku malam ini"
"Cie ......lepaskan." mata Abraham mulai memerah.
"Santai sayang, ku pastikan malam ini kamu pasti puas, kita akan melewati malam dengan penuh kenikmatan."
Tangan Abraham mencengkram leher perempuan itu dengan sangat kuat hingga membuatnya sulit bernafas.
Perempuan itu meronta, memberontak ingin menyelamatkan diri tapi sayang tenaganya tidak mampu melawan tenaga Abraham.
Orang-orang terus saja bergoyang dan menikmati minuman memabukkan yang ada di genggaman mereka.
Tak satupun dari mereka yang berani menghentikan perbuatan Abraham walau perempuan itu sudah di ujung ke matian.
Melihat nyawa perempuan itu sudah di ubun-ubun, Medi segera memegang tangan Abraham.
"Cukup tuan, tuan bisa saja membunuhnya."
Abraham sedikit merenggangkan cengkeramannya lalu mendorong perempuan itu jatuh kelantai.
perempuan itu terbatu-batuk lalu memuntahkan isi dalam perutnya.
"Perempuan buruk sepertimu tidak berhak menerima kenikmatan dariku."
Abraham berlalu meninggalkan perempuan itu yang masih memegangi dadanya.
Abraham menuju ke arah kursi lalu duduk. Sementara Medi masih setia berdiri di belakangnya.
Tidak beberapa lama kemudian seorang pelayang datang membawa nampan berisi minuman botol.
Setelah pelayan itu pergi, Medi maju dan menuangkan minuman kedalam gelas Abraham.
Para perempuan penghibur yang berada di sana tidak berani untuk mendekat.
Mereka takut mengalami nasib yang sama seperti yang dialami temanya tadi.
Waktu kini menunjukkan pukul 2 malam tapi Abraham masih terus meneguk minuman yang ada di hadapannya dengan Medi yang masih setia menuangkan minuman di setiap gelas itu kosong.
Sudah 5 kali pelayan datang membawa minuman tapi kondisi Abraham masih terlihat stabil.
"Tuan, anda sudah terlalu banyak minum. Ada baiknya kita pulang."
"Aku yang tahu keadaanku, jadi lakukan saja pekerjaanmu."
Medi terdiam, bila kata-kata itu sudah keluar maka Medi tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments