Dengan berat hati sang satpam melangkah mendekati pintu dan berdiri tegap depan daun pintu yang tertutup rapat.
"Hus.... apalagi yang kamu tunggu?" Kania sedikit mengecilkan suaranya.
Dengan mengumpulkan semua keberanian pak satpam mengetuk daun pintu.
Tok...tok..tok...
Ada tiga kali pak satpam itu mengetuk pintu hingga terdengar langkah kaki mendekat.
Crek....
Terdengar suara pintu terbuka dan keluar seorang perempuan muda hanya berbalut handuk setinggi dada sebatas paha.
Mata pak satpam tidak sedikit sedikitpun melihat pemandangan langkah di depannya.
"Ada keperluan apa bapak kemari?"
Perempuan itu sama sekali tidak risih mendapat tatapan tajam seperti itu.
Sebelum menjawab pak satpam menelan ludah sebanyak mungkin.
"A...da seseorang mencari tu...."
"Siapa yang itu?"
Belum juga ucapan pak satpam usai sudah terdengar suara seorang pria dari dalam.
Kania yang saat itu sedang bersandar di dinding tahu betul siapa pemilik suara itu.
Kania masih menahan diri di posisinya walau seluruh tubuh sudah bergetar menahan amarah.
"Pak satpam sepertinya mencari mu sayang."
Perempuan itu bergelayut manja pada pria yang juga hanya mengenakan handuk dengan tubuh masih basah.
Dia baru selesai mandi sama halnya dengan perempuan itu.
"Jaga sikapmu Rere di depan orang asing."
Pria itu menepis tangan si perempuan hingga terlepas.
"Kenapa harus jaga sikap, kita ini sudah melakukan semuanya tapi kenapa kamu masih saja kaku kepadaku."
"Kita melakukannya karena suka sama suka, lagian kamu sendiri yang terus memaksaku jadi wajar kalau aku memperlakukanmu seperti ini."
Plok...plok..plok....
Kania keluar dari tempat persembunyian sembari bertepuk tangan.
Kedua mata orang yang masih mengenakan handuk itu terbelalak saat melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka.
"Hebat sekali. Jadi selama ini kalian berdua memiliki hubungan khusus dan bercinta layaknya suami istri di belakangku?"
Kania mengangkat ujung bibirnya menatap sinis pada keduanya.
Hatinya remuk, jiwanya hancur, orang yang selama ini dia percayai bahkan sudah merancang pernikahan bulan ini ternyata tega mengkhianatinya.
Kania mencoba tegar walau sebenarnya kondisinya tidak seperti itu.
"Sayang, semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Perempuan ini yang selalu merayuku dan hampir setiap hari mendatangiku agar aku bisa memuaskan hasratnya."
"Jangan menyentuhku, najis aku disentuh olehmu."
Riko mendekat Kania, tapi Kania segera menahannya.
"Jangan munafik mas, selama ini kamu menikmati juga bukan apa yang selama ini kita lakukan"
"Jaga bicaramu Rere, kamu yang sering datang dan memohon-mohon padaku, kamu rela jadi simpanan ku asal aku tidak mengacuhkan mu."
"Ah ..jaga bicara? kalau mas tidak menikmati kebersamaan kita selama ini terus kenapa tumbuh janin di kandungan ini walau akhirnya mas memaksaku menggugurkannya. Sudahlah mas apa bedanya aku dengan Kania, kami satu bapak tapi lahir pada wanita berbeda satu wanita berkelas satu wanita gila."
Plak........
Satu tamparan keras mendarat di wajah Rere.
"Beraninya kamu menamparku"
Rere memegangi pipinya. Gambar tangan Kania tergambar jelas di sana.
"Aku bisa saja melakukan lebih dari ini wahai wanita pelakor. Benar kata pepatah, pohon busuk akan menghasilkan buah yang berulat. Kamu dan ibumu itu tidak ada bedanya suka menikmati terang pria yang sudah ada pemiliknya. Sungguh menjijikkan."
"Jaga mulutmu Kania." wajah Rere mulai memerah setelah Kania melontarkan singgungan pada diri dan ibunya.
"Aku jaga mulut atasku, tapi kamu dan ibumu harus jaga mulut bawahmu jangan sampai setiap orang dalam kota ini mencicipinya. Sungguh menjijikkan."
"Sayang, sudahlah, ini bisa kita bicarakan baik-baik."
Plak.....plak
Kembali tangan Kania mendarat di wajah Riko yang saat itu menegang pundaknya.
"Sudah ku katakan jangan menyentuhku lagi. Mulai saat ini kita tidak ada hubungan lagi dan ingat semua kecurangan kalian sudah aku rekan di handphone ini."
Kania melangkah pergi meninggalkan mereka.
"Kania tunggu."
Riko mencoba mengejar Kania tapi dihalangi pak satpam.
"Tolong tuan, jangan membuat ke gaduhan hingga membuat penghuni apartemen lain terganggu."
Mau tidak mau Riko terpaksa berhenti walau sebenarnya masih banyak yang ingin dia sampaikan pada Kania.
Air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya jatuh juga membasahi wajah cantik Kania.
Dia benar tidak percaya kalau Riko tegah mengkhianati kepercayaannya selama ini apalagi dia berhubungan dengan Rere perempuan yang sudah merebut kasih sayang ayahnya.
"Kenapa Engkau memberi takdir yang sama dengan ibuku."
Kania terduduk dalam life dengan air mata tak terbendung menetes pada gaunnya.
Pintu life terbuka, Kania berdiri. Dengan langkah sempoyongan dia keluar dari dalam life.
Perasaannya sungguh kacau saat itu.
Seperti tidak bertenaga Kania membuka pintu mobil lalu masuk. Lama dia menyandarkan kepalanya pada setir mobil hingga pelan-pelan lampu mobil berkedip.
Sedikit demi sedikit mobil berjalan dengan pelan meninggalkan lokasi apartemen.
"Semuanya sudah beres....Anda tunggu saja kabar selanjutnya."
Seorang pria keluar setelah mobil Kania benar- benar menghilang.
"Bagus.. Sisanya pembayarannya nanti aku transfer."
Kania mengemudi dengan kecepatan tinggi, sesekali dia memukul setir mobil untuk meluapkan emosinya.
Air matanya masih berlinang membasahi wajah cantiknya.
"Woy....hati-hati." teriak sang pengemudi motor yang hampir saja di serempet.
Kania sama sekali tidak peduli di malah semakin menambah kecepatan mobilnya meninggalkan pusat kota.
Melewati perbukitan curam yang terjal dengan bebatuan besar di sekelilingnya. Dari arah pembelokan jalan kecil, Kania tidak menyadari kalau sebuah mobil torn tong datang dari arah berlawanan.
Dan.......bruck......
Mobil Kania mencoba menghindar. Beberapa kali dia menginjak rem tapi rem tiba-tiba blong.
Sama halnya dengan yang di lakukan mobil tron ton itu keduanya saling menghindar satu dengan yang lain.
Percikan api sama-sama terlihat pada kedua badan mobil.
Mobil tron tong mengikis dinding batu dan berhenti pada pepohonan di pinggir jalan.
Sesaat terdiam hingga pintu mobil tron ton terbuka.
Sang sopir dan kernet selamat.
Lain halnya dengan mobil Kania, mobil itu terguling kebawa jurang. Untungnya Kania masih bisa melompat saat mobil sudah tidak bisa di kendalikan.
"Perempuan ini pasti sudah tewas, coba lihat wajahnya sudah tidak bisa dikenali lagi."
"Betul katamu, Kita bisa saja membawa jasadnya ke rumah sakit tapi berurusan dengan polisi ini yang aku tidak mau. Ayo tinggalkan dia sebelum ada yang melihat kita."
Kedua kembali masuk dalam mobil dan meninggalkan Kania tergeletak diatas aspal dengan luka berlumuran darah.
Ada sekitar 30 menit Kania tidak sadarkan diri hingga sebuah mobil mewah melintas.
"Tuan, sepertinya ada seseorang tergeletak di sana" ucap pak supir pada pria berjas yang duduk di belakang sambil memainkan keyword laptopnya.
Pria dengan bulu-bulu tipis di wajahnya itu segera mengangkat kepala.
"Jangan bercanda, mana mungkin ada orang di jalan sesepi itu."
"Benar tuan, Saya melihatnya. Tadi dia bergerak."
"Kenapa masih menjauh?"
"Baik tuan."
Sedikit demi sedikit sang supir memutar balik mendekati tubuh Kania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments