Bab 5 - Fatimah Mual-Mual

Di ruang makan, kedua mata Fatimah terbuka, dia tersenyum. Dia langsung memeluk Yusuf.

"Happy bday, sayang," kecup singkat Yusuf ke kening Fatimah.

Kedua pipi Fatimah merah merona.

"Makasih, Mas," Fatimah tersipu malu.

"Yaudah, kalau gitu, kita makan malam. Aku udah lapar sayang," ucap Yusuf duduk di kursi depan meja makan.

"Makasih banget, mas. Kamu selalu buat aku bahagia sepanjang pernikahan kita," ucap Fatimah meraih kedua tangan Yusuf. "Aku bersyukur, ketika Allah menjodohkan kita dalam ibadah pernikahan."

"Aku merasa beruntung, karena Allah menghadirkan kamu dalam hidupku. Aku tak peduli dengan kekuranganmu, karena sejak kalimat ijab qobul itu, aku menerima segala kelebihan atau kekurangan tentangmu," balas Yusuf. "Kamu nggak usah dengerin apa kata orang lagi ya sayang, lagian kita makan nggak ikut orang."

"Yaudah, Mas. Kita berdoa dulu, sebelum makan."

"Iya, sayang."

Kemudian Yusuf membaca doa makan.

"Amin!" Ucap mereka kompak.

Lalu mereka segera menyantap menu makan malam.

"Wow, ini sangat enak sayang. Kamu hebat," puji Yusuf yang melahap daging steak ke mulutnya.

"Pelan-pelan mas, jangan buru-buru nanti tersedak," ucap Fatimah lembut.

"Iya sayang," balas Yusuf. "Dagingnya lembut, saosnya pas. Aku suka banget sayang. Apalagi kamu makin cantik kayak bidadari, sayang."

"Halah, mulai deh gombal kamu sayang," Fatimah tersipu malu, pipinya bagaikan tomat merah segar.

"Ya, gombal sama istri itu baik, dibandingin gombal sama bukan istri," balas Yusuf sambil menikmati steak sirloin dengan saos baberque. Apalagi di atasnya ada lelehan keju mozarella .

[HUEK!] Mendadak Fatimah mual, dia cepat-cepat ke kamar mandi.

"Sayang, kamu baik-baik aja kan?!" Teriak Yusuf.

"Aku baik-baik saja sayang, cuman lagi asam lambung kayaknya," ucap Fatimah.

"Oh." Yusuf sejenak terdiam. "Apa mungkin Fatimah hamil?" Pikirnya.

Lima menit kemudian Fatimah keluar dari kamar mandi. Wajahnya pucat, dia mengeluarkan keringat dingin. Hingga akhirnya pingsan di depan kamar mandi.

"FATIMAH!"

Yusuf segera mengendong Fatimah yang pingsan, dia panik segera hubungin dokter keluarganya.

Yusuf membawa Fatimah ke kamar, lalu menidurkan di atas ranjang kamar.

"Semoga kamu tidak kenapa-kenapa, sayang," kecup singkat Yusuf.

*

[HOAM!]

Gea melentang kedua tangannya, dia berdiri di tepi kolam renang. Dia memakai baju renang.

Gea langsung menceburkan diri ke kolam renang.

Gea berenang dari ujung kolam ke ujung, dia menggunakan gaya bebas.

Setelah dua kali bolak-balik, dia menepi ke kolam renang. Dia duduk di tepi kolam renang sambil menikmati sinar mentari pagi.

"Gini enak minum es jeruk," gumam Gea.

Seorang pelayan datang membawakan segelas es jeruk peras.

"Non, ini es jeruknya," ucap pelayan menyerahkan segelas es jeruk.

"Makasih, Bi." Gea langsung mengambil segelas es jeruk, dia menikmatinya.

"Permisi ya, Non."

"Iya, Bi."

Minuman itu masuk ke kerongkongan yang kering, dia merasa begitu sangat lega sekali.

"Nikmat," ucap Gea. Lalu dia memakai kaca mata hitam. Dia juga mengambil kimono handuk untuk menutupi tubuh seksinya.

*

Pukul 09.00, di kamar. Cahaya mentari merasuk melalui celah-celah kecil.

"Pagi sayang," Yusuf datang membawa sarapan pagi.

Menu sarapan pagi buatan Yusuf membuat perut Fatimah terasa lapar. "Pasti enak ini, Mas. Kapan kamu bikinnya?"

Fatimah baru bangun pagi, dia mulai tersenyum menatap wajah Yusuf.

"Mas...." Fatimah memeluk Yusuf, ketika dia melihat kue ulang tahun. Senyuman merekah bagaikan bunga mawar.

"Ya Allah, apakah aku masih bisa kalau mas Yusuf menikah lagi dengan wanita lain?" Batin Fatimah, dia menyembunyikan rasa kegelisahannya.

Fatimah sarapan pagi disuapin oleh Yusuf, begitu juga dengan Yusuf. Mereka saling menyuap makanan sarapan pagi dengan tangan.

Kemudian ditutup minum secangkir kopi susu.

"Loh, mas nggak kerja?"

"Hari ini mas cuti buat temanin kamu."

"Mas," Fatimah menatap Yusuf.

"Mas, nggak mau kamu kenapa-kenapa. Kata dokter asam lambungmu naik kemarin malam," ujar Yusuf. "Mas harap kamu makan yang teratur dan jangan banyak pikiran."

"Mas, aku udah biasa sama penyakit ini. Mas, nggak usah lebay deh."

"Mas, itu nggak lebay, sayang. Cuman mas nggak mau kalau kamu kenapa-kenapa," ucap Yusuf lembut, dia melesatkan kecupan manis di kening Fatimah.

Lalu Fatimah menyandarkan kepalanya di bahu kanan Yusuf. Dia merasakan keteduhan hati dan kenyamanan. "Kamu adalah rumah tempatku tenang, takkan ada yang bisa menggantikan rumah ternyamanku," batinnya.

Fatimah selfie untuk mengabadikan moment bersamanya dengan Yusuf. Senyuman bahagia mereka berdua. Tatapan kedua sorot mata mereka berbinar-binar.

*

Di ruang tengah, Fatimah duduk di sofa. Mereka sedang nonton bersama.

"Mas, apa kita jadi konsultasi ke dokter kandungan?"

"Iya, Sayang. Jadi."

"Terus ke Panti Asuhan, kan?"

"Iya, Sayang."

"Ya udah kalau gitu, aku mau ganti baju dulu, Mas."

"Iya, Sayang."

Fatimah segera ke kamar, dia segera berganti pakaian, lalu berdandan tipis.

*

Di Ruang Kerja, Yusuf duduk di depan meja kerjanya. Dia membuka dan menyalakan laptop sambil menunggu Fatimah.

"Syukurlah nggak ada yang urgent," gumam Yusuf. Dia juga sudah mengecek beberapa proposal yang dikirim sekertarisnya.

Yusuf menghela napas berat.

*

Fatimah memilih beberapa baju pilihannya.

Fatimah sudah memilih dress coklat, dipadukan hijab coksu. Dia juga memakai sepatu kets putih. Dia bercermin di kaca.

"Ini baru cocok." Helaan berat Fatimah.

Fatimah  memoles lip tint di bibirnya. Dia juga memberikan sedikit bedak tipis di wajahnya. Dia langsung berjalan keluar kamarnya sambil membawa tas slempang coklat muda ukuran mungil.

*

Di ruang kerja, Yusuf usai menyelesaikan pekerjaannya. Dia segera menutup laptopnya.

"Mas, Ayo!" Teriak Fatimah di balik pintu ruang kerja Yusuf.

"Iya, Sayangku," balas Yusuf, dia segera berjalan keluar.

Yusuf keluar dari ruang kerjanya. Dia menghampiri Fatimah, lalu dia langsung saja mengandengnya.

Yusuf dan Fatimah berjalan keluar dari unit apartemen.

Drrrttt...

Ponsel Yusuf berdering.

"Siapa mas?"

Yusuf langsung mengambil ponsel dari saku celananya. Dia melihat layar ponselnya panggilan dari mamanya.

"Mamaku sayang."

"Yaudah, angkat dulu sayang."

Yusuf segera mengeser tombol penjawab.

"Assalamualaikum, Ma."

[Walaikumsalam, Yusuf.]

"Ada apa, Ma?"

[Suf, mama minta tolong, jemput Alicia di Bandara. Soalnya mama lagi banyak kerjaan.]

"Tapi Ma..."

Sambungan telepon terputus mendadak.

"Mas, kenapa?" Kedua sorot mata Fatimah menatap Yusuf, dia penasaran.

Yusuf sejenak terdiam menatap sorot mata Fatimah.

*

"Mas, kamu kenapa?"

"Aku nggak apa-apa sayang, cuman tadi mama minta aku suruh jemput sepupuku di Bandara."

"Yaudah, Mas. Kita ke klinik kandungannya besok aja, mungkin kita re-schedhule aja." Fatimah meraih kedua tangan Yusuf, dia menatap wajahnya.

"Sayang, tapi kita..."

"Udah mas, aku nggak apa-apa. Lagian kasihan sepupumu kalau nggak ada yang jemput," ucap Fatimah, melukiskan senyuman di kedua sudut bibirnya.

"Makasih sayang, kamu memang wanita terbaikku."

Yusuf memeluk Fatimah di depan pintu unit apartemen yang mereka tempati.

"Aku merasa beruntung bisa hidup bahagia bersama mas. Aku bahkan merasa mas adalah hal yang terhebat pernah ku miliki. Aku sangat bahagia, takdirku tercipta untukmu."

"Aku juga beruntung bisa memiliki bidadari dari surga sepertimu, kamu adalah wanita terbaik. Bahkan aku tak peduli dengan kekuranganmu. Cukup cinta kita berdua yang mampu memberikan kedamaian dalam istana kecil keluarga kita," ucap Yusuf, dia melepaskan pelukan. Dia membelai lembut paras cantik Fatimah. Dia melemparkan senyuman.

Kedua mata Fatimah berkaca-kaca. Dia merasakan keteduhan dan ketenangan, ketika bersama Yusuf.

"Kamu memang tercipta sebagai takdir imamku, aku ingin selamanya menjadi makmummu, agar aku bisa beribadah seumur hidup," ucap Fatimah. "Makasih ya Allah, Engkau telah memberikanku pria terbaik untukku."

*

Di Kafe Romansa, pukul 10.00 pagi. Duduk di meja no 7 dekat jendela.

Suara alunan musik piano, seorang penyanyi wanita menyanyikan lagu best part di tengah pengunjung.

"Aduh mana sih mereka nggak muncul-muncul?" Kedua mata Gea mengedar, dia menatap ke arah pintu keluar masuk.

Seorang perempuan cantik melambaikan tangan ke Gea. Dia melangkahkan kedua kakinya menghampiri Gea yang memakai gaun berwarna hitam.

"Wow! Priska! Gila kamu cantik banget hari ini?"

"Ye, cantikkan kamu, Ge."

"Ya, kamu, Pris. Selera kamu dari dulu itu selalu keren abis," ucap Gea.

"Kamu juga kali, selalu ikutin trend masa kini," Priska duduk di kursi kosong.

"Hahaha." Tawa kecil Gea. "Eh, si Clara tumben dia ngaret. Biasanya itu dia datang duluan, terus paling rempong.

"Ya, dia kan statusnya udah nggak single lagi kayak kita, Ge. Mungkin masih nyari izin dari suaminya," kekeh kecil Priska.

"Kamu bener banget, Pris."

"Hai! Gaisss! Sorry ya telat, maklum udah ada yang diurusin. Terus izin dulu sama Pak Su," Clara datang dengan style yang over perfect.

Gea dengan Priska saling menatap, seakan dia saling mengirimkan sinyal.

"WOW! BUSETTT BANGET KAMU, CLA. KAMU ITU PASTI NYALON DULU YA?!" Ceplos Gea, dia melihat style Clara yang seperti mau pemotretan jadi model.

"Ya, kan. Walaupun udah punya suami, aku harus donk investasi ke tubuh dan muka. Biar Pak Su nggak jajan atau cari pelakor buat mencari varian," Clara duduk satu meja dengan mereka.

"Hmmmm tahu lah, yang udah punya suami," ucap Gea.

"Iya, maklum lagi anget-angetnya hubungan, Ge," timpa Priska.

"Ya, bukan gitu. Tapi sekarang musim pelakor nggak tahu dirilah! Apalagi amit-amit pelakor sekarang bangga amat loh pajang suami orang! Setidaknya harus naikkin value sebagai seorang perempuan, karena cuman cinta doang nggak bertahan, gaiss. Kita butuh jadi bunglon, terus bisa bikin nyaman pasangan kita. Supaya nggak nyari kenyamanan di selimut tetangga!" Ujar Clara.

Gea dan Priska hanya tertawa kecil.

"Satu hal lagi ini buat kalian yang masih stay single. Kalau udah nikah kalian harus jadi istriable! Jangan sampai ada celah buat pelakor di rumah tangga kalian nanti," tutur Clara.

"Iya, suhu!" Balas Gea dan Priska.

"Kamu, Pris. Pacaran mulu sama si Davin. Kayak cicilan KPR 10 tahun, emang kamu nggak nanya kepastian?" Tanya Clara.

"Belum sih, Cla. Soalnya..."

Clara memotong ucapan Priska. "Ye, kalau nggak ada kepastian, hati-hati cuman jaga jodoh orang. Karena belum pasti yang lama bakalan dijadiin istri. Takutnya ada yang baru tapi bikin nyaman, terus sat set dijadiin istri sama mas Davinmu."

"Ya ampun, Cla. Kamu malah bikin aku makin overthinking," Priska menghela napas berat.

"Terus kalau kamu gimana Ge? Masih nungguin cinta masa kecilmu yang nggak jelas itu?" Clara menatap Gea, dia sangat kepo dengan urusan percintaan teman-temannya.

"Hmmmm...." Gea sejenak terdiam, dia menyeruput secangkir kopi latte.

"Ge..." Clara menunggu jawaban Gea.

*

Episodes
1 Bab 1 - Menantu Mandul
2 Bab 2 - Cibiran Teman Arisan Mertua
3 Bab 3 - Mulut Pedas Mertua
4 Bab 4 - Kejutan Untuk Istriku
5 Bab 5 - Fatimah Mual-Mual
6 Bab 6 - Firasat Buruk Seorang Istri
7 Bab 7 - Hamil?
8 Bab 8 - Ujian Cinta Tak Mengenal Waktu
9 Bab 9 - USG
10 Bab 10 - Badai Pasti Berlalu
11 Bab 11 - Kesetiaan Tak Ada Harganya
12 Bab 12 - Suami Idaman
13 Bab 13 - Rencana-Mu
14 Bab 14 - Kun Fa Ya Kun
15 Bab 15 - Mas, aku rela kamu menikah lagi
16 Bab 16 - Bukan menantu idaman
17 Bab 17 - Argantara vs Vika
18 Bab 18 - Dihapus dari Kartu Keluarga
19 Bab 19 - Istana Kecil Keluarga Yusuf dan Fatimah
20 Bab 20 - Mie Ayam Cinta
21 Bab 21 - Diusir Karena Gembel
22 Bab 22 - Firasat Buruk Tentang Suamiku
23 Bab 23 - Dikejar orang misterius
24 Bab 24 - Kehilangan Suami
25 Bab 25 - Bertemu Kembali
26 Bab 26 - Siapa Bocah Laki - Laki Itu?
27 Bab 27 - Kecurigaan Yusuf
28 Bab 28 - Kamu Masih Istriku
29 Bab 29 - Siapa Ayahku, Om?
30 Bab 30 - Siapa ayah biologis Adam
31 Bab 31 - Ujian Cinta
32 Bab 32 - Alergi Kacang
33 Bab 33 - Firasat Fatimah
34 Bab 34 - Tes DNA?
35 Bab 35 - Ceraikan dia, Nikahin Gea, Mas!
36 Bab 36 - Sial, Pakai Mogok Segala!
37 Bab 37 - Bukti Cinta Itu...
38 Bab 38 - Hasil Tes DNA
39 Bab 39 - Harapan Yusuf
40 Bab 40 - Kembalilah Bersamaku
41 Bab 41 - Bimbang
42 Bab 42 - Masih Mencintaimu
43 Bab 43 - Hinaan Mertua Bagaikan Duri Tajam
44 Bab 44 - Apa Dia Ayahku, Bun?
45 PENGUMUMAN PENTING!
46 Bab 45 - Masih Cinta
47 Bab 46 - Serba Salah
48 Bab 47 - Bertemu Lagi
49 Bab 48 - Bu, Adam Takut
50 Bab 49 - Kecemburuan Seorang Ayah
51 Bab 50 - Sebuah Kepercayaan
52 Bab 51 - Ternyata Mimpi
53 Bab 52 - Mie Ayam
54 Bab 53 - Abang Ganteng
55 Bab 54 - Cinta Tapi Gengsi
56 Bab 55 - Anak Durhaka!
57 Bab 56 - Rencana Memisahkan
58 Bab 57 - Tuduhan Korupsi
59 Bab 58 - Rahasia Besar
60 Bab 59 - Foto Usang
61 Bab 60 - Bukan Anakku Lagi!
62 Bab 61 - Firasat Yusuf
63 Bab 62 - Salah Sasaran
64 Bab 63 - Dasar Wanita Sialan!
65 Bab 64 - Yusuf Kritis
66 Bab 65 - Siapa Ayah Kandungku, Paman?
67 Bab 66 - Penyesalan Fatimah
68 Bab 67 - Mencari Jejak Ayah
69 Bab 68 - Ke Rumah Nenek
70 Bab 69 - Rencana Licik Desi
71 Bab 70 - Sesuatu Tak Terduga
72 Bab 71 - Adam
73 Bab 72 - Ketakutan Seorang Ibu
74 Bab 73 - Pencarian Adam
75 Bab 74 - TES DNA
76 Bab 75 - Kebusukan Gea
77 Bab 76 - Bertemu kembali (A)
78 Bab 77 - Ceraikan aku!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 - Menantu Mandul
2
Bab 2 - Cibiran Teman Arisan Mertua
3
Bab 3 - Mulut Pedas Mertua
4
Bab 4 - Kejutan Untuk Istriku
5
Bab 5 - Fatimah Mual-Mual
6
Bab 6 - Firasat Buruk Seorang Istri
7
Bab 7 - Hamil?
8
Bab 8 - Ujian Cinta Tak Mengenal Waktu
9
Bab 9 - USG
10
Bab 10 - Badai Pasti Berlalu
11
Bab 11 - Kesetiaan Tak Ada Harganya
12
Bab 12 - Suami Idaman
13
Bab 13 - Rencana-Mu
14
Bab 14 - Kun Fa Ya Kun
15
Bab 15 - Mas, aku rela kamu menikah lagi
16
Bab 16 - Bukan menantu idaman
17
Bab 17 - Argantara vs Vika
18
Bab 18 - Dihapus dari Kartu Keluarga
19
Bab 19 - Istana Kecil Keluarga Yusuf dan Fatimah
20
Bab 20 - Mie Ayam Cinta
21
Bab 21 - Diusir Karena Gembel
22
Bab 22 - Firasat Buruk Tentang Suamiku
23
Bab 23 - Dikejar orang misterius
24
Bab 24 - Kehilangan Suami
25
Bab 25 - Bertemu Kembali
26
Bab 26 - Siapa Bocah Laki - Laki Itu?
27
Bab 27 - Kecurigaan Yusuf
28
Bab 28 - Kamu Masih Istriku
29
Bab 29 - Siapa Ayahku, Om?
30
Bab 30 - Siapa ayah biologis Adam
31
Bab 31 - Ujian Cinta
32
Bab 32 - Alergi Kacang
33
Bab 33 - Firasat Fatimah
34
Bab 34 - Tes DNA?
35
Bab 35 - Ceraikan dia, Nikahin Gea, Mas!
36
Bab 36 - Sial, Pakai Mogok Segala!
37
Bab 37 - Bukti Cinta Itu...
38
Bab 38 - Hasil Tes DNA
39
Bab 39 - Harapan Yusuf
40
Bab 40 - Kembalilah Bersamaku
41
Bab 41 - Bimbang
42
Bab 42 - Masih Mencintaimu
43
Bab 43 - Hinaan Mertua Bagaikan Duri Tajam
44
Bab 44 - Apa Dia Ayahku, Bun?
45
PENGUMUMAN PENTING!
46
Bab 45 - Masih Cinta
47
Bab 46 - Serba Salah
48
Bab 47 - Bertemu Lagi
49
Bab 48 - Bu, Adam Takut
50
Bab 49 - Kecemburuan Seorang Ayah
51
Bab 50 - Sebuah Kepercayaan
52
Bab 51 - Ternyata Mimpi
53
Bab 52 - Mie Ayam
54
Bab 53 - Abang Ganteng
55
Bab 54 - Cinta Tapi Gengsi
56
Bab 55 - Anak Durhaka!
57
Bab 56 - Rencana Memisahkan
58
Bab 57 - Tuduhan Korupsi
59
Bab 58 - Rahasia Besar
60
Bab 59 - Foto Usang
61
Bab 60 - Bukan Anakku Lagi!
62
Bab 61 - Firasat Yusuf
63
Bab 62 - Salah Sasaran
64
Bab 63 - Dasar Wanita Sialan!
65
Bab 64 - Yusuf Kritis
66
Bab 65 - Siapa Ayah Kandungku, Paman?
67
Bab 66 - Penyesalan Fatimah
68
Bab 67 - Mencari Jejak Ayah
69
Bab 68 - Ke Rumah Nenek
70
Bab 69 - Rencana Licik Desi
71
Bab 70 - Sesuatu Tak Terduga
72
Bab 71 - Adam
73
Bab 72 - Ketakutan Seorang Ibu
74
Bab 73 - Pencarian Adam
75
Bab 74 - TES DNA
76
Bab 75 - Kebusukan Gea
77
Bab 76 - Bertemu kembali (A)
78
Bab 77 - Ceraikan aku!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!