Bab 3 - Mulut Pedas Mertua

Pukul 03.00 Pagi, kedua mata Fatimah terbuka lebar. Dia menguap berulang kali. Dia berusaha mengumpulkan nyawanya.

[HOAM!]

Fatimah menuruni ranjang, dia menampakkan kedua kakinya di atas lantai.

"Fatimah, kamu nggak boleh ngantuk," gumam Fatimah, dia langsung berjalan ke kamar mandi. Dia mengambil air wudhu.

Tempat wudhu, di dekat toilet rumah.

Fatimah usai berwudhu, lalu dia segera masuk ke dalam kamar. Dia mengambil mukena. Lalu dia segera melaksanakan sholat tahajud empat rakaat, lalu ditutup dengan witir.

"Assalamualaikum warrahmatullah," ucap Fatimah menoleh ke kanan lalu ke kiri.

Fatimah berdzikir, lalu dia mengadahkan kedua tangannya. Air matanya seakan menetes. Dadanya sesak.

"Ya Allah, kenapa engkau berikan hamba ujian seperti ini? Apa hamba sanggup berbagi cinta dengan wanita lain?" Fatimah berkata lirih, air matanya terjatuh seketika. Bibirnya gemetaran.

Sejenak Fatimah membayangkan tentang pernikahan kedua suaminya. "Ya Allah hamba-Mu ini, jauh dari kata sempurna. Bahkan hamba tidak sanggup harus dimadu," batinnya.

Di ranjang kamar Yusuf masih tertidur lelap.

Fatimah masih mengingat kalimat obrolan menyakitkan tentang dirinya di Arisan tadi pagi.

"Ngapain sih jeng Desi masih aja mempertahankan menantu mandul?"

"Betul, Jeng. Masa jeng nggak pengen punya cucu kayak kita-kita."

Fatimah berusaha sabar, dia bahkan masih bisa tersenyum di arisan teman-teman mertuanya. "Ya Allah, wanita mana yang tidak ingin mengandung 9 bulan, bahkan memiliki seorang anak?" Batinnya. "Ya Allah hamba sungguh-sungguh meminta dan berharap kepada-Mu. Bahwa hamba juga ingin dipanggil ibu dari seorang anak yang hamba lahirkan."

Fatimah tak sanggup, dia bersujud di atas sajadah panjangnya. Dia merasakan hatinya tersayat. Air matanya tak sengaja jatuh membasahi kedua pipinya.

"Ya Allah, aku mohon kabulkan doaku, kali ini aja. Aku ingin hidup bahagia bersama keluarga kecilku, ya Allah," ucap Fatimah dari lubuk hati terdalamnya, dia menangis di atas sajadahnya hingga tertidur lelap di atas sajadah.

*

Fatimah tertidur di atas sajadahnya. Hingga terdengar adzan subuh berkumandang.

Yusuf terbangun, dia mengerjap-kerjapkan kedua matanya, dia duduk sejenak di atas ranjang kamarnya, dia menoleh ke samping tidak mendapati istrinya.

"Ke mana Fatimah?" Gumamnya.

Yusuf menemui Fatimah tertidur di atas sajadah, dia langsung turun dari ranjang kamarnya.

"Sayang bangun, udah adzan subuh."

Fatimah terbangun, dia menatap Yusuf.

"Jam berapa mas?"

"Udah jam setengah lima. Ayo kita ambil air wudhu dan sholat berjamaah."

Fatimah tersenyum. Dia menganggukkan kepalanya.

Kemudian mereka jalan bersama ke kamar mandi, mereka mengambil air wudhu. Hingga terdengar gemericik air keluar dari kran kamar mandi.

Fatimah dan Yusuf kembali ke kamar. Mereka berdua membentangkan sajadah. Lalu mereka segera sholat berjamaah.

Fatimah dan Yusuf melaksanakan sholat dua rakaat. Mereka begitu khusyuk. Hingga di akhiri dua salam.

"Assalamulaikum warrahmatullah," ucap Yusuf, lalu diikuti Fatimah.

Usai melaksanakan sholat, mereka lanjut mengaji bersama.

Fatimah melakukan tadarus bersama dengan Yusuf. Mereka membaca surah Al-Waqiah bersama. Setiap ayat-ayat mereka baca pelan-pelan dan merdu.

*

Paginya, Gea lari pagi di komplek rumahnya, dia berkeringat cukup banyak. Dia mulai mengatur pernapasanya. Dia mencium aroma bubur ayam.

"Kayak makan buryam enak nih," gumam Gea, kedua matanya membidik ke gerobak penjual bubur ayam.

Di pojok terlihat penjual bubur ayam 'Mang Ucup' terlihat sangat ramai pembeli. Beberapa orang banyak yang pesan bungkus.

Lalu Gea berjalan ke sana. Dia sudah tidak tahan menikmati semangkok bubur ayam. Dia merasa cacing di perutnya sedang berdemo.

"Pak, satu porsi buryam. Gak pakai kacang, terus tambah topping ayam dan sate telur puyuh. Oh ya telurnya setengah matang ya, Pak," ucap Gea, lalu dia duduk di bangku panjang.

"Siap, Nona cantik!" Balas tukang bubur ayam.

Beberapa pembeli terlihat menikmati bubur ayam. Mereka terlihat lahap.

Gea mengambil sate usus sambil menunggu bubur ayamnya tersaji.

Gea menghabiskan enam tusuk sate usus ayam.

"Non, ini buburnya," ucap tukang bubur ayam menyajikan semangkok bubur ayam pesanan Gea di atas meja.

"Ok, Pak. Terima kasih," balas Gea.

Gea langsung melahap bubur ayam, dia sedikit meniup, sebelum masuk ke mulutnya.

"Emang enak sarapan bubur ayam habis jogging," gumam Gea. Dia begitu menikmatinya. Dia begitu lahap memakan setiap suapan sendok yang masuk ke dalam mulutnya.

*

Hari minggu pagi, pukul 09.00.

[TOK!]

Suara ketukan pintu unit apartemen.

Fatimah langsung melangkahkan kedua kakinya. "Aduh, siapa ya pagi-pagi gini bertamu?"

Sementara Yusuf berendam di bathtub. Dia menikmati suasana di kamar mandi. Dia juga sudah memasukkan bathboom. Dia merasakan rileksasi. Helaan napas berat, setelah menjalani enam hari kerja.

"Ya Allah, aku nggak akan pernah mungkin menduakan dia," gumam Yusuf, dia menikmati air hangat di Bathtub.

Lalu Yusuf segera keluar dari bak mandi, dia membilas tubuhnya dengan air pada shower. Dia segera meraih handuk, dia lilitkan dari pinggang hingga lutut.

Yusuf keluar dari kamar mandi, dia mengebas-kebaskan sedikit rambutnya yang basah. Dia berjalan ke walking closet, dia memilih pakaian santainya.

"Kayaknya pakai ini aja deh," Yusuf mengambil kaos oblong dan celana pendek, dia langsung menatap dirinya di cermin. Dia menyemprotkan parfum aroma maskulin.

Yusuf menaruh kembali handuk di jemuran depan kamar mandinya.

*

Di ruang makan.

"Ya ampun, kamu itu gimana sih Fatimah, jam segini masih malas-malasan! Masak di atas meja nggak ada makanan sarapan pagi untuk suamimu! Kamu mau kasih makan angin?!" Desi menatap Fatimah.

"Iya, Ma. Maaf tadi Fatimah bangun kesiangan."

"Halah! Kamu itu emang dasar istri pemalas! Kamu aja masih berantakan! Aduh!" Desi kesal. "Untung mama bawa makanan, kalau enggak pasti Yusuf nggak keurus sama kamu!"

Fatimah mengelus dada.

"Kamu itu harusnya layani suami dengan baik! Kamu itu emang nggak becus!" Desi kesal.

Fatimah tidak membantah sepatah katapun.

"Yaudah, kamu siapin ini sarapan pagi untuk suamimu! Masa mama harus turun tangan juga buat ngurus suamimu!" Dengus kesal Desi.

"Maaf, Ma."

"Percuma aku maafin kamu, tapi kamu tetep ngulang lagi! Kamu nggak becus!" Omel Desi.

Fatimah membantu menyajikan rendang daging yang dibawa ibu mertuanya. Dia juga sudah menyiapkan nasi.

Nasi dan daging rendang telah tersaji di atas meja makan.

Tatapan wajah Desi begitu sinis

"Dasar menantu nggak becus!" Umpat Desi dalam hati.

*

"Loh mama ke sini? Kenapa mama nggak ngabarin Yusuf, kan Yusuf bisa jemput mama?"

"Halah, kamu itu. Nggak mungkin jemput mama. Kamu kan lebih prioritasin istrimu," sindir Desi.

"Ma, kenapa sih nggak suka banget sama Fatimah? Padahal dia itu sayang sama mama."

"Halah, nggak mungkin."

Fatimah hanya diam, dia menuangkan minuman ke gelas ibu mertuanya dan suaminya.

"Harusnya kamu dulu kalau cari istri yang punya bibit, bobot, dan bebet baik. Bukan sama istri yang nggak bisa kasih keturunan buat kamu," Desi menyindir ke Fatimah, tatapan sinis.

Fatimah berusaha mengabaikan, dia berusaha menjaga hatinya.

"Ma, harusnya jaga perasaan Fatimah, dia juga perempuan seperti mama."

"Ya nggak usah disamakan, lagian mama juga udah menemukan calon istri kedua buat kamu. Yang pasti dia dari keluarga jelas."

Fatimah berusaha sabar, dia mengelus dadanya. Dia menahan air mata di kelopak matanya.

"Ya Allah, aku sungguh nggak sanggup diduakan dengan wanita lain, kenapa engkau memberikan ujian seperti ini?" Batin Fatimah.

"Ma, aku akan cek ke dokter kandungan, tapi aku yakin kalau Fatimah itu bisa punya keturunan," ucap Yusuf.

"Halah! Dia itu nggak akan pernah mungkin bisa, lagian dokter kandungan langganan mama bilang, kalau Fatimah itu akan sulit hamil," ucap Desi.

"Sulit, tapi masih bisa kemungkinan Fatimah bisa hamil, Ma."

"Kemungkinan cuman sepuluh persen kata dokter, itu ya hanya harapan tipis. Sampai kapan mama nungguin, sampai mau mati?!"

"Ma, jangan ngomong gitu. Ini bagian ujian dari Allah."

"Halah, lagian kalau kamu poligami, kn Fatimah bisa mendapatkan surga, lagian ini buat kepentingan bersama," ujar Desi.

"Mas, udah. Aku bersedia buat dimadu sama kamu, aku ikhlas, Mas," balas Fatimah, dia tersenyum.

"Aku yang nggak bisa, Fat. Ini keputusan besar, aku takut nggak bisa adil sama kamu ataupun istri keduaku nanti," Yusuf menolak halus.

"Mas, aku nggak apa-apa. Kamu bisa melakukan perintah ibumu, lagian surgamu masih di ibumu," kata Fatimah.

"Aku nggak bisa, Fat. Aku nggak mau nyakitin kamu." Yusuf menatap Fatimah.

"Lagian, istri kamu udah setuju, yaudahlah. Kamu nurut sama mama," ucap Desi.

"Tapi aku yang keberaratan, Mas."

"Kamu memang sekarang nggak pernah dengerin mama lagi, udah mama cape ngomong sama kamu, Suf! Kamu memang nggak ngertiin mama," Desi langsung beranjak pergi.

"Ma, bukan maksud Yusuf ...."

Desi pergi meninggalkan unit apartemen Yusuf dan Fatimah, dia tampak kesal. Mulutnya komat-kamit. Sepanjang jalan menyusuri lorong, dia ngomel dalam hati.

"Anak nggak pengertian! Pasti ini pengaruh buruk dari Fatimah!" Dengus kesal Desi.

Di ruang tamu, Yusuf dan Fatimah berbincang bersama, usai sarapan pagi. Mereka sambil menikmati kopi.

"Mas, harusnya kamu nggak boleh gitu sama mamamu," ujar Fatimah.

"Enggak sayang, aku nggak bisa melihat kamu sedih atau menderita, aku hanya ingin kamu bahagia sayang," ucap Yusuf. "Aku menikahimu untuk menua bersama, bahkan aku nggak peduli jika kamu pada akhirnya nggak bisa kasih aku keturunan. Kita masih bisa adopsi anak," ucap Yusuf menatap Fatimah, dia mengecup jemari-jemari tangan Fatimah.

"Tapi mas...."

"Nggak usah peduliin ucapan mereka, aku dan kamu yang ngejalani semua ini. Mereka hanya penonton dalam rumah tangga kita. Aku percaya ini adalah takdir yang telah Allah berikan kepada kita," ucap Yusuf. "Besok kita ke Panti Asuhan, siapa tahu kita menemukan anak yang cocok buat kita adopsi."

Yusuf meraih tangan Fatimah kembali.

"Iya, Mas."

*

Episodes
1 Bab 1 - Menantu Mandul
2 Bab 2 - Cibiran Teman Arisan Mertua
3 Bab 3 - Mulut Pedas Mertua
4 Bab 4 - Kejutan Untuk Istriku
5 Bab 5 - Fatimah Mual-Mual
6 Bab 6 - Firasat Buruk Seorang Istri
7 Bab 7 - Hamil?
8 Bab 8 - Ujian Cinta Tak Mengenal Waktu
9 Bab 9 - USG
10 Bab 10 - Badai Pasti Berlalu
11 Bab 11 - Kesetiaan Tak Ada Harganya
12 Bab 12 - Suami Idaman
13 Bab 13 - Rencana-Mu
14 Bab 14 - Kun Fa Ya Kun
15 Bab 15 - Mas, aku rela kamu menikah lagi
16 Bab 16 - Bukan menantu idaman
17 Bab 17 - Argantara vs Vika
18 Bab 18 - Dihapus dari Kartu Keluarga
19 Bab 19 - Istana Kecil Keluarga Yusuf dan Fatimah
20 Bab 20 - Mie Ayam Cinta
21 Bab 21 - Diusir Karena Gembel
22 Bab 22 - Firasat Buruk Tentang Suamiku
23 Bab 23 - Dikejar orang misterius
24 Bab 24 - Kehilangan Suami
25 Bab 25 - Bertemu Kembali
26 Bab 26 - Siapa Bocah Laki - Laki Itu?
27 Bab 27 - Kecurigaan Yusuf
28 Bab 28 - Kamu Masih Istriku
29 Bab 29 - Siapa Ayahku, Om?
30 Bab 30 - Siapa ayah biologis Adam
31 Bab 31 - Ujian Cinta
32 Bab 32 - Alergi Kacang
33 Bab 33 - Firasat Fatimah
34 Bab 34 - Tes DNA?
35 Bab 35 - Ceraikan dia, Nikahin Gea, Mas!
36 Bab 36 - Sial, Pakai Mogok Segala!
37 Bab 37 - Bukti Cinta Itu...
38 Bab 38 - Hasil Tes DNA
39 Bab 39 - Harapan Yusuf
40 Bab 40 - Kembalilah Bersamaku
41 Bab 41 - Bimbang
42 Bab 42 - Masih Mencintaimu
43 Bab 43 - Hinaan Mertua Bagaikan Duri Tajam
44 Bab 44 - Apa Dia Ayahku, Bun?
45 PENGUMUMAN PENTING!
46 Bab 45 - Masih Cinta
47 Bab 46 - Serba Salah
48 Bab 47 - Bertemu Lagi
49 Bab 48 - Bu, Adam Takut
50 Bab 49 - Kecemburuan Seorang Ayah
51 Bab 50 - Sebuah Kepercayaan
52 Bab 51 - Ternyata Mimpi
53 Bab 52 - Mie Ayam
54 Bab 53 - Abang Ganteng
55 Bab 54 - Cinta Tapi Gengsi
56 Bab 55 - Anak Durhaka!
57 Bab 56 - Rencana Memisahkan
58 Bab 57 - Tuduhan Korupsi
59 Bab 58 - Rahasia Besar
60 Bab 59 - Foto Usang
61 Bab 60 - Bukan Anakku Lagi!
62 Bab 61 - Firasat Yusuf
63 Bab 62 - Salah Sasaran
64 Bab 63 - Dasar Wanita Sialan!
65 Bab 64 - Yusuf Kritis
66 Bab 65 - Siapa Ayah Kandungku, Paman?
67 Bab 66 - Penyesalan Fatimah
68 Bab 67 - Mencari Jejak Ayah
69 Bab 68 - Ke Rumah Nenek
70 Bab 69 - Rencana Licik Desi
71 Bab 70 - Sesuatu Tak Terduga
72 Bab 71 - Adam
73 Bab 72 - Ketakutan Seorang Ibu
74 Bab 73 - Pencarian Adam
75 Bab 74 - TES DNA
76 Bab 75 - Kebusukan Gea
77 Bab 76 - Bertemu kembali (A)
78 Bab 77 - Ceraikan aku!
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 - Menantu Mandul
2
Bab 2 - Cibiran Teman Arisan Mertua
3
Bab 3 - Mulut Pedas Mertua
4
Bab 4 - Kejutan Untuk Istriku
5
Bab 5 - Fatimah Mual-Mual
6
Bab 6 - Firasat Buruk Seorang Istri
7
Bab 7 - Hamil?
8
Bab 8 - Ujian Cinta Tak Mengenal Waktu
9
Bab 9 - USG
10
Bab 10 - Badai Pasti Berlalu
11
Bab 11 - Kesetiaan Tak Ada Harganya
12
Bab 12 - Suami Idaman
13
Bab 13 - Rencana-Mu
14
Bab 14 - Kun Fa Ya Kun
15
Bab 15 - Mas, aku rela kamu menikah lagi
16
Bab 16 - Bukan menantu idaman
17
Bab 17 - Argantara vs Vika
18
Bab 18 - Dihapus dari Kartu Keluarga
19
Bab 19 - Istana Kecil Keluarga Yusuf dan Fatimah
20
Bab 20 - Mie Ayam Cinta
21
Bab 21 - Diusir Karena Gembel
22
Bab 22 - Firasat Buruk Tentang Suamiku
23
Bab 23 - Dikejar orang misterius
24
Bab 24 - Kehilangan Suami
25
Bab 25 - Bertemu Kembali
26
Bab 26 - Siapa Bocah Laki - Laki Itu?
27
Bab 27 - Kecurigaan Yusuf
28
Bab 28 - Kamu Masih Istriku
29
Bab 29 - Siapa Ayahku, Om?
30
Bab 30 - Siapa ayah biologis Adam
31
Bab 31 - Ujian Cinta
32
Bab 32 - Alergi Kacang
33
Bab 33 - Firasat Fatimah
34
Bab 34 - Tes DNA?
35
Bab 35 - Ceraikan dia, Nikahin Gea, Mas!
36
Bab 36 - Sial, Pakai Mogok Segala!
37
Bab 37 - Bukti Cinta Itu...
38
Bab 38 - Hasil Tes DNA
39
Bab 39 - Harapan Yusuf
40
Bab 40 - Kembalilah Bersamaku
41
Bab 41 - Bimbang
42
Bab 42 - Masih Mencintaimu
43
Bab 43 - Hinaan Mertua Bagaikan Duri Tajam
44
Bab 44 - Apa Dia Ayahku, Bun?
45
PENGUMUMAN PENTING!
46
Bab 45 - Masih Cinta
47
Bab 46 - Serba Salah
48
Bab 47 - Bertemu Lagi
49
Bab 48 - Bu, Adam Takut
50
Bab 49 - Kecemburuan Seorang Ayah
51
Bab 50 - Sebuah Kepercayaan
52
Bab 51 - Ternyata Mimpi
53
Bab 52 - Mie Ayam
54
Bab 53 - Abang Ganteng
55
Bab 54 - Cinta Tapi Gengsi
56
Bab 55 - Anak Durhaka!
57
Bab 56 - Rencana Memisahkan
58
Bab 57 - Tuduhan Korupsi
59
Bab 58 - Rahasia Besar
60
Bab 59 - Foto Usang
61
Bab 60 - Bukan Anakku Lagi!
62
Bab 61 - Firasat Yusuf
63
Bab 62 - Salah Sasaran
64
Bab 63 - Dasar Wanita Sialan!
65
Bab 64 - Yusuf Kritis
66
Bab 65 - Siapa Ayah Kandungku, Paman?
67
Bab 66 - Penyesalan Fatimah
68
Bab 67 - Mencari Jejak Ayah
69
Bab 68 - Ke Rumah Nenek
70
Bab 69 - Rencana Licik Desi
71
Bab 70 - Sesuatu Tak Terduga
72
Bab 71 - Adam
73
Bab 72 - Ketakutan Seorang Ibu
74
Bab 73 - Pencarian Adam
75
Bab 74 - TES DNA
76
Bab 75 - Kebusukan Gea
77
Bab 76 - Bertemu kembali (A)
78
Bab 77 - Ceraikan aku!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!