Eps 3

"Mama!" Teriak Ken sambil memeluk Dinda.

Arga benar-benar melihat seorang anak laki-laki dengan wajah yang tertutup topi memanggil Dinda dengan sebutan 'Mama'. Ia juga melihat keakraban mereka bertiga. Sesaat Arga langsung merasakan sesak.

Ia berbalik badan dan segera pergi dari tempatnya. Ia yang hendak mengikuti adiknya terpaksa menyudahinya. Arga kembali ke mobilnya dan menenangkan dirinya sesaat.

***

"Halo Boy!" Sapa Ray pada Ken. Ken tak menjawab dan malah membuang wajahnya. Ken tidak pernah suka dengan Ray.

"Mama! Ken mau ke Fun Game tapi gak di kasih sama aunty Ara." Adu Ken dengan bibir yang maju ke depan.

Ken menarik tangan Dinda dan Ara. Arga merasa kesal dan memukul setir kemudi. Dia tetap menunggu adiknya di parkir basemen. Tak lama Ririn lewat dengan membawa banyak barang belanjaan. Ririn menggunakan pakaian yang jauh dari biasanya. Hanya menggunakan kaos kebesaran dan celana panjang yang juga kebesaran.

Arga menarik tangan Ririn dan bersembunyi di sebelah mobilnya. Ririn terkejut dan ia memastikan bahwa mertua dan adik iparnya tidak melihatnya. Arga melepaskan tangan Ririn lalu menatapnya dari atas sampai bawah.

"Kakak?! Kenapa disini? Aku tidak bisa lama. Khawatir mertuaku curiga." Ucap Ririn.

"Rin?!" Arga sedikit kecewa. Ia mengira bahwa adiknya akan di rawat dan di jaga.

"Kak! Aku harus pergi! sampaikan salam aku sama mama papa." Ririn berlari pergi.

***

Mertua dan adik ipar Ririn sudah menunggunya. Mereka kesal saat tidak melihat Ririn mengikuti mereka dari belakang. Saat sampai di mobil mertuanya, Ririn mendapatkan omelan dari mertuanya dan adik iparnya.

"Begitu saja lama sekali jalannya!" Ucap mertuanya.

"Jangan sampai ada yang rusak ya barang aku!" Perintah adik iparnya.

Sejak Ririn berhubungan dengan Rendy, Hanya ayahnya Rendy yang menyayanginya. Bahkan sejak Rendy naik jabatan, ia menjadi lebih jarang pulang. Rendy selalu pulang larut malam.

Ririn tak mempermasalahkan hal itu. Karena ia mengerti sibuknya Rendy. Ririn juga tidak pernah menaruh curiga pada Rendy. Ia yakin dan percaya bahwa suaminya tidak akan mengkhianatinya.

Sampai di rumah, Ririn langsung bergegas menyiapkan makan malam untuk mereka. Ayah Rendy terkadang suka menemaninya di dapur. Penyakit stroke yang di alami ayah Rendy membuat ia tidak dapat bekerja lagi.

"Wah, wangi sekali masakan kamu Ririn! Ayah sudah tidak sabar untuk menyantapnya." Hartono selalu memuji masakan Ririn. Ririn memang suka sekali masak.

Disaat yang lainnya sedang menikmati makan malam, Ririn malah menunggu Rendy hingga larut. Perutnya sudah terdengar sedang bermain musik. Tapi Ririn tetap menunggu Rendy sampai akhirnya ia tertidur di sofa depan TV.

***

Pemotretan akan segera di mulai. Dinda terlihat sangat gugup. Ia khawatir hasilnya kali ini tidak memuaskan. Arga sudah bersiap di ruangan ganti. Sedangkan Asya, baru saja sampai di lokasi.

Setelah menunggu lama, Arga dan Asya sudah siap dengan kostumnya. Asya sangat menyukai pakaian yang ia kenakan. Terasa lembut dan sangat nyaman. Membuat dirinya terlihat lebih seksi dan cantik.

Chemistry yang mereka timbulkan cukup membuat Dinda cemburu. Hampir beberapa kali, Dinda ingin melarang atau menggagalkan pose mereka yang sangat dekat. Beberapa gaya yang terlihat sangat dekat selalu membuat Dinda maju mundur.

"Emang harus ya sedekat itu? Apa-apaan sih Arga pakai peluk segala?!" Dan lain sebagainya keluar dari mulut Dinda secara halus.

"Mama!" Di tengah pemotretan, Ken datang bersama Ara. Semua crew menatap Dinda yang sedang memeluk Ken.

Setelah iklan sesaat, pemotretan berjalan kembali. Dinda, Ken dan Ara masih berada di luar ruangan. Dinda masih bisa melihat sesi pemotretan melalui dinding kaca. Ara tertawa melihat ekspresi Dinda yang tidak terlihat santai.

Di samping itu, Arga pun juga tidak fokus. Ia lebih fokus melihat Ken yang sedang bermanja dengan Dinda. Usai pemotretan, Arga dan Asya keluar dan menghampiri Dinda. Ingin rasanya melihat Ken, tapi sayangnya Ken segera di bawa oleh Ara untuk ke ruangan Dinda.

Ken benar-benar mewarisi ayahnya. Rambut, mata, hidung dan garis bibirnya sangat mirip dengan ayahnya. Itulah mengapa Dinda selalu membiasakan Ken untuk menggunakan topi saat di luar.

Di ruangan Dinda, Ara dan Ken sudah menunggu sambil menikmati cemilan. Baru saja Dinda ingin membuka pintu, tangannya sudah ada yang mencengkram nya. Dinda berbalik dan melihat Arga yang berdiri tegak sambil menahan tangannya.

"Kamu sudah menikah? Apakah ini alasan kamu memutuskan hubungan kita?"

"Kamu?" Belum sempat selesai berbicara, pintu ruangan Dinda terbuka.

Arga terkesima melihat seorang anak laki-laki yang berdiri di pintu. Ken tersenyum padanya menunjukkan giginya. Dinda pun kaget mengapa Ken bisa membuka pintu tersebut disaat yang tidak pas.

"Papa!" Teriak Ken.

"Ken, ini teman mama. Kemana Aunty Ara?" Tanya Dinda.

"Aunty lagi di kamar mandi."

"Aunty Ara senang sekali melihat papa di televisi. Kata Aunty Ara dia papa Ken." Ucap Ken.

"Sebaiknya kamu pulang dan beristirahat."

"Ayo Ken, kita masuk."

Dinda menarik lengannya yang tertahan di genggaman Arga. Ia langsung masuk ke ruangannya dan menutup pintunya. Arga masih tidak percaya dirinya di panggil papa. Ia pun semakin bingung, bagaimana bisa anak tersebut tidak bisa membedakan mana ayahnya dan yang bukan.

Di ruangan, Ara terkejut melihat Dinda. Begitu juga dengan Dinda yang kaget begitu Ara keluar dari kamar mandi. Mereka saling terkejut, Ara terkejut melihat Dinda shock.

"Din? Kamu kenapa?" Tanya Ara.

"Ken tadi keluar di saat ada Arga." Jawab lirih Dinda.

"What?! Terus dia sadar kalo itu anaknya?" Tanya Ara.

Dinda mengajak Ken duduk kembali dan menyediakan cemilan. Lalu, ia menarik Ara untuk duduk di mejanya. Sedikit menjauh dari Ken karena Dinda tidak ingin Ken mendengarnya. Anak seusia Ken sudah bisa mengingat apa yang di katakan orang dewasa.

"Mulai kali ini kamu tidak boleh menonton tv dan membuka sosial media saat di dekat Ken!" Perintah Dinda.

"What?! Gak! Gak bisa! Kalau begitu aku lebih memilih menjadi sekertaris kamu saja!" Ara selalu menolak setiap Dinda memintanya untuk bekerja di Femmy Star.

"Bagus kalau gitu! Mulai besok kamu sudah bisa masuk!" Balas Dinda.

"Tidaaaaaaaak!" Teriak Ara.

"Aunty!" Ken menghampiri Ara.

"Tadi Ken melihat papa di luar! Tapi kata Mama dia bukan Papa Ken." Ken terlihat murung usai bersemangat cerita.

Disinilah Ara menyadari dengan perkataan Dinda. Tapi Ara tetap tidak ingin bekerja di perusahaan Keluarga Dinda. Lebih baik ia bekerja di luar daripada harus merepotkan sahabatnya.

Sampai di apartemen, Ara langsung mengajak Ken mandi begitupun dengan Dinda yang juga mandi setelah lama di luar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!