Sebulan sudah Dinda menjadi CEO di Femmy Star menggantikan ayahnya. Meski begitu, Kedua orang tuanya tetap membantu Dinda dari balik layar. Fernando yakin bahwa Dinda sudah bisa menjalankan usahanya dengan baik. Hanya saja, Dinda masih belum memiliki kepercayaan pada dirinya.
Dinda akan mempersiapkan produk terbarunya untuk musim yang akan datang. Produk yang kemarin di tampilkan di acara kemarin sudah habis terjual. Banyak sekali orang yang menyukai pakaiannya.
Femmy Star sendiri adalah perusahaan fashion dari pakaian, tas, dompet dan juga sepatu. Brand Femmy Star sudah di kenal di seluruh dunia. Hanya kalangan atas yang menjadi incaran Femmy Star. Maka dari itu harga produk mereka sangat mahal. Bahan yang mereka gunakan juga tidak sembarang. Bahkan ada beberapa yang menggunakan bahan langka yang tak semua brand dapatkan.
"Permisi Bu, ini laporan dan berkas yang harus di tanda tangan." Ucap sang sekertaris.
"Dan ini adalah surat kerjasama kita dengan RG Entertainment." Tambahnya.
"RG Entertainment?" Tanya Dinda.
Ia meminta sekretarisnya untuk kembali ke mejanya. Dinda membaca semua berkas termasuk surat kerjasama. Tertulis nama Arga Alexander di surat tersebut sebagai CEO dan juga sebagai brand ambassador Femmy Star.
Dinda menepuk jidatnya. Ia tidak menyangka akan bekerja sama dengan Arga. Dengan kata lain ia juga akan di pertemukan kembali dengan Arga. Bahkan ia akan kerjasama dengan Arga.
"Permisi Bu, Tuan Arga ingin bertemu dengan Ibu." Ucap sekretaris Dinda.
Dinda hanya bisa tersenyum. Jantungnya berdetak sangat kencang. Ia pun langsung memegang dadanya. Tak lupa ia touch up make up nya agar terlihat lebih fresh.
Tok,, Tok,, Tok,,
"Masuk."
Arga membuka pintu dan diam mematung di depan pintu. Begitupun dengan Dinda yang juga terus menatap Arga. Seakan ia ingin berkata bahwa dirinya sangat merindukan Arga. Tapi ia memalingkan seluruh pikirannya.
Mereka membahas project mereka yang akan datang. Selayaknya rekan kerja mereka dengan santai saling bertukar pikiran. Dinda menjelaskan produk terbarunya dan Arga menentukan talent yang akan menjadi modelnya.
Arga membangun manajemen sendiri. Usai sukses menjadi artis papan atas, perlahan ia membangun manajemennya. Kini ia memiliki talent yang berdiri di bawah naungannya. Arga pun tetap bekerja di manajemennya sendiri.
"Kalau begitu sampai berjumpa lagi. Terimakasih atas waktunya nyonya Dinda." Ucap Arga sambil memberi hormat dengan membungkukkan tubuh sedikit.
"Kalau ada yang di tanyakan kamu bisa langsung hubungi sekretaris saya." Kata Dinda.
Arga dan manajernya keluar dari ruangan Dinda. Di luar sang manajer terus-menerus memuji kecantikan Dinda. Bahkan ia mengaku berkali-kali mencuri pandang menatap Dinda. Arga pun kesal mendengarnya. Bahkan ia mengancam untuk meninggalkan manajernya pulang sendiri.
Sampai di apartemen, Arga menatap foto kenangannya bersama Dinda. Ya, Arga masih menyimpan perasaan dengan Dinda. Tapi rasa sakitnya masih belum bisa di lupakan.
Arga masih mengingat bagaimana Dinda memutuskan hubungannya dan menghilang begitu saja. Padahal saat itu ia sangat mencintai Dinda. Ia berjanji akan menikahi Dinda setelah mereka lulus dari perguruan tinggi. Karena saat itu mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
***
Di Femmy Star
Dinda terus mengeluarkan ide-idenya. Karena kali ini ia akan bekerja sama dengan Arga, ia ingin sesempurna mungkin. Karena Arga adalah model utamanya yang akan bersamaan dengan pembuatan cover majalah. Dinda ingin melihat Arga tampil sempurna.
"Ini untuk yang cowok, yang cewek gimana Bu?" Tanya asisten pribadinya.
"Cewek? Siapa? Yang aku tahu hanya Arga." Dinda berbalik nanya.
"Model cover majalah Fashion yang akan datang adalah Pak Arga dan Farisya Liana." Jelas Gina.
Farisya atau yang akrab di panggil Asya. Ia adalah artis sinetron yang menjadi lawan mainnya dengan Arga. Mereka memiliki aura yang sangat sempurna. Itulah mengapa kali ini mereka menjadi model cover sebuah majalah. Tak hanya itu, majalah tersebut akan memuat kisah Arga dan Asya selama bermain drama tersebut.
"Oh, oke." Jawab Dinda.
Tok,, Tok,, Tok,,
"Permisi Bu, Ada Tuan Ray mencari." Ucap sekertaris Dinda.
Dinda malas sekali mendengarnya. Ia sangat tidak suka dengan Ray. Ray selalu mengejar Dinda. Walau sudah berkali-kali di tolak, Ray tidak pernah patah semangat. Setiap hari buket bunga selalu absen di ruang Dinda.
Orangtua Ray memiliki sedikit saham di Femmy Star. Ray juga pimpinan dari redaksi majalah yang akan bekerjasama dengan Femmy Star. Ray sudah jatuh cinta sejak pertama melihat Dinda. Tapi Dinda tidak pernah suka dengan Ray. Awal pertemuan nya dengan Ray saat Ray terlihat sedang menggoda para wanita.
"Sudahlah, jangan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu." Ucap Ray sambil meraih tangan Dinda. Bukan Dinda jika tidak menarik kembali tangannya.
"Bagaimana jika kita jalan-jalan ke mall?" Ajak Ray.
Memang kebetulan Dinda juga ingin berkunjung ke mall miliknya. Tak lupa ia ingin mengontrol butiknya. Dinda bersiap mengambil tas dan merapikan mejanya.
***
Di Mall Mewah Milik Dinda.
Terlihat dari turun mobil, Dinda sudah di sambut sama para staff. Ray mengajaknya makan di resto ternama di mall tersebut. Lagi-lagi Dinda mendapat sambutan hangat dari staff resto.
Sambil memesan makanan, Dinda hanya fokus pada ponselnya. Ada beberapa tempat yang ingin ia kunjungi di mall tersebut. Salah satunya Femmy Star yang pastinya akan ada di mall manapun.
Selesai makan Dinda dan Ray menuju Femmy Star. Dinda memastikan penjualan produknya. Produk yang kemarin di tampilkan oleh Arga sudah habis terjual. Setelah menyelesaikan tugasnya, Dinda kembali berkeliling.
"Wah, Kak Adinda Maharani ya?" Ucap seorang gadis.
"Hehehe, iya." Dinda selalu bersikap ramah.
"Masih ingat tidak? Aku Ririn adik kelas kak Dinda dulu." Ririn mencoba agar Dinda mengingatnya.
"Oh, Ririn yang suka di bully sama teman-temannya itu? Eh, maaf." Hanya itu yang Dinda ingat. Karena pertemuannya dengan Ririn ketika Ririn di kunci di kamar mandi dengan pakaian yang basah kuyup.
"Romantis sekali kakak sama pacarnya. Jalan-jalan ke mall pakai, pakaian couple." kata Ririn. Dinda baru menyadari bahwa warna pakaiannya dengan Ray hampir sama.
"Gawat! Mertuaku pergi kemana? Bahaya nih kalau dia tidak melihatku di sampingnya. Bisa di pecat aku jadi menantu!" Ririn nampak celingak-celinguk.
"Bye kakak!" Ririn tergesa-gesa menghampiri mertuanya. Dengan tangan yang penuh dengan barang belanjaan. Ririn berlari menyusul.
Dinda melanjutkan kelilingnya. Dari ujung ia sudah melihat orang yang ia kenal. Orang yang sudah beberapa tahun hadir kembali ke hadapannya. Di samping itu, terdengar suara anak laki-laki yang memanggil Dinda dengan sebutan 'Mama'.
Dinda menoleh ke belakang dan menangkap putranya yang berlari ke arahnya. Dari belakang anak tersebut ada Ara yang berlari mengejar Ken.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments