Melangkah perlahan sembari memeriksa beberapa barang kebutuhan yang terpajang di rak belanja, Hana tampak mendongak saat atensinya tertuju pada barang kebutuhan yang terletak pada urutan rak paling atas.
Apa aku bisa meraihnya?
Gadis itu tampak berpikir sebelum akhirnya memutuskan untuk sedikit melompat.
"Vinaigrette! kau membutuhkan nya?"
Pergerakan Hana terhenti, ia menoleh dan mendapati seorang pria yang kini telah berdiri tepat di belakang tubuhnya.
"Maaf, Anda bisa mengambil nya terlebih dulu! silahkan!"
Lengan besar itu akhirnya bergerak meraih salah satu botol yang terpajang di rak sebelum akhirnya tertarik dengan menggenggam satu diantaranya.
"Aku mengambilnya untuk dirimu, Nona! kau terlihat kesulitan dalam meraih botol saus itu bukan?"
"E-em! apa Anda melihat saya melompat-lompat kecil sebelumnya?"
"Kau benar! dan itu berbahaya! ambillah! aku sedang berbaik hati dan ingin menolong sesama hari ini,"
"Terima kasih! saya permisi," Hana tersenyum sembari meraih botol saus yang diulurkan oleh pria asing yang baru ditemui nya.
Gadis yang ramah juga santun, dia juga terlihat cantik.
William J' Osler, pria itu tersenyum sembari memperhatikan langkah Hana yang kian menjauh.
*****
Kediaman mewah itu nampak hening hingga langkah kaki Edward terdengar di telinganya sendiri, hanya ada seorang maid yang kini terlihat menunduk menyambut kehadiran nya.
"Dimana ibuku?"
"Nyonya Besar, beliau ada undangan untuk acara perkumpulan para lansia di District Grandies Old, Tuan!"
"Istri ku?"
"Nyonya Bertha sedang berada di kamarnya,"
Edward seketika melangkah lebar menapaki anak tangga, namun sang istri justru tampak muncul dan menghampiri nya.
"Kau kembali? kenapa terlambat? bukankah kau bilang akan tiba di rumah salam satu jam?"
"Aku minta maaf honey! rasa kantuk yang belum hilang membuat ku, memutuskan untuk tidur lebih lama setelah menghubungi mu tadi," Edward tersenyum sembari melepas genggaman pada tas kerjanya karena Bertha telah mengambil alih.
"Kau terlihat begitu rapi juga wangi, apa kau yakin bahwa semalam kau menginap di kantor?"
Langkah kaki Edward pun terhenti tepat di depan pintu kamarnya, ia memutar tubuh dan menatap sang istri yang memang sedikit tertinggal langkah di belakang.
"Tentu saja! dimana lagi aku harus menginap jika bukan di kantor? apa kau mengizinkan diriku untuk bermalam di hotel?"
"Tidak-, tidak Edward! aku tahu seberapa tulus cinta mu padaku! aku hanya ingin-,"
"Aku lelah! jangan mencecar ku dengan pertanyaan yang muncul karena pemikiran negatif dari otak mu, Bertha!"
Bertha pun mematung diam, ia hanya memperhatikan sang suami yang kembali melangkah santai dan merebahkan diri di ranjang.
"Apa kau ingin diriku membawakan makanan kemari untuk mu?"
"Aku sedang tak memiliki nafsu makan saat ini, rasanya hanya ingin tidur!"
Bertha menghela nafas dalam, ia meletakkan tas kerja milik sang suami dan seketika beralih untuk melepas sepatu yang masih terpasang di kaki Edward.
Degup jantung Bertha kembali tak beraturan, dadanya terasa sesak saat melihat kaos kaki berbeda yang kini dikenakan oleh Edward.
Apa dia kembali menemui gadis sialan itu? astaga! aku tak mungkin diam saja untuk kali ini!
******
"Hana, kau kemari Nak?"
"Aku merindukan mereka ibu Sohwa! aku juga membawakan sedikit oleh-oleh untuk mereka!"
"Jangan memaksakan diri untuk memanjakan mereka Hana, ibu tahu kau juga sedang dalam kesulitan keuangan."
"Tak apa ibu, ada seseorang yang menitipkan ini semua untuk anak-anak! jadi, ini semua bukan dari uang ku sendiri," Hana tersenyum sembari melangkah beriringan memasuki lorong panti.
Tak berselang lama, suasana tampak begitu riuh! beberapa anak usia 6-10 tahun tampak berlari dan menubruk tubuh Hana.
"Kakak! kenapa lama sekali tak berkunjung dan bermain dengan kami?"
"Maaf sayang, kakak ada beberapa pekerjaan jadi baru bisa menyempatkan diri sekarang. Lihatlah! aku menepati janji dan membawakan beberapa peralatan lukis lengkap untuk kalian!"
"Benarkah?"
"Tentu saja! bawa masuk dan bagikan! ingat! jangan saling berebut, kakak sudah memastikan bahwa kalian semua akan mendapatkannya satu persatu!" Hana membungkuk menyerahkan kantong plastik besar yang sempat ia bawa pada salah satu anak yang postur tubuhnya paling besar diantara yang lain.
"Kalimat magic apa yang harus kalian sampaikan pada kak Hana?" ibu Sohwa tampak mengangkat telunjuknya hingga para anak asuhnya kembali menatap Hana.
"Terima kasih kak Hana yang cantik!"
Ucapan yang kompak itu seketika membuat Hana terkekeh geli.
"Mereka sungguh lucu,"
"Hana, bagaimana keadaan ayahmu Nak?"
"Itu ..., aku belum bisa kembali berkunjung untuk memastikan keadaan ayah ibu! entahlah, kuharap semua baik-baik saja,"
"Apa terjadi sesuatu?" ibu Sohwa pun menatap Hana dengan penuh tanya.
"Tidak, aku hanya masih kebingungan untuk mengatur jadwal pekerjaan ku yang sekarang! ibu tahu kan, aku bekerja dengan serabutan?" Hana tertunduk, ia menampilkan senyum meskipun hatinya dilanda begitu banyak kecemasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments