"Honey! bangunlah, kau sudah tidur hampir seharian, apa kau tak ingin makan malam?" Bertha mengguncang perlahan tubuh sang suami yang masih tampak damai terlelap.
Edward menggeliat, ia melirik jam dinding dan mencoba untuk melebarkan bola mata.
"Astaga! diriku terlambat," Edward bergumam dengan mata yang masih saja terpejam.
"Terlambat? apa kau ada acara malam ini?"
"Begitulah! aku ada janji temu dengan seseorang!"
"Tapi Edward-,"
"Kau pergilah, dirimu juga selalu keluar malam untuk memenuhi undangan para sahabat sosialita mu, itu bukan?"
Edward berucap ketus, pria itu seketika beranjak dan membasuh wajah sebelum akhirnya kembali meraih jas hitam dan menyambar kunci mobil.
******
Senja mulai menampilkan semburat warna jingga, namun hal itu sama sekali tak membuat Hana terusik dari kursi taman sembari menatap jauh ke atas cakrawala.
Apa selamanya akan seperti ini? bagaimana jika akhirnya nanti ayah mengetahui semua hal tentang diriku? apa ayah bisa memaafkan ku?
"Tidak Hana! jangan pikirkan apapun untuk saat ini! kita jalani saja! dan cobalah untuk menikmati semuanya! hal buruk dan baik selalu berjalan beriringan, kau bukanlah gadis yang buruk! kau telah bekerja keras selama ini untuk ayah!" Hana bergumam, ia terus mencoba menepis pikiran negatif yang selalu berusaha untuk menjatuhkan dirinya sendiri.
"Ayolah! kita harus segera pulang! ada beberapa pekerjaan yang belum juga kau selesaikan,"
Meskipun terasa enggan, tapi Hana memaksakan diri untuk kembali ke apartemennya.
*****
Dia kemari lebih awal?
Hana menyadari sesuatu saat sepatu seseorang telah tergeletak dengan berantakan pada rak sepatu tepat di samping pintu masuk.
"Where have you been, sweetheart?" tatapan tajam serta suara berat Edward seketika membuat bulu kuduk Hana bergidik.
"Ada beberapa orang yang harus saya temui hari ini-,"
"Bukankah kau bilang akan pergi berbelanja?"
"Tuan benar, saya pergi berbelanja dan setelahnya saya pergi ke ...,"
"Kemana?" alis Edward menukik tajam, ia meraih pinggang ramping Hana dan membuat gadis itu terduduk di pangkuan nya.
Kebungkaman yang ditampilkan Hana seketika membuat Edward mendekatkan wajah, ia menatap dalam netra indah milik Hana meskipun hasilnya nihil.
Hana tetap bungkam sebelum akhirnya tertunduk sembari memainkan jemarinya.
"Tak bisakah kau menatapku sweetheart?"
"Tidak Tuan!"
"Katakan!"
"Saya tidak bisa dan tak ingin mengatakan apapun pada Tuan!"
"Kau bisa berbohong padaku! jika kau mau!"
"Berbohong bukanlah sebuah solusi, membohongi orang lain sama saja dengan berbohong pada diri sendiri." Hana berucap lirih, gadis itu sama sekali tak bergeming dan tetap acuh atas usapan lembut dari jemari Edward.
Hana ..., kenapa kau begitu berbeda dari wanita-wanita yang pernah kutemui sebelumnya?
Edward menghela nafas, ia merenggangkan pelukan sebelum akhirnya kembali membuka suara,
"Baiklah! aku tak akan memaksa mu untuk berbicara, tapi ..., aku selalu ada untukmu jika kau benar-benar butuh teman untuk bercerita."
Apa maksudnya?
Hana memalingkan wajah, menatap Edward yang kini tersenyum ke arahnya.
"Apa kau tak ingin beranjak untuk menyiapkan makan malam? aku sungguh kelaparan karena harus menunggu hampir satu jam."
"E-iyaa, akan saya siapkan makanan segera! kebetulan saya membeli beberapa hidangan dari luar," Hana seketika beranjak, gadis itu melangkah sebelum akhirnya jemari lentik itu membuka lemari putih dimana perabot makan tampak tertata rapi disana.
"Udang asam manis? kau sangat menyukai makanan jenis seafood?"
"Hanya udang yang bisa saya konsumsi Tuan!"
"Apa kau tak ingin mencoba untuk menikmati kepiting atau yang lain?"
"Saya memiliki alergi terhadap daging kepiting, Tuan! meskipun sangat ingin tapi saya tidak lagi berani untuk mencobanya!"
"Apa efeknya terlalu berat?"
"Begitulah!" Hana berucap singkat ia menata garpu juga sendok sebelum akhirnya menyajikan sepiring udang asam manis dihadapan Edward.
"Rasanya cukup nikmat! apa kau membelinya di restoran sekitar?"
"I-itu, saya membeli di kedai pedagang pinggir jalan!"
"A-apa?" mata Edward pun terbelalak.
"Kenapa Tuan? apa Tuan tak bisa makan hidangan dari kedai pinggir jalan? penjualnya cukup menjaga kebersihan, Tuan tenang saja! saya jamin Tuan tak akan sakit perut! tapi-, jika Tuan meragukan nya, biar saya-,"
"Tidak! aku-, aku bisa memakannya Hana! kau tenang saja!" suara Edward pun bergetar, ia sungguh tak menyangka bahwa dirinya akan mengkonsumsi makanan yang di jual sembarangan di pinggir jalan.
Sementara Hana, gadis itu justru menahan tawa saat melihat ekspresi dari Edward Jaden Nicholas, pengusaha ternama dari Jadenz Company yang namanya telah tersohor hingga ke penghujung negeri, yang mana pria itu kini tampak begitu berhati-hati dalam menusukkan garpu ke daging udang yang tersaji di piring.
Lima belas menit berlalu,
Hana juga Edward kini terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing,
Apa Tuan Edward tidak akan kembali pulang? kenapa dia justru membawa pekerjaan kantor nya kemari?
Gadis itu berbicara dalam hati sembari melayangkan tatapan sepintas pada Edward yang nampak fokus dihadapan layar laptop.
"Terima kasih, Hana! dirimu sungguh perhatian!" Edward tersenyum lebar saat mendapati Hana meletakkan secangkir kopi di meja.
"Apa Tuan-, tidak akan pulang ke rumah? maksud saya-,"
"Kau ingin diriku menginap?" Edward beralih pandang, sudut bibirnya terangkat saat mendapati raut wajah Hana.
Astaga! apa yang kulakukan?
Hana seketika tertunduk saat menyadari Edward telah beranjak dari sofa.
"Sweetheart! selama ini kau selalu mewujudkan fantasi liar dalam benakku! and-, tonight i've a different idea for our intimate activity!"
"Tuan Ed-,"
"No, ehmm! let's move babe!" Edward menarik lengan Hana hingga gadis itu terhuyung mengikuti langkahnya menuju balkon apartemen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments