Pulang dengan membawa rasa lelah luar biasa, Ru masih bersyukur karena hari ini dia bisa mendapatkan uang dan singkong secara cuma-cuma dari pemilik kebun.
Langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badan, Ru berharap rasa capek di tubuhnya bisa hilang bersama siraman air yang meluncur ke pembuangan.
"Pantes aja suami suka ngadu kalo istrinya nggak bisa ngurus dia. Lha ini sore-sore gini rumah masih berantakan kayak kapal pecah."
Mendengar suara mertuanya datang berkunjung, bukannya senang tapi raut muka Ru berubah masam. Dia tahu ini akan jadi sore yang lebih melelahkan. Di mata mertuanya, Ru merupakan menantu yang hobi 'mangan turu' (makan tidur) aja. Ya karena itulah yang di infokan suaminya kepada mertuanya. Sungguh suami 'mulia' sampai selalu membicarakan apapun tentang istrinya kepada orang tuanya sendiri. Ibarat kata orang tua Raden akan tahu hari ini Ru kentut berapa kali jika sudah bertemu anaknya untuk membicarakan keburukan Ru.
"Baru mandi jam segini? Ngapain aja? Pasti rebahan main hp depan tipi kan?! Keliatan sih." Tuduh mertua Ru saat melihat menantunya itu baru keluar dari kamar mandi.
"Iya buk." Jawab Ru datar. Seakan tidak ada semangat untuk menanggapi mertuanya yang sedang menatapnya sinis.
"Nah kan bener. Ru Ru.. Kamu itu perempuan, udah jadi istri orang. Bukan tuan putri di cerita dongeng. Mbok ya sadar diri jangan sukanya ongkang-ongkang kaki. Nggak ngerti aku sama kelakuanmu." Mertuanya Ru mencebik kesal.
Sudah sering dihina, bukan lagi hati yang sakit tapi hatinya udah kapalan! Udah berkerak nggak ngerti lagi bahasa apa yang tepat menggambarkan keadaan hati Ru yang selalu mengecap cemoohan orang-orang terdekatnya.
Tanpa memperdulikan lagi untaian mutiara dari mulut mertuanya, Ru bergerak ke depan rumah. Mengambil karung plastik yang berisi singkong. Dia keluarkan tiga buah singkong itu lalu dengan cepat mengupasnya.
"Nggak sopan banget kamu ini, mertua itu derajatnya sama seperti orang tua kandung tapi kamu nggak nunjukin sopan santun mu sama sekali pas aku ke sini?! Emang bener kata Raden, kamu istri nggak berguna! Bisanya cuma--"
"Bisanya cuma apa ibu mertua?? Bisanya apa?? Jika ibu lihat dengan seksama, dengan mata tanpa tertutup dengki dan benci padaku.. Ibu pasti bisa lihat jika rumah ini rapi. Layaknya rumah tempat orang tinggal pada umumnya. Mau dibersihin model apa lagi jika sebenarnya sudah bersih? Mau lebih bersih dari ini? Tinggal buang-buang aja semua yang ada di dalam rumah. Meja, kursi, lemari, tivi. Kalau semua itu nggak ada kan rumah jadi benar-benar bersih bu mertua!"
"Kamu ini bisanya cuma ngejawab aja! Pantes aja suami mu nggak betah!"
"Asal ibu mertua tau, sebenarnya aku sendiri juga sudah pegel sama semua ini."
"Kamu ngomong nggak pake dipikir dulu! Wanita macam kamu ini kalau nggak dipungut anakku dijadiin istri, nyampe sekarang juga pasti belum laku! Jadi perawan tua kamu!"
Ru menghela nafas. Selalu seperti ini.
"Jika tahu menjadi istri anak ibu mertua itu nasibku bakal kayak gini, aku milih jadi perawan tua aja."
Ru meninggalkan ibu mertuanya yang masih 'nyanyi' dengan lirik mengandung kemurkaan di dalamnya. Membawa diri menuju dapur, berniat merebus singkong yang tadi dia kupas, Ru tak memperdulikan apa saja kalimat nyelekit yang melebur dengan udara.
"Tuh istrimu! Kurang ajar banget jadi orang. Aku ke sini aja nggak dianggep sama sekali sama dia."
Sepertinya Raden sudah pulang dari tempatnya ber hahahihi. Alih-alih menegur kelakuan putranya yang suka berpangku tangan, ogah kerja tapi gemar nongkrong seperti bujang.. Wanita sepuh itu lebih suka mengorek keburukan menantunya.
"Ya gitu lah buk. Capek aku ngasih taunya."
'Drama!'
Ru memutar bola matanya malas. Dia bisa setegar ini karena keadaan. Tidak memiliki orang tua menjadikan dirinya selalu bersandar pada Raden yang dia anggap sebagai lelaki penuh tanggung jawab, itu dulu! Catat ya DULU!
Setelah menikah, Raden berubah.. Kata-kata manisnya dulu yanng akan selalu melindungi dan menjaga Ru ternyata hanya bualan belaka. Meski sudah mengabdikan diri selama tiga tahun menjadi istri Raden nyatanya hanya sakit hati yang dia terima.
"Ruuuu!! Buatin ibu teh!! Ngapain sih kamu di dapur? Ngoseng cicak hah??" Suara teriakan suami yang pantas dilelepin ke gunung merapi!
'Aku lebih kepengen ngoseng mulut lemez mu sebenarnya mas.'
"Udah Den udah nggak apa-apa. Aku ke sini nggak minta minum, kalo cuma air.. Di sumur rumah kita banyak! Nggak perlu minta istrimu yang urakan itu bikinin buat ibu. Bisa-bisa malah ditaburin apotas nanti di dalamnya sama dia."
'Ide bagus, kayaknya enak tuh perpaduan teh sama apotas!'
Membawa satu piring singkong goreng hasil karyanya, Ru menempatkan diri duduk di dekat suami dan mertuanya. Kedua orang itu jadi saling tatap keheranan. Pasalnya biasanya Ru akan lebih memilih menjauh bahkan tak berani berada di dekat dua orang itu jika sudah melakukan kolaborasi saling berbagi info tentang kejelekan Ru untuk dijadikan bahan gunjingan. Tapi, lihat sekarang seperti tak terpengaruh dengan kehadiran kedua orang di dekatnya.. Ru asik makan singkong goreng tanpa menawari kedua orang terdekatnya.
"Wanita nggak beradab! Kamu kok betah to Den Den punya istri modelan begini. Aduuuh pusing aku, pusiiiing!" Tangan wanita tua itu digunakan untuk memijit keningnya.
"Ru, kamu apa-apaan sih! Kok makin kurang ajar gini! Sana ke belakang bikin kopi sama teh buat aku dan ibu! Ngapain kamu ngejogrok di sini??" Bentak Raden menggertak Ru.
Nurut? Tentu tidak!
"Nggak usah teriak-teriak mas. Aku nggak budek. Tadi kamu juga denger kan ibu mertua bilang ke sini bukan buat numpang minum. Ya udah.. Aku juga pengen tau, tujuan ibu mertua ke sini itu mau ngapain."
"Heh jaga batasanmu Ru. Seharian nggak ada di rumah, nggak ngurus suami, nggak ngerjain apapun di rumah, giliran ada mertua dateng berkunjung kayak gini sambutan mu??" Raden bicara sambil melotot.
"Kamu tanya nggak seharian ini aku nggak ada di rumah itu kemana, kenapa atau ngapain? Nggak kan?" Ru melihat ke arah Raden sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Paling juga ngerumpi di rumah tetangga." Ucap ibu mertua Ru sinis.
"Maunya sih gitu bu mertua. Besok deh aku realisasikan. Enak kali ya seharian ngetem di luar. Pantes aja anak ibu itu betah tiap hari kelayapan." Ujar Ru tak peduli jika sekarang dia harus bertarung dengan dua orang yang emosinya sengaja dia bakar.
Ada rencana apa sebenarnya Ru sampai membuat suami dan mertuanya kesal dengan terus menjawab ucapan mereka tanpa rasa takut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
fitriani
mantap ru.... lawan terus ru mulut mertua dan suami durjana itu👍👍👍👍
2024-11-10
1
Titik Handayani
semangat ru...tak dukung
2025-01-05
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Ru udah mangkel banget, jadinya ya dia jawab
2024-10-20
0