"Ru.. Bangun Ru, Aku minta itu Ru."
Raden yang baru pulang dari tempat nongkrongnya membangunkan Ru yang sudah terlelap meski tanpa suaminya.
Sudah biasa, Raden lelaki 28 tahun itu memang gemar ngopi cantik dan nongkrong manja bersama teman-temannya di warung kopi milik mbak janda dekat kuburan sana. Agak lain memang, kenapa mbak-mbak itu membuka usaha di tempat menyeramkan seperti itu? Alasannya.. Ya biar beda aja. Siapa tau ada genderuwo atau kolor ijo yang butuh penyegaran dan suasana baru akibat penat oleh rutinitas mereka menakuti para manusia durjana setiap hari!
Oke, ini bukan tentang genderuwo atau kolor ijo itu, ini tentang Raden yang membangunkan istrinya paksa untuk menuntaskan kebutuhan biologisnya.
"Ruu.. Bangun. Ayo aku mau skidipapap sama kamu. Kemarin katanya masih halangan, tadi aku cek punyamu aman aja. Kamu nggak pake roti kempit itu lagi.." Rengek Raden menyebalkan.
Mata Ru terbuka sempurna. Bisa-bisanya suaminya itu gre_pe gre_pein dia nyampe ngecek bagian terdalam miliknya dan dia nggak sadar udah diraba-raba seperti itu.
"Aku ngantuk mas." Ucap Ru malas.
"Dosa kamu Ru nolak pengennya suaminya. Kualat masuk kuali neraka kamu!"
"Dari pada kamu gosong di neraka mending kita cari pahala aja gimana? Kamu diem aja, biar aku yang gerak" Tawaran mengiurkan bukan? Tentu bukan!
"Kamu tuh apa sih mas, minta mulu tapi nggak pernah ngasih duit belanja! Pegel aku tau nggak!" Suara Ru protes.
Raden terkesiap. Dia yang tadinya menggebu-gebu jadi manyun kehilangan senyum mesum di wajahnya.
"Kayak lon_te aja kamu Ru, suami minta aserehe kok kamu todong duit! Mending bayar cewek di luar aja kalo tau gini." Raden berdiri kehilangan nafsunya.
"Kamu bilang aku apa?? Lon_te?? Mulutmu mas mas! Kalau kamu minta jatah kelon tiap hari, tiap malem trus nyamain aku sama lon_,te.. Ya udah sini itung-itungan! Bayar tarif ku kalo kamu mau nyentuh aku!" Kemarahan yang dipicu oleh Raden membuat Ru tak ingin mengalah malam ini.
"Aku diem bukan berarti kamu bisa semau mu. Kamu itu kepala rumah tangga, imam buat ku. Tapi imam apa yang ngajak sholat aja nggak pernah! Kamu lebih rajin ke warung kopi timbang ke masjid buat nuntasin kewajiban sama Tuhan mu! Ingat mas, di deket warung kopi itu kuburan! Pernah mikir nggak abis ngopi ketawa ketiwi tau-tau di gerebek malaikat maut??" Ru ikut berdiri mempertahankan asumsinya. Tidak ada lagi rasa kantuk yang tadi menggelayuti matanya. Hilang bersama kesabaran yang sudah setipis tisu dibelah tujuh!
"Heh Ru, jaga mulutmu. Jangan asal njeplak kalo ngomong! Aku di warung kopi kan juga tanya-tanya kerjaan. Kamu mana ngerti, orang kamu taunya cuma makan tidur makan tidur doang!" Nada suara Raden sedikit meninggi.
Jika dulu Ru lebih milih diam tak menjawab apapun kalimat panjang bernada tinggi dengan tema menghina fisik Ru juga menjatuhkan mentalnya untuk menjaga keharmonisan rumah tangganya, tidak dengan sekarang! Dia lelah harus terus menunduk pada lelaki yang semaunya sendiri ini.
"Makan tidur dengkulmu itu mas! Yang bersihin rumah ini siapa aku tanya? Yang mastiin perutmu nggak kelaparan dan masak setiap hari siapa ku tanya?? Yang kamu marahin kamu bentak-bentak di depan orang tuamu, kamu tuduh males tapi masih nyuci baju-baju mu siapa aku tanya??? Yang kamu genjot tiap malem meski udah tau aku. capek, aku pegel, bahkan sakit tetep manut sama keinginan mu siapa aku tanya????"
Glek.
Raden merasa dipaksa menelan batu kerikil tanpa mengunyahnya. Dia mau menjawab tapi mikir dulu kalimat apa yang pas untuk membalas kata-kata istrinya.
"Itu kan tugas kamu Ru, kamu kan-"
"Tugas ku? Oke tugas ku. Bilang itu tugas babu yang kudu aku kerjakan setelah aku jadi istrimu. Tapi kita suami istri, jika aku punya tugas dan tanggung jawab, itu artinya kamu juga demikian mas! Kamu juga kudu ngelakuin apa yang jadi tugasmu! Minimal jangan pelit lah! Kamu mau makan tempe goreng sambel terasi aja nggak cukup pake uang lima ribu perak mas, lha kamu seenaknya ngasih uang seminggu tiga puluh ribu! Dapet apa???"
"Selama ini kamu nggak ngeluh kenapa baru sekarang protes lho Ru?" Tanya Raden kesal mendengar jeritan hati Ru yang akhirnya muncul ke permukaan.
"Aku diam karena bersabar. Aku diam karena berharap suatu saat kamu berubah dan ngerti, tapi apa? Kamu masih gini-gini aja."
Sejenak keduanya diam. Raden mengeluarkan uang selembar lima puluh ribu, menaruhnya di atas bantal.
"Tuh. Nggak usah ribut. Udah malem aku mau tidur!"
Nafas Ru terengah-engah, bukan karena olah raga malam bersama suaminya tapi habis melepaskan emosi yang tertancap di hati. Rasanya belum puas tapi mau bagaimana lagi, Ru juga harus ingat ini malam hari. Geger di jam segitu bisa bikin tetangga bangun dan nguping keributan berbau pertengkaran antara mereka. Besok paginya dia bisa viral akibat para emak-emak samping kanan kiri rumahnya berubah jadi intel tanpa pelatihan sebelumnya. Digosipin atau ngegosip udah jadi makanan sehari-hari pada ibu rumah tangga.
Raden tidur dengan punggung sebagai pemandangan yang harus dilihat Ru. Dan Ru sendiri tak bisa kembali merasakan kantuk, dia memilih keluar dari kamar. Mengambil baju-baju kotor dan membawanya ke kamar mandi.
Mendengar gemericik air di jam 02.10 dini hari, Raden terpaksa membuka matanya. Dia tidak melihat keberadaan Ru di dalam kamar. Saat kakinya sudah sampai di kamar mandi dia menyaksikan istrinya itu terisak sambil menyikati baju-baju kotor.
"Kamu ngapain kisrak-kisrik jam segini! Mau tak dibilang bego kok nggak tega." Perkataan Raden mancing emosi Ru lagi.
"Nggak usah bilang nggak tega kalo udah ngatain aku bego juga." Balas Ru tak menghentikan gerak tangannya menyikat baju.
Raden menarik tangan Ru. Memaksa wanitanya mengikuti derap langkahnya menuju kamar.
"Tadi aku masih bisa nahan diri tapi kamu mancing aku terus!"
Raden melempar tubuh Ru ke ranjang. Memaksa membuka seluruh penutup badan yang Ru kenakan. Ru menghela nafas berat, melawan pun percuma. Bagaimanapun juga lelaki yang sekarang menindihnya itu masih berstatus suaminya. Dia tidak mungkin teriak-teriak tengah malam meminta tolong agar di dengar tetangga jika dia akan digagahi suaminya.
"Aaah.." Desah kenikmatan Raden terdengar saat berhasil memasukkan senjatanya ke dalam area pribadi istrinya.
Jika Raden sibuk mencari kepuasan dengan gerakan absurd yang dia buat untuk menggempur milik Ru, Ru justru memalingkan wajah tak ingin menatap apapun yang lelaki itu perbuat atas dirinya.
"Kamu bilang nggak mau tapi tetep menikmati.. Munafik!" Ucap Raden masih melakukan tarian skidipapap ala dia.
"Menikmati apanya? Punyamu aja nggak kerasa sama sekali ada di dalam sana."
Pyaaaar!
Seketika semangat yang tadi menggebu-gebu ketika mengajak paculnya membajak sawah milik Ru langsung down dengan menyusutnya senjata di dalam sana.
"Nah kan.. Digituin aja langsung mengkerut. Udah awas aku mau mandi."
"Ruuuuuuu!!!!"
"Berisik mas."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Alma Lisma
jadi nemu kosakata baru...skidipapap🤣🤣
2025-01-24
1
Dwisur
skidipapap singkatan apa sih Thor
2025-01-04
1
fitriani
wkwkkwkwkwk kena mental si raden🤪🤪🤪🤪
2024-11-10
1