Mencintai dua pria

"Mumpung Damar sudah tidur, aku bukain pintu buat Willi deh. Kasihan dia baru pulang sekolah. Pasti kepanasan di luar sana." Alisya berkata lembut, suaranya sedikit bergetar seolah mengungkapkan rasa empati, la dengan hati-hati menyingkirkan. lengan kekar yang melingkar di tubuhnya. Pria itu benar-benar kelelahan, hingga tak sadarkan diri dan tertidur pulas.

Alisya mencium lembut dahi Damar, tepat di pucuk kepalanya, sebelum ia mengangkat tubuhnya dengan penuh kehati-hatian. Hanya sehelai handuk yang menutupi tubuhnya yang baru saja selesai bercinta. Bahkan, ia belum sempat membersihkan diri sepenuhnya. Di luar kamar, sejenak Alisya merasakan keraguan. Bagaimana pintu

kamar Willi bisa terbuka? la meraih gagang sapu di pojok pintu dengan ragu dan membuka pintunya perlahan. "Hei maling, bangun kamu!" seru Alisya dengan nada bercanda, namun suaranya tetap mengandung ketegasan,

Willi yang saat itu tenggelam dalam kehangatan selimutnya terkejut mendengar suara Alisya. "Kak, ini Willi," katanya sambil mencoba menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Celana Willi terbuka dan menunjukkan bagian tubuhnya yang terjaga dengan kuat

"Oh, maaf Wil. Kakak kira ini kamartya orang lain," ucap Alisya dengan sedikit kikuk, sambil memperhatikan bagian bawah Willi yang nampak lebih gagah dibandingkan Damar. "Tunggu sebentar, Wil. Kakak tutup dulu pintunya."

"Buat apa kak?" tanya Willi dengan rasa deg-degan le memperhatikan punggung Alisya yang mulus dan kaki-kaki mungilnya.

Saat matanya terus memandang. Alisya pun menyadari tatapan itu. Setelah menutup dan mengunci pintu, Alisya duduk di sisi ranjang Willi dengan hati-hati.

"Willi, kamu lihat apa?" tanya Alisya dengan suara lembut dan penuh rasa ingin tahu. lo duduk menghadap Willi, kemudian dengan lembut meletakkan tangan kanannya di paha Willi.

Willi terkejut saat merasakan sentuhan lembut itu menyentuh pahanya, semakin dalam dan semakin masuk, Saat itulah in sadar bahwa celananya telah hilang entah ke mana. "Kak, aku bisa jelasin," ucap Willi dengan gugup

"Jelasin, Wil. Kenapa kamu nggak pakai celana?" tanya Alisya dengan nada penasaran.

"Emh, itu gerah aja," jawab Willi sembarangan, berusaha menutupi rasa malunya. "Kakak, kok nggak bukain pintu tadi?"

"Lagi layani pelanggan, Wil, Maafin kakak ya Oh iya, kamu masuk lewat mana?" jawab Alisya, berusaha terdengar tenang meski hatinya bergetar.

Willi pura-pura ngambek dengan menyilangkan kedua tangannya di dada "Nggak mau

"Willi, kamu ini kaya anak kecil aja deh," kata Alisya sambil mengacak-acak rambut Will dengan penuh kasih sayang. Saat itulah tampak ketiaknya yang mulus, aroma wangi dan keringatnya menyebar ke penciuman Willi dengan penuh keberanian, Willi menggenggam lengan kanan Alisya dan menariknya ke arah dirinya, membalikkan. tubuh Alisya sehingga ia duduk di pangkuan Willi

"Willi, punya kamu mengganjal banget," ucap Alisya dengan nada santai, mencoba mengatasi ketegangan yang mulai membangun.

Willi tanpa menghilangkan ucapan Alisya, membuka handuk yang melilit tubuh Alisya dan menunjukkan punggungnya yang seksi. Di depan mereka terdapat lemari dengan kaca besar yang memantulkan gambar mereka. Dapat Alisya lihat wajah Willi yang penuh nafsu. "Kak, aku boleh peluk?" tanya Willi dengan lembut.

Alisya hanya mengangguk setuju. Willi memeluk Alisya dengan sangat erat, satu tangannya di bagian intim dan satunya lagi di payudaranya. Alisya merasakan ketegangan kembali pada tubuhnya, rasa lelah dan kepuasan bercampur menjadi satu.

la merasa sangat lemah dan tak bisa melawan. Willi memindahkan kedua tangannya ke bagian depan Alisya, meremas dengan lembut mengirimkan sinyal cinta pada otaknya.

"Egh, Willi," ucap Alisya dengan nada penuh rasa

"Sebut namaku, kak. Sebut," kata Willi, menginginkan pengakuan.

Wajah mereka berdua tampak sayu dan bersemangat pada layar cermin besar. Tangan kiri Willi berpindah memeluk perut. Alisya semeritara tangan kanannya turun menyusuri setiap inci bagian depan hingga ke bagian intim Alisya.

Alisya tampak terkejut ketika Willi mengelus bagian intimnya. Rasa geli namun juga sensasi yang membuatnya merasa terbang.

Sentuhan sentuhan lembut itu membuat Alisya bersandar pada dada bidang Willi, menekan bagian bawahnya dengan lembut.

Willi mendesah bersamaan dengan Alisya, dan semuanya berlangsung selama beberapa jam, Alisya merasa puas dan terhibur dengan lembutnya sentuhan Willi.

"Enghh, Will lagi. Masukin," kata Alisya dengan permohonan lembut.

"Iya kak, kamu yang minta," jawab Willi dengan penuh kepuasan. la mendorong Alisya dan mengarahkan tubuhnya untuk menungging Alisya hanya menurut tanpa banyak berkata. Dengan pengetahuan yang ia dapatkan dari melihat pelanggan kakaknya, Willi memasukkan dirinya dari belakang. Alisya menjerit saat itu, merasakan dorongan yang kuat. Pertarungan hebat kembali terjadi, berlanjut tanpa henti.

Damar terbangun dari tidurnya, la melihat jam dinding menunjukkan pukul 17.00. "Loh, Alisya mana?" tanya Damar pada dirinya sendiri, lalu cepat-cepat mengenakan pakaiannya dan mencari Alisya dengan tergesa-gesa.

Ketika ia keluar kamar, Damar mendengar suara jeritan dari kamar adiknya, Alisya. Merasa khawatir, ia memaksa membuka pintu yang ternyata tidak terlalu kuat kuncinya.

Di dalam kamar, dua makhluk itu terfokus pada kegiatan mereka. "Eh, main lagi kamu, nggak ajak-ajak," kata Damar dengan nada bercanda, bukan marah, la justru mendekat dengan penuh perhatian.

"Udah Wil, Alisya pasti capek. Kita berbaring aja. Aku mau sebelah kanan," kata Damar dengan nada penuh pengertian.

Willi segera memahami ucapan Damar dan tanpa ragu terlibat dalam persetubuhan bertiga. Alisya berbaring di antara Damar dan Willi. Tanpa banyak bicara, Damar melumat dan memainkan bagian depan Alisya sementara Willi melanjutkan aktivitasnya dengan Alisya. Alisya merasakan guncangan hebat dari semua sisi, merasakan kenikmatan yang luar biasa.

"Intan, kakak kamu mana ya? Gak biasanya dia belum pulang padahal sudah malam," tanya neneknya dengan nada khawatir, Intan tinggal bersama kakak laki-lakinya, nenek, dan beberapa pembantu rumah tangga serta keamanan.

"Nggak tahu, nek. Mungkin dia jalan-jalan sama pacarnya," jawab intan sambil berusaha tenang.

"Kakak kamu sudah punya pacar ya ternyata?" tanya neneknya lagi dengan rasa ingin tahu.

"lya kali, nek" jawab Intan singkat, kemudian memasuki kamarnya dan bertanya-tanya dalam hati. "Kalau benar kakak sudah punya pacar, seharusnya dia nggak melarang aku pacaran juga kan? Dia sudah nggak perlu aku.

Intan tidur dengan tanktop putih dan celana pendek hitam, tanpa bra maupun celana dalam. Setelah semua aktivitas berakhir, Damar mandi dan Willi tertidur pulas di tempat. "Aku pulang dulu ya, Sya," ucap Damar dengan lembut.

"Iya, apakah kamu puas dengan pelayananku?" tanya Alisya dengan penuh harap. "Entahlah, masih belum puas. Tapi besok lagi ya, mungkin suatu saat aku akan benar-benar puas," jawab Damar, meninggalkan Alisya dengan rasa penasaran.

Alisya mengangguk memahami. Damar memang sulit dipuaskan, sebab ia lebih. menyukai adiknya sendiri dengan tubuh yang lebih tinggi dan semok. Alisya sendiri juga semok, tapi lebih pendek.

Setelah Damar pulang, Alisya membereskan rumah dan kamarnya. "Huh, pekerjaan rumah jadi banyak terbengkalai. Mereka lama banget mainnya," keluh Alisya la membereskan piring-piring kotor, mencucinya, dan menaruhnya di rak piring.

Saat membuka kulkas, hanya ada sosis mahal yang tersisa, "Ada sosis doang nih, bisa masak apa ya buat lauk malam ini."

Terpopuler

Comments

Iky Yy

Iky Yy

🥰

2024-08-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!