Part 5

" Jefan! Aku sangat merindukanmu!" ucap wanita itu, sambil memeluk erat Jefan.

" Lepas Naina!" bentak Jefan sambil mendorong tubuh Naina agar menjauh.

" Kamu masih belum maafkan, aku? Aku benar-benar menyesal." ucap Naina sendu.

" Kisah kita telah berlalu, jangan di bahas lagi!" tegas Jefan, dan hendak beranjak, namun di tahan oleh Naina.

" Ayolah Jefan, walaupun kita telah berakhir, kita masih bisa jadi teman kan. Dan untuk soal itu, aku benar-benar menyesal." ungkap Naina dengan wajah sendu.

Jefan tak merespon, ia memilih untuk berbincang dengan pelayan toko tentang cincin pertunangannya.

" Gimana? Sudah kalian pilihkan cincin tunangan yang bagus?" tanya Jefan.

" Sudah Tuan, ini ada tiga pilihan. Tuan dan Nona bisa pilih salah satu." jawab pelayan sembari menunjukkan tiga pilihan cincin.

Jefan memperhatikan ketiga cincin itu. Memang terlihat tiga cincin tersebut memiliki kesan mewahnya tersendiri.

Sementara Naina, matanya membulat mendengar percakapan antar Jefan dan pelayan toko. " Jefan, aku pasti salah dengar kan? Kamu nggak mungkin bertunangan kan?" Naina memastikan.

" Kamu nggak salah dengar. Saya memang akan bertunangan. Dan dia adalah calon tunanganku." jelas Jefan. Jefan mendekati Reva dan langsung merangkul Reva dengan mesra bak pasangan pada umumnya.

Reva tersentak dengan perlakuan Jefan. Bahkan ia hampir menjatuhkan kalung yang sedang ia pegang.

" Lepas." pinta Reva sambil menatap tajam Jefan.

Jefan malah tersenyum, " Apa sayang, kamu mau lebih? Sabar ya, nanti kalau sudah selesai beli cincinnya, kita langsung cari hotel." ujar Jefan. Berbicara sangat lembut pada Reva.

Manik Reva melebar, bahkan ia sampai menganga mendengar ucapan Jefan yang sangat ambigu itu. Reva langsung menatap ke sekitar, dimana para orang tengah menatap mereka berdua sebab Jefan berbicara dengan suara agak keras tadi.

" Ish! Maksud kamu apa sih!" bentak Reva melepas paksa rangkulan Jefan.

" Gak jelas!" ketus Reva, lalu memilih pergi meninggalkan Jefan. Selain kesal, Reva juga merasa malu saat ini. Karena pasti orang-orang di sana akan berfikir Reva yang aneh-aneh.

" Jangan lama-lama sayang, nanti aku rindu!" ucap Jefan terkesan sangat lebay.

Reva menoleh kebelakang sebentar, ke arah Jefan. Yang dimana Jefan tengah tersenyum dengan senyum mesumnya.

" Bungkus kalung ini juga." perintah Jefan. Sambil memegang kalung yang di pegang oleh Reva tadi.

" Baik Tuan."

" Jefan, kamu nggak lagi kesambet kan?" tanya Naina.

" Maksud kamu, apa?" Jefan balik bertanya.

" kamu nggak mungkin kan, akan bertunangan dengan cewek kayak dia. Jelas-jelas dia jauh banget dari kata cewek idaman kamu. Dan bahkan, jika di bandingkan dengan aku, dia masih jauh dibawah." ujar Naina dengan angkuh merendahkan Reva.

" Jika dibandingkan dari segi body, Reva memang nggak se seksi kamu. Tapi dia tak seperti wanita lain yang tak bisa menjaga dirinya." sindir Jefan.

" Dan satu lagi, untuk soal cantik. Reva jauh lebih cantik dari kamu. Hanya saja, dia tidak suka memakai make up setebal dirimu." sambung Jefan, berkata jujur. Jefan memang mengakui kalau Reva memang cantik alami. Tapi sayangnya, ya begitu, seperti kak Ros.

Tangan Naina terkepal. " Pasti perempuan itu sudah mengguna-guna kamu! Aku akan cari tau soal ini!" ujar Naina tak terima.

" Selain murahan, ternyata cara berpikir kamu juga sangat rendah ya. Dari pada kamu sibuk mengurus hubungan aku dan Reva, lebih baik kamu urus pada pelanggan kamu itu." Jefan tak ada habis-habisnya untuk menyindir Naina.

Naina yang hendak mendekati Jefan, tiba-tiba ada seorang pria yang datang dan menahan Naina, dan mengajaknya pergi.

Jefan berdecih, menatap kepergian Naina. " Masih bisa berbicara kalau dirinya lebih baik." gumam Jefan.

Tak berselang lama, Reva datang. Dan Jefan memberikan Reva kesempatan untuk memilih cincin yang bagus menurutnya. Dan setelah mendapat cincin, keduanya pergi.

Sebelum pulang, Jefan mengajak Reva untuk makan siang terlebih dulu.

 " Sekarang giliran kamu yang pesan." ujar Reva menyerahkan buku menu pada Jefan.

Jefan menggeleng, " Kamu aja yang pilihkan sayang. Apapun yang kamu pilih, akan aku makan." tolak Jefan sembari tersenyum pada Reva.

Reva mendelik, " Jaga bicaramu!" ancam Reva.

Jefan terus menatap Reva, sambil tersenyum. Senyuman yang sangat mempesona, yang bisa membuat wanita manapun akan luluh. Tapi, terkecuali untuk Reva. Ia sama sekali tak terpikat dengan senyuman Jefan. Bahkan lebih dominan ia merasa geli.

Setelah selesai memesan makanan, Reva memilih untuk bermain dengan ponselnya. Daripada meladeni si mesum Jefan.

" Reva, kalau seandainya kamu pakai dress seperti wanita itu, bagaimana ya, bentukannya?" ujar Jefan tanpa mengalihkan pandangan dari wanita yang sedang duduk sendiri di pojok.

Reva mengikuti arah pandang Jefan. Dan seketika ia merasa kepalanya seperti akan keluar tanduk. Wanita itu memakai dress yang sangat sexy. Bagian atasnya agak turun kebawah, hingga memperlihatkan tonjolan dadanya. Dan panjang dress-nya, hanya sampai di bagian paha. Sungguh sangat jauh dari style terbaik Reva.

" Aw!" pekik Jefan.

Reva mencubit keras lengan Jefan. " Kalau sedang bersamaku, tolong jangan tunjukkan sikap mesum mu itu!" ketus Reva.

Jefan mengusap lengannya yang terdapat bekas cubitan Reva. " CK, kalau cemburu, bilang aja cemburu. Jangan pakai kekerasan juga. Ngomongnya baik-baik, aku pasti akan menuruti." ujar Jefan.

Reva menarik nafas, dan membuangnya perlahan. " Sabar, sabar. Sebentar lagi, Reva. Setelah makan, kamu akan berpisah dengannya. Sabar," batin Reva.

...----------------...

Hari ini bagaikan hari sial untuk Reva. Hati sudah senang untuk segera sampai rumah, tapi malah harus terhambat dengan ban mobil Jefan tiba-tiba pecah.

" Sebenarnya kamu bisa nggak sih, ganti ban mobilnya?!" tanya Reva.

Sebab dari tadi, Jefan terus mondar-mandir sambil sesekali mengecek ban yang pecah.

" Siapa yang mau ganti?" Jefan balik bertanya.

" Ya, kamu lah! Masa aku!" teriak Reva.

" CK, aku mana bisa ganti yang beginian. Kita tunggu 20 menit lagi. Orangku akan segera sampai." ucap Jefan.

Reva teramat kesal, ia mengambil tas jinjingnya. Dan hendak menyetop taksi.

" Hei, mau ngapain?" tanya Jefan menahan Reva.

" Lepas! Aku mau pulang!" ketus Reva.

" Oke, kamu pulang. Tapi tunggu 20 menit lagi." pinta Jefan.

" Enggak! Aku nggak mau! Lebih baik aku cari taksi aja!" kekeh Reva.

" Enggak boleh! Apa kata orang tuamu nanti. Kamu pergi bersamaku, dan pulangnya juga harus bersamaku! tidak ada penolakan!" Jefan menarik paksa Reva. Dan memasukkan nya ke dalam mobil.

Wanita seperti Reva, tak bisa diajak bicara halus dan pelan. Hanya dengan paksaan, ia baru akan menurut. Saat ini, Jefan dan Reva tengah berada di dalam mobil. Dengan pintu mobil yang telah di kunci oleh Jefan.

" Jefan! Buka pintunya!" pinta Reva.

" Tidak!" tolak Jefan.

" Buka!"

" Tidak!"

" Buka!"

" Tidak!"

" Buka!"

" Oke, kalau kamu tetap memaksa." ujar Jefan.

Dan seketika raut wajah Reva jadi berubah cerah.

" Mau buka yang atas, atau yang bawah, dulu?" tanya Jefan.

" Hah?" Reva tak paham.

" Ayo, katanya mau buka. Atas, atau bawah dulu?" tanya Jefan, sembari menunjuk tubuh bagian atas dan bawah Reva.

Bugh.

" DASAR MESUM!"

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Waduh jadi apa itu nanti kalau sudah nikah... cakar-cakaran kaliii

2024-07-03

0

Lukman Lukman

Lukman Lukman

🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-24

1

ardiana dili

ardiana dili

lanjut

2024-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!