Senjata makan tuan

Sesuai dengan perjanjian dua hari lalu. Jefan dan Reva kembali bertemu, tanpa sepengetahuan para orang tua. Dan Jefan akan mengikuti rencana yang telah di rancang Reva.

Jefan celingak-celinguk mencari keberadaan Reva. Sampai, netranya menemukan sesosok orang yang sedang duduk membelakanginya. Jefan mendekat, dan menyentuh bahu orang itu.

Reva yang merasakan bahunya di sentuh, menoleh. Dan ternyata yang menyentuhnya adalah Jefan. " Kau telat tujuh menit." ujar Reva sembari memeriksa jam di pergelangan tangannya.

Jefan duduk di depan Reva. " Sorry, tadi aku harus mendengarkan ceramah Mommy." jelas Jefan.

" Ceramah?" beo Reva.

Jefan mengangguk, " Hm, dia menceramahi ku agar bisa menjaga diri dan nafsuku. Karena aku sudah mempunyai calon." sahut Jefan.

Reva terkekeh pelan, " Heh, calon mantan sebelum menjalin hubungan maksudnya." sambung Reva.

" Langsung aja, apa rencana mu?" tanya Jefan to the point.

" Kita tunggu seseorang dulu." ujar Reva, sambil menatap sekeliling. Dan beberapa saat kemudian, senyum di bibirnya merekah.

" Lihatlah wanita itu, dia sexy kan? Sesuai dengan kriteria mu." ujar Reva menunjuk seorang wanita yang berpakaian sangat sexy, yang tengah berjalan ke arah mereka.

Jefan ikut melirik ke arah yang di pandang Reva. Maniknya melebar, dan bibirnya tersenyum nakal. " Wow, so hot!" ujar Jefan memuji.

Reva menatap Jefan, yang masih menatap Nina berjalan ke arahnya. " Heh, ternyata rencanaku akan berhasil dengan mudah sepertinya." batin Reva.

" Hai, maaf aku telat." Ujar Nona dengan suara di selembut mungkin."

" Ah, Iya. Tidak apa kok. Silahkan duduk Nina." Reva menyuruh Nina untuk duduk di sebelah Jefan.

" Iya, terima kasih." Ujar Nina, sambil duduk di tempat yang di tunjuk oleh Reva.

Reva terus memperhatikan gerak-gerik Jefan. Yang terus menatap Nina, dari atas sampai bawah. Seolah ingin menerkam Nina saat ini juga. " Huh! Dasar laki-laki mesum!" Reva membatin.

Nina yang sudah tau tugasnya, langsung mengajak Jefan mengobrol. Sesekali mengubah posisi duduknya untuk menggoda Jefan.

Tak berselang lama, seorang pelayan datang membawa nampan berisi minuman. " Ini minumnya Tuan dan Nona." ujar pelayan, sambil meletakkan minuman itu di atas meja.

" Hm, terima kasih." ujar Reva.

Reva langsung memberikan minuman itu pada Jefan, Nina dan juga dirinya. " Ayo, silahkan diminum." ucap Reva.

Jefan meminum, minumannya lebih dulu. Sementara Nina dan Reva saling pandang. Reva mengedipkan sebelah matanya pada Nina. Dan Nina hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.

" Gimana minumannya, seger?" tanya Reva.

" Iya nih, seger banget." jawab Jefan, tanpa ada rasa curiga sedikitpun.

Lalu keduanya minum, setelah Jefan selesai minum. Setelah minum, Reva langsung memberi kode pada Nina, untuk bergerak sekarang.

Dan Nina, ia langsung menjalankan perintah Reva. Mulai dari mengobrol biasa, hingga pegangan tangan.

Namun, Reva merasa ada yang aneh disini. Sudah tiga menit berlalu, Jefan masih tak menunjukkan reaksi apa-apa. Ia masih terlihat biasa-biasa saja. Dan justru, dirinyalah yang merasakan aneh pada tubuhnya.

" Duh, kok gerah banget ya?" gumam Reva sambil membuka jaket yang tengah dipakainya.

" Kamu ngomong apa tadi?" tanya Jefan memastikan.

" Enggak, cuma hawanya agak gerah aja." jawab Reva.

Semakin lama, Reva semakin merasakan aneh pada tubuhnya. Panas, gerah, pokonya tak dapat digambarkan. Reva langsung berlari ke-kamar mandi, tanpa berpamitan lebih dulu.

Dan bertepatan saat itu juga. Ia berpapasan dengan pelayang yang ia suruh tadi. " Hei, kamu!" panggil Reva.

" Iya, ada apa Nona?" tanya pelayan itu.

 Reva tak langsung menjawab. Ia menatap sekeliling. Dan setelah di rasanya aman, baru ia menjawab. " Tadi kau sudah benar, menaruh serbuk yang saya berikan?" tanya Reva berbisik.

" Iya, sudah Nona. Minuman warna merah yang harus saya campur minumannya." jawab pelayan.

" Goblok! Saya kan bilangnya, minuman warna kuning! Bukan warna merah!" bentak Reva. Ia sudah mengangkat tangan hendak memukul kepala pelayan, tapi niatnya urung, karena tubuhnya terasa semakin panas.

Reva terus menggeliat panas, seperti cacing kepanasan. Reva membuka seluruh pakaiannya di kamar mandi.

Nafas Reva memburu. " Argh! Bagaimana caranya ini! Panas banget!" teriak Reva frustasi.

" Ini sih namanya, senjata makan tuan!" geram Reva.

Sementara Nina, ia sudah resah karena Reva tak kunjung datang. Dan ditambah lagi dengan Jefan yang masih baik-baik saja. Tak seperti orang yang dalam pengaruh obat perangsang.

" Duh, ini si Reva kok nggak datang-datang sih! Mau nelpon, tapi ponselnya tertinggal disini!" gerutu Nina dalam hati.

" Reva kok nggak datang-datang, ya?" tanya Jefan.

" Em, mungkin dia lagi buang hajat. Aku akan cari dia, kamu tunggu dulu disini ya." ujar Nina, dan langsung beranjak pergi.

Nina mengetuk satu persatu pintu kamar mandi. Sampai ia mendengar seseorang yang berteriak, sembari memukul-mukul pintu.

" Re, Reva! Kamu didalam?" teriak Nina mengetuk pintu.

" I-iya, to-tolong aku Nina. Aku, aku udah nggak kuat." sahut Reva lirih.

" Buka pintunya dulu, Reva." pinta Nina.

Saat pintu terbuka, Nina sangat terkejut melihat penampilan Reva. Ia hanya memakai dalaman saja, serta rambutnya acak-acakan.

" Nina, tolong Nina. Aku udah nggak kuat," pinta Reva dengan sangat memohon.

" I-iya, aku akan bantu kamu." ujar Nina.

Dengan susah payah, Nina membantu Reva untuk menghilangkan efek obat perangsang yang ia minum.

Ya, rencana yang disusun Reva adalah membuat Jefan dan Nina tidur bersama. Dengan cara, memberi obat perangsang pada Jefan. Dan setelah Jefan dan Nina tidur bersama, Reva akan memfoto dan ia akan berakting kalau Jefan bukanlah sosok laki-laki yang tepat untuknya. Namun apalah dayanya, pelayan yang ia tugaskan, tak becus menjalankan perintah. Jadinya sekarang malah dia yang mengonsumsi obat itu.

...----------------...

Flashback On.

" Ayolah Nina, tolong bantu aku. Lagi pula ini juga kan, pekerjaan kamu. Memuaskan hasrat para lelaki. Aku bakal bayar tiga kali lipat, deh." pinta Reva.

Nina tampak berfikir, tawaran yang sangat menggiurkan untuknya. Bayaran tiga kali lipat. Apalagi, ia saat ini sedang butuh uang untuk membeli tas impiannya.

" Oke, aku mau melakukannya. Tapi dengan satu syarat. Kamu harus bayar aku separuh dulu sebagai DP. Setelah semuanya beres, baru kamu bayar lunas. Gimana?" tawar Nina.

Reva tersenyum, " Oke, deal!"

Mereka berdua melakukan jabat tangan. Setelah melakukan kesepakatan untuk menjebak seseorang.

" Aku yakin, Nina. Nanti kamu akan sulit untuk melupakan malam yang indah dengannya." ujar Reva.

" Kenapa harus sulit? Aku biasa berganti partner setiap satu minggu dua kali." ucap Nina tanpa ada rasa malu.

" Karena orangnya pasti berbeda dari orang-orang yang menyewa kamu. Dia ini seorang pengusaha muda, tampan, pokoknya idaman para wanita." jelas Reva.

" Terus, kalau memang di se sempurna itu, kenapa kamu malah nyuruh aku. Kenapa nggak kamu lakuin sendiri?" tanya Nina.

" Nggak! Aku nggak tertarik dengannya. Di sangat modus dan mesum!" ungkap Reva.

Setelah melakukan kesepakatan, Nina pamit lebih dulu. Sementara Reva, ia masih duduk di tempatnya.

" Kali ini, pasti akan berhasil. Mama dan Papa, pasti tidak akan mungkin menjodohkan anaknya dengan pria yang sudah meniduri banyak wanita." gumam Reva.

flashback Off.

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Ide gila Reva jadi bumerang untuk dirinya.

2024-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!