Beli cincin

Setelah kejadian satu minggu lalu, Reva jadi menyerah. Ia pasrah akan keputusan kedua orang tuanya, yang akan menjodohkannya dengan Jefan. Reva hari ini mengambil cuti, karena ia akan mencari cincin pertunangan bersama Jefan.

" Ma, sebenarnya kenapa sih? Mama kok bisa sangat ingin sekali menjodohkan aku dengan Jefan?" tanya Reva.

" Asal kamu tau aja Reva, Mama dan Mom Rita telah menjodohkan kalian dari saat kami masih sekolah. Kami berjanji akan menikahkan salah satu anak kami." tutur Mama Tissa.

Reva menganga, ia tak habis pikir dengan Mamanya. Bisa-bisanya mereka menjodohkan anak, yang bahkan belum tercetak sekalipun.

" Wow! Ini sungguh di luar nalar Ma!" ucap Reva.

" Iya sayang, memang begitulah persahabatan kami. Dan sekarang, sesuai janji yang telah terucap, kamu dan Jefan akan menikah." tutur Mama Tissa dengan entengnya.

" Siapa yang berjanji, dan siapa yang jadi korban janji." gumam Reva pelan. Namun masih dapat didengar oleh Mama Tissa.

" Kamu bicara apa sayang?" tanya Mama Tissa.

" Enggak Ma, enggak ada." jawab Reva tak berani jujur.

Mama Tissa duduk disebelah Reva. Dan digenggamnya tangan putri tengahnya itu. " Sayang, Mama punya alasan tersendiri, kenapa Mama sangat ingin menjodohkan kamu. Kamu masih ingat kan, apa yang terjadi pada Kakakmu dulu? Memang, tidak semua orang akan bernasib sama seperti kakakmu, karena menentukan jodohnya sendiri. Tapi Mama masih memiliki ketakutan sayang. Ketakutan yang sangat besar. Mama tak mau melepas anak Mama untuk laki-laki yang kurang tepat. Apalagi, sekarang Mama sudah berteman sangat dekat dengan Mom Rita. Dan Mama sangat tau betul bagaimana Mom Rita. Jadi Mama yakin, Mom Rita bisa jadi mertua yang tepat untukmu. Dan untuk Jefan, Mama juga yakin kalau Jefan adalah laki-laki yang baik. Kamu dan Jefan hanya saja belum saling mengenal satu sama lain. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Cukup satu anak Mama saja yang jadi korban janji manis." tutur Mama Tissa, dengan air mata yang sudah menetes.

Reva terenyuh, ia langsung memeluk Mamanya. Bayang-bayang rumah tangga sang kakak, terngiang di pikirannya. Yang dimana, membuat sang kakak mengalami trauma berat dengan yang namanya pernikahan.

" Iya Ma, Reva akan menerima perjodohan ini." ucap Reva.

" Terima kasih sayang. Ya sudah, sekarang kamu cepat bersiap. Sebentar lagi, Jefan akan datang menjemput." pinta Mama Tissa.

" Iya Ma."

Reva melangkah menuju kamarnya. Dan sesampainya di kamar, ia langsung berganti pakaian. Reva memperhatikan dirinya di depan cermin. Sekilas ia tersenyum, melihat tampilan dirinya yang terlihat cantik. Tiba-tiba, di cermin ia melihat wajah mesum Jefan.

" Ih! Kenapa wajah dia yang muncul, sih?!" kesal Reva.

Tak mau berlama-lama, Reva langsung keluar dari kamar. Dan saat hendak menuruni tangga, ia mendengar gelak tawa Papa dan adiknya. Entah apa yang mereka bicarakan, hingga tertawa begitu keras.

Dan semakin dekat, Reva dapat melihat, kalau tidak hanya ada Papa dan adiknya. Tapi juga ada orang lain. Yaitu, si pria modus dan super mesum, Jefan.

" Lagi bicarakan apa sih? Kok kayaknya seru?" Reva ikut bergabung tanpa tau apa yang jadi topik pembicaraan.

" Membicarakan kamu," sahut Papa Agus.

" Aku?" beo Reva sambil menunjuk dirinya sendiri.

" Iya, David bilang kalau kamu cantik." Mama Tissa ikut bergabung.

" Emang! Kamu baru nyadar ya, kalau punya kakak yang cantik kayak aku?" ujar Reva dengan sombongnya.

" Iya, cantik. Tapi galaknya melebihi kak Ros. Sampai-sampai nggak ada cowok yang mau. Karena galaknya yang terlewat batas." ledek David.

" Ish! Dasar adik nggak ada akhlak! Awas kamu ya!" geram Reva. Dan bersiap hendak memukul kepala David.

" Udah Reva. Mending sekarang kamu segera berangkat dengan Jefan. Jangan ladeni adikmu ini," Mama Tissa menengahi.

Reva menurut, setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, ia segera pergi bersama Jefan.

Semenjak naik ke mobil, hingga mobil melaju, tak ada salah satu dari mereka yang membuka pembicaraan.

Reva membuang muka kesamping, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Sementara Jefan, fokus menyetir, sesekali mencuri pandang ke arah Reva.

Reva yang merasa di perhatikan, menoleh. " Kenapa lihat-lihat?!" sentak Reva.

Jefan kembali fokus menyetir, " Galak banget. Pantes aja, David nawarin kamu ke aku." ucap Jefan.

" Maksud kamu, apa? David sampai menawari aku ke kamu?" tanya Reva.

" Aku pernah ketemu sama David beberapa saat lalu. Dan dia bertanya sama aku, kalau udah punya pacar atau belum. Dan aku jawab belum. Dan tiba-tiba aja, dia nawarin kakaknya ke aku. David bilang, kasihan kakaknya sudah dewasa tapi belum punya pacar. Padahal kakaknya cantik. Dan sekarang aku paham, apa yang di maksud David waktu itu." jelas Jefan jujur, sambil menahan senyum melihat wajah Reva yang tiba-tiba memerah karena marah.

" Awas aja anak itu, ya! Akan aku cakar mulutnya! Dia kira, kakaknya ini barang? Sampai harus di tawari kemana-mana?" geram Reva dengan suara tertahan.

Adiknya yang satu itu, memang suka sekali memancing amarah Reva. Ada saja yang dia lakukan untuk membuat Reva kesal.

Tak berselang lama, mereka berdua sampai di toko perhiasan. Jefan turun lebih dulu.

" Cepat keluar! Jangan berharap akan aku membuka pintu untukmu! Hal itu tidak akan pernah terjadi!" ucap Jefan sebelum menutup pintu mobil.

" Ih, najis! Siapa juga yang berharap di bukakan pintu!" gerutu Reva.

Reva berjalan agak jauh di belakang Jefan. Mereka tak ada romantis-romantisnya sama sekali, seperti para pasangan lainnya. Mereka lebih terlihat seperti musuh. Saling memandang dengan tatapan tak biasa.

" Selamat datang Tuan Muda Jefan." sapa salah pelayang toko dengan ramah.

" Hm, terima kasih. Kamu terlihat semakin hot saja." goda Jefan sambil mengedipkan sebelah mata nakalnya.

" Ah, anda bisa saja Tuan. Tapi ini semua berkat anda. Berkat uang yang anda berikan." ucap pelayang dengan suara yang dibuat lembut.

Reva rasanya ingin muntah melihat dua manusia dihadapannya ini. Jika tidak ingat jika ada di tempat umum, mungkin Reva akan memukul dan menjambak Jefan. Sudah punya calon istri, tapi masih saja genit pada wanita lain.

" Oh Tuhan! Pernikahan macam apa yang akan aku jalani nanti dengan pria seperti dia! Bisa-bisa umurku jadi pendek karena setiap hari melihat suamiku menggoda wanita lain!" batin Reva menjerit.

" Carikan aku cincin pertunangan." pinta Jefan.

" Yah! Akan jadi hari patah hati sedunia nih!" ujar beberapa pelayang toko berbarengan, sambil menunjukkan ekspresi kecewa.

" Lebay!" gumam Reva pelan. Namun masih dapat didengar.

" Heh, mbak! Kami bukan lebay! Sejak dulu kami sudah berharap, ada salah satu dari kami yang bisa jadi pendamping Tuan Muda Jefan. tapi sekarang, dia malah mengatakan akan bertunangan dengan wanita lain." ucap salah satu wanita tak terima dengan ucapan Reva.

" Udahlah! Terserah kalian!" Reva tak mau menanggapi para pelayan penggemar Jefan itu. Ia lebih ingin melihat-lihat perhiasan.

Dan di saat Reva melirik Jefan, tiba-tiba datang seorang wanita yang langsung memeluk Jefan dan mengecup bibirnya.

" Oh, tidak! Cobaan apa lagi ini! Belum menikah, tapi aku sudah diberikan cobaan bertubi-tubi!" batin Reva kembali menjerit.

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Hahaha Jefan banyak penggemarnya, kasihan Reva.

2024-07-03

0

Lukman Lukman

Lukman Lukman

semangat trus kaka upnya jngn lama2 dong

2024-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!