Rencana

" Apakah kalian sudah pernah bertemu, sebelumnya?" tanya Mom Rita antusias.

" Iya, Reva kerja di perusahaan Arga." sahut Jefan.

" Wow! Sungguh kejutan yang luar biasa!" teriak Mama Tissa tiba-tiba datang. Untung ruangannya sudah di private. Jadi tak ada tamu lain, selain mereka.

" Tissa! Kita tidak perlu susah-susah mengenalkan mereka. Ternyata mereka sudah berkenalan sendiri!" ucap Mom Rita, sambil memeluk Mama Tissa.

Reva dan Jefan saling melempar tatapan. Lalu beralih menatap Ibu mereka yang asyik berpelukan.

" Sudah, sudah. Kita beri waktu mereka untuk mengobrol. Lebih baik kita cari tempat lain dulu." Dad Juan buka suara.

Setelah kepergian para tetua, hanya keheningan yang menyelimuti sepasang manusia yang masih diliputi rasa terkejut.

Jefan mengusap tengkuknya, " Kenapa nggak nolak?" tanya Jefan membuka pembicaraan.

" Apa?" Reva balik bertanya.

" Perjodohan ini," sahut Jefan.

Reva menghela nafas berat, " Sudah berkali-kali aku coba. Segala cara aku coba. Hasilnya tetap sama. Bahkan, aku pernah mengancam untuk bunuh diri. Tapi ternyata Mama ku jauh lebih licik dariku. Dia sengaja meminum racun untuk membujukku." jelas Reva.

Jefan terbelalak, ternyata cara yang di gunakan Reva jauh lebih ekstrim darinya.

" Kalau kamu, gimana? Apa aja usaha kamu untuk menolak?" Reva balik bertanya.

" Kabur,"

Byur.

Reva menyemburkan minuman yang tadi masuk ke mulutnya, dan belum sempat ia telan. " Kayak anak gadis yang nggak dikasih pacaran aja! Pakai kabur, segala!" cibir Reva tersenyum miring.

Jefan tersenyum kikuk. Ia mengangguk alisnya yang tak gatal. " Hanya itu saja yang terlintas di pikiran aku." Jefan membela diri.

" Kabur kemana?" tanya Reva.

" Dari Paris ke Indonesia."

Brak!

Reva menggebrak meja saking terkejutnya. " Bodoh! Bukan malah menjauh. Tapi malah semakin mendekat. Ibaratkan ikan tak perlu dipancing, tapi sudah memperlihatkan diri!" ketus Reva.

Jefan sampai menutup kedua telinganya karena suara Reva yang sangat cempreng. " Bisa nggak sih, bicaranya biasa aja! Yang kalem, jangan kayak kak Ros." ujar Jefan sebal.

Reva berdiri dan berkacak pinggang. " Oh, jadi kamu mau bilang kalau aku ini galak?" tanya Reva dengan aura tak biasa.

" Duh, singa betina mulai mengaum nih." batin Jefan.

" Enggak. Eh, lalu apa rencana kita selanjutnya?" Jefan mengalihkan pembicaraan.

" Ya, gitu." sahut Reva pasrah.

" Gitu, gimana?" tanya Jefan.

Reva menyuap satu potongan kecil daging ke mulutnya." Turutin keinginan para tetua." jawab Reva dengan santainya.

" Ya, nggak bisa gitu dong. Kita usaha dulu untuk membujuk mereka. Jangan main terima aja," ujar Jefan.

" Kamu aja sendiri. Aku udah capek bujuk kedua orang tua aku." ucap Reva cuek.

Jefan memperhatikan Reva yang asyik memakan-makanannya. " Kalau kamu sih enak, bisa nikah sama cowok se tampan dan mempesona diriku. Tapi aku yang menderita kalau nikah sama cewek model nya kayak kamu. Bisa-bisa kena stroke aku, setiap hari meladeni." ucap Jefan dalam hati.

Ehem.

Jefan berdehem, " Gimana, kalau setelah pertemuan kita ini, kita sama-sama bilang kalau merasa nggak cocok." saran Jefan.

" Basi. Emangnya, kamu kira akan gampang apa, merayu Mama dan Mom kamu? Mereka itu lebih licik dari kita. Jam terbang mereka tuh, udah tinggi!" tolak mentah-mentah Reva.

Jefan menjambak rambutnya frustasi. " Ya usaha dong! Jangan main terima gitu aja! Aku nggak mau nikah sama kamu! Kamu tuh jauh dari kriteria calon istriku!" ucap Jefan secara gamblang.

" Heh! Memangnya, kamu kira aku nggak ada usaha apa-apa! Memangnya, kamu kira aku mau nikah sama kamu! Nggak pernah ada dalam list masa depan aku untuk menjalin hubungan dengan cowok modus dan super mesum sepertimu!" Reva menunjuk wajah Jefan, dan menatap nyalang.

" Calm down, kita pikirkan caranya dengan kepala dingin." pinta Jefan.

" Pikir aja sendiri! Aku malas untuk berpikir, kalau ujung-ujungnya akan sia-sia!" ketus Reva.

" AHA! Aku tau idenya!" ucap Jefan.

" Apa?"

Jefan mengisyaratkan Reva untuk mendekat, dan ia berbisik di telinga Reva. Mata Reva membulat sempurna, mendengar rencana Jefan.

" Kau gila ya!" pekik Reva. " Kalau kayak gitu caranya, aku yang rugi. Kamu mah enak, tinggal ngomong doang! Orang-orang pasti mengira kalau aku itu udah kotor. Dan nggak akan ada laki-laki yang mau sama aku! Pokoknya aku nggak setuju! Kalau kamu mau, kamu aja sendiri!" tolak Reva setengah emosi.

Bagaimana tidak, rencana yang disusun Jefan teramat di luar nalar. Reva di suruh berpura-pura telah di lecehkan. Dan pasti, Mom Rita tidak akan mau menerima Reva sebagai calon menantunya lagi, karena ia telah kotor. Sungguh rencana yang sangat membagongkan pikir Reva.

" Lalu, kita harus gimana sekarang?!" tanya Jefan frustasi.

Reva hanya mengangkat kedua bahunya, acuh. " Pikir aja sendiri ." gumam Reva pelan.

" Bantu mikir dong! Oh, aku tahu. Kamu pasti senang karena akan di jodohkan dengan laki-laki sepertiku! Makanya kamu tak mau membantuku membatalkan perjodohan ini." tuduh Jefan.

Reva merasa jengah, ia berdiri dan menatap tajam Jefan. " Sudah aku katakan tadi! Kalau aku nggak sudi di jodohkan dengan pria mesum sepertimu! Jika ada pilihan lain, aku lebih baik tidak menikah selamanya!" tegas Reva penuh penekanan.

Hening. Tak ada yang bersuara dari sepasang manusia itu. hanya terdengar suara heels yang dipakai Reva. Karena ia sengaja mengetuk-ngetuk kan di lantai.

" Aku sudah punya laki-laki yang aku cintai." ucap Reva memecah keheningan.

" Bagus. Kalau gitu gunakan dia untuk membantumu." saran Jefan.

Reva memutar bola matanya malas. " Hanya aku yang mencintainya. Dan lagi pula, dia sudah punya pacar." ujar Reva jujur.

Pft.

Jefan mengatupkan bibirnya, berusaha untuk menahan tawa. " Mana ada yang mau sama kamu. Orangnya galak kayak gini kok." batin Jefan.

" Apa?!" tanya Reva garang.

Jefan menggeleng, " Kita harus pikirkan rencana lain." ujar Jefan.

" Sudah aku katakan. pikirkan saja sendiri. Aku sudah lelah untuk terus berpikir!" ketus Reva.

Jefan berdiri, ia membenarkan jas yang dipakainya. " Aku rasa cukup sekian dulu, pertemuan kita yang ke sekian kalinya. Nanti kalau aku ada ide bagus, akan aku beritahukan padamu."

Jefan langsung beranjak pergi meninggalkan Reva. Sementara Reva, ia mendadak mendapat lampu terang di atas kepalanya.

" Tunggu!" panggil Reva menghentikan langkah Jefan.

Jefan berbalik, dan menatap Reva yang berjalan mendekat padanya. Fokus Jefan tak pada wajah Reva. Tapi pada kaki mulus Reva, yang ia lihat untuk kedua kalinya. Setelah kejadian rekaman cctv waktu itu. Tapi sayangnya, hanya kaki, tak sampai paha.

" Apa lihat-lihat!" ketus Reva kini sudah berada di depan Jefan.

" Tidak. Ada apa kau memanggilku?" Jefan mengalihkan pembicaraan.

" Aku sudah terpikir sebuah rencana yang sangat cemerlang. Dan kamu harus mengikuti. Pertama, saat kedua orang tuamu bertanya, katakan kalau hubungan kita baik-baik saja. Masih dalam proses pendekatan. Kedua, kita harus kembali bertemu dua hari lagi di tempat ini. Dan ketiga, jangan bertanya apapun! Ikuti saja sesuai instruksi dariku!" tegas Reva tak dapat di bantah lagi.

Baru Jefan hendak membuka bibirnya, sudah di tutup kembali setelah mendengar kalimat terakhir Reva.

Reva pergi meninggalkan Jefan. Sementara Jefan hanya melihat punggung Reva yang semakin menjauh. " Apapun itu, asalkan bisa membatalkan perjodohan konyol ini." gumam Jefan.

####

Sedikit pesan dari Othor nih. Biar nggak bingung, kalian bisa kepoin bagaimana pertemuan pertama Jefan dan Reva di novel Mengandung Benih Bos.

Terpopuler

Comments

ardiana dili

ardiana dili

lanjut

2024-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!