Devano yang sudah berusia dua puluh lima tahun dan mengalami banyak cobaan dalam hidupnya pun pikirannya belum sedewasa dan se matang Paula.
Devano tahu betapa pahit dan getirnya kehidupan Paula. Bukan karena masalah ekonomi saja, tapi dalam keluarganya juga banyak hal yang sudah terjadi yang membuat hidupnya begitu dramatis.
Paula pernah mengalami betapa dia dan keluarnya di hina dan di cemooh semua orang karena apa yang telah di lakukan oleh ayahnya.
Dan di saat seperti itu dia juga harus menjadi tempat sandaran sang ibu yang jiwanya terguncang.
Paula juga pernah merasa begitu khawatir saat kuliahnya nyaris terhenti karena tidak adanya biaya.
Lalu Paula juga pernah berusaha mencari pekerjaan selama ber bulan-bulan tapi hasilnya sia-sia saja, tidak ada yang mau menerimanya bekerja.
Dari cerita Paula, Devano tahu bahwa sebelum gadis itu bekerja sebagai waiterss di diskotik, ada banyak kepahitan hidup yang harus di telannya.
Dulu, keadaan seperti itu sering kali membuat Paula putus asa. Dan ketika seseorang gadis yang ia kenal menawarkan pekerjaan di sebuah diskotik hanya sebagai waiterss maka Paula langsung menyetujuinya.
Di tempat kerjanya itu pula Paula harus menelan kepahitan yang lainnya, yaitu di hina dan di lecehkan. Bentuk pelecehan seksual karena dia seorang gadis yang bekerja di dunia hiburan malam.
Kebanyakan orang beranggapan seorang gadis yang bekerja di tempat hiburan malam seperti itu pasti bisa di bayar dan di ajak kencan.
Ada sekian banyak penghinaan yang telah Paula terima. Ada yang menawarkan uang banyak padanya untuk membayar keperawanannya. Namun Paula selalu menghindari semua itu. Semua karena kedewasaan pikirannya yang membuat Paula mampu menolak segala godaan yang ada di tempat kerjanya itu.
Tidak mudah untuk tidak tergoda ketika dirinya di suguhi gepokan uang dalam jumlah yang sangat banyak, sementara ia juga memikirkan nasib adik nya yang masih sekolah.
Singkat cerita semakin Devano mengenal Paula, maka semakin banyak ia menemukan kelebihan yang di miliki gadis itu.
Sambil bekerja Paula juga mengerjakan skripsinya yang tertunda. Namun sayang nya sang ibu tidak pernah mau tahu pengorbanannya dan juga tidak pernah mendukungnya.
Yang di lihat dan di dengar oleh wanita separuh baya itu hanyalah yang nampak di depan matanya saja. Sang ibu juga ikut-ikutan menilai Paula sebagai gadis murahan karena bekerja di tempat hiburan malam.
Begitulah salah satu bentuk dari ketidak adilan terhadap kaum perempuan. Baik atau tidak para perempuan yang bekerja di tempat hiburan malam, semuanya di anggap buruk.
Paula menatap pantulan wajahnya dalam cermin. Ia melihat dan mencari kalau-kalau ada yang kurang pas. Ia ingin tampil cantik dan mengesankan di depan mamanya Devano. Paula pun memakai pakaian yang sopan dan anggun.
Devano tiba di rumah Paula.
Devano tersenyum saat melihat penampilan Paula yang begitu menawan.
"Bagaimana mas, apakah aku sudah pantas untuk bertemu dengan mamamu?" tanya gadis cantik itu dengan malu-malu.
"Sangat pantas!" sahut Devano meyakinkan.
Setelah terjadi pertengkaran kecil dengan sang mama, Devano lebih sering menemui Paula. Kadang di rumahnya, di kampusnya atau di tempat kerjanya. Tapi hasilnya tetap sama, Devano tidak menemukan sedikitpun kekurangan pada diri Paula.
Setelah melihat kenyataan bahwa Paula benar-benar gadis yang baik. Devano ingin membawa Paula ke rumahnya dan mengenalkannya lansung pada sang mama. Dan untuk melancarkan aksinya Devano terpaksa berbohong pada Paula.
"Paula, mama mengundang mu makan malam di rumah, besok malam kamu bisa ambil cuti kan? aku akan menjemputmu jam enam petang."
Lain yang di katakannya pada Paula lain pula yang di katakan pada mamanya.
"Ma, selama ini mama kan selalu mendidik Vano untuk bersikap adil pada siapapun. Dan mama juga selalu menanamkan sikap berhati-hati dalam memilih atau mengambil tindakan apapun. Jadi ma, sebelum mama memastikan bahwa Paula tidak pantas menjadi menantu mama, sebaiknya mama mengenalnya terlebih dulu," kata Devano waktu itu.
"Apa maksudmu?" nyonya Gayatri memicingkan sebelah matanya.
"Maksud Vano, Vano ingin mengundang Paula makan malam di rumah kita, agar mama bisa berkenalan dengan Paula dan menilai bagaimana dia," ucap Devano datar.
"Lalu sesudah itu?" tanya nyonya Gayatri lagi.
"Yah, kita lihat saja bagaimana nanti...," lirih Devano dengan sangat pelan.
"Maksudmu, kalau mama menemukan kekurangan pada wanita malam itu, apa kamu mau melepasnya?"
"Mungkin saja begitu ma, makanya tadi Vano katakan kita lihat saja nanti."
Devano berpikir, kalau saja sang mama mau bersikap jujur dan melihat dari sudut pandang yang baik tentang Paula maka sang mama pun akan melihat kelebihan yang di miliki gadis itu.
Sebab, jangan kan sang mama yang usianya sudah mencapai setengah abad itu, dirinya saja bisa melihat isi hati seseorang yang baru di kenalnya hanya dalam waktu tiga puluh menit obrolan.
Dan Paula memilik sifat yang patut di banggakan. Kepribadiannya matang, pengetahuannya banyak dan wawasannya luas.
Jadi ketika petang itu ia menjemput Paula untuk makan malam di rumahnya. Dengan penuh harapan Devano merasa inilah saatnya Paula mengambil hati mamanya.
Meskipun Devano tahu kalau masakan yang terhidang di meja makan itu adalah masakan pembantu rumah tangga dan bukan masakan sang mama ketika ada tamu istimewanya datang, Devano mencoba untuk tidak berkecil hati.
Pikirnya, sekarang ini memang Paula belum menjadi orang yang istimewa di mata sang mama. Biarlah waktu yang akan mengubahnya nanti. Yang terpenting baginya saat ini adalah mendampingi Paula agar gadis itu merasa nyaman. Karena tadi dia sempat melihat Paula yang terkejut ketika mobil yang mereka naiki memasuki halaman rumah.
" Mewah sekali rumahmu, mas. Aku tidak menyangka rumahmu sebesar dan semewah ini," begitulah Paula mengungkapkan rasa terkejutnya tadi.
Devano hanya tersenyum menanggapinya.
"Mas, apa kata mama mu nanti kalau beliau mengetahui aku datang dari keluarga sederhana?" tanya Paula lagi.
"Jangan cemas Paula, mama ku tidak pernah mempermasalahkan hal-hal seperti itu," Devano mencoba menenangkan hati kekasihnya dengan sebuah jawaban yang mustahil.
Nyonya Gayatri memang baik pada siapa saja tanpa mempermasalahkan latar belakangnya. Tapi kebaikan seperti itu tidak termasuk dalam hal memilih menantu. Devano menyembunyikan hal ini dari Paula.
"Mas, kamu nggak pernah cerita kalau keluargamu begitu kaya," kata Paula lagi dengan nada khawatir.
Devano memang tidak pernah bercerita padanya tentang hal yang menyangkut kekayaan keluarganya.
Ia tidak pernah bercerita kalau ibunya seorang pengusaha yang bergerak di bidang kosmetik dan memiliki puluhan klinik kecantikan yang tersebar di kota-kota besar negri ini.
Devano juga tidak menceritakan kalau ayahnya adalah seorang mantan pejabat yang memiliki perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor-impor.
Bahkan Paula juga tidak tahu menahu kalau Devano adalah ceo di salah satu perusahaan milik papanya.
Status perkawinan orang tuanya yang telah bercerai, membuat Devano tidak ingin bercerita tentang mereka berdua.
To be continued...
jangan lupa like komen dan subscribe juga bintang lima nya yaaaa
Terimakasih🙏🙏🙏
❣️❣️❣️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Tiara
,/Good/
2024-06-30
0
Lovita BM
Paula 💪🏼
2024-05-16
3