Event

Hari yang dinantikan komunitas Daniel pun akhirnya datang juga. Semuanya terlihat sangat sibuk untuk membuat acara sukses. Setiap ketua di bagian-bagian tertentu pun terlihat sangat bertanggung jawab dalam memimpin kelompoknya masing-masing. Tidak luput juga dengan Gabriel, Tejo dan juga Daniel.

Event kali ini diadakan disebuah villa yang cukup asri selama dua hari dua malam dan dihadiri banyak dari pemuda dari komunitas yang lain. Gabriel dan Daniel yang berada dalam satu tim pun terlihat kompak bekerja sama, tidak jarang mereka juga terlihat tertawa bersama.

"Jadi Kak Niel bisa ngerjain itu?" tanya Gabriel dengan antusias, karena akhirnya ada juga orang yang berhasil menyelesaikan hal yang sedari tadi dia usahakan.

"Ini buktinya bisa kan, kamu gak tanya dulu sih tadi." jawab Daniel dengan senyuman seperti biasa. Tetapi itu sangat luar biasa bagi Gabriel, karena Daniel yang dilihatnya hampir tidak pernah tersenyum sedangkan hari itu Gabriel melihatnya dengan senyuman termanis.

"Makasih ya Kak." ucap Gabriel dengan reflek memegang tangan Daniel.

Daniel pun sejenak menatap tangannya yang disentuh Gabriel. Daniel yang sangat jarang berinteraksi dengan wanita pun sedikit terkejut apalagi yang memegangnya adalah Gabriel dia tidak ingin nantinya akan dikatakan memberi harapan palsu kepadanya.

"Hhmmm..." Daniel berdehem kemudian perlahan menarik tangannya dari genggaman Gabriel.

"Maaf." Gabriel yang menyadari itupun hanya bisa meminta maaf.

Akhirnya keduanya pun terdiam dengan perasaan canggung satu sama lain.

***

Malam harinya merupakan malam yang dinantikan banyak kaum muda yaitu api unggun. Kelompok perempuan berkumpul dengan kelompok perempuan begitupun sebaliknya, kelompok laki-laki berkumpul dengan kelompok laki-laki.

Selama acara berlangsung, Gabriel sering sekali memperhatikan Daniel yang sedang bersama teman-teman yang lain.

"Niel, lihat tuh dari tadi Gabriel lihatin kamu terus." bisik Tejo dengan menyenggol pelan bahu Daniel yang ada disebelahnya. Kemudian pandangan Tejo mengarah ke depan dimana Gabriel bersama dengan teman-temannya berada, dengan diikuti pandangan Daniel.

Seketika pandangan Gabriel dan Daniel pun bertemu dan Gabriel tersenyum kepada Daniel sehingga membuat Daniel membalas senyuman dari Gabriel.

"Memangnya kamu gak tertarik gitu sama si Gabriel?" tanya Tejo lagi.

"Orang bego kalau gak tertarik sama Gabriel Jo! Dia kan cantik, baik, kaya lagi." jawab Daniel.

"Itu tahu! Trus kenapa kamu gak mau sama dia? Semua juga tahu kalau Gabriel naksir kamu." ucap Tejo lagi.

"Bukan masalah mau atau gak mau, tapi gak berani." jawab Daniel dengan realistis.

"Gak berani kenapa?" tanya Tejo dengan mengerutkan keningnya karena tidak mengerti dengan maksud Daniel.

"Dia kan anak orang kaya sedangkan aku, kamu tahu sendiri kan." jawab Daniel apa adanya.

"Cinta gak mandang kekayaan bro!"

"Itu kan kata kamu." Daniel menimpali ucapan Tejo dengan kesal.

***

Daniel saat ini sedang berada di ruangan untuk mengambil persediaan minuman botol yang sudah habis. Tiba-tiba saja Gabriel mengikutinya karena ketika hendak ke kamar mandi dia melihat Daniel yang berjalan sendirian.

"Kak..." sapa Gabriel kepada Daniel yang sedang fokus menata dus minuman yang akan dibawanya menuju ke lapangan dimana acara api unggun berlangsung.

Daniel pun sedikit terkejut karena kaget tiba-tiba saja ada orang di belakangnya karena ketika masuk ke ruangan tadi dia merasa sendirian.

"Oh hai. Kamu disini juga? Mau ngapain?" tanya Daniel kepada Gabriel dengan maksud jika Gabriel akan mengambil minuman yang sama biar dirinya saja.

"Gak apa-apa tadi cuma lihat Kak Daniel jalan ke sini sendirian trus aku ikuti." jawab Gabriel.

Daniel hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti dengan ucapan Gabriel.

"Kak, bisa kita bicara sebentar?" tanya Gabriel ketika mereka terdiam beberapa saat.

Daniel mengerutkan keningnya karena merasa heran tiba-tiba saja Gabriel terlihat serius ingin berbicara kepadanya padahal beberapa saat yang lalu mereka juga sedang berbicara. Akhirnya Daniel hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Aku suka sama Kakak. Entah sejak kapan rasa ini muncul aku juga tidak tahu. Emmm... Boleh gak kalau aku suka sama Kak Niel?" tanya Gabriel.

Deg.

Inilah yang ditakutkan Daniel selama ini, akhirnya dengan berani Gabriel menyatakan rasa sukanya kepada dirinya. Tetapi Daniel mencoba untuk tidak menunjukkan sikap tidak suka kepada Gabriel. Daniel pun tersenyum.

"Boleh aja kamu suka sama aku.."

Gabriel pun tersenyum mendengar perkataan Daniel karena harapannya besar untuk bisa perasaannya dibalas oleh Daniel.

"Tapi maaf, kalau untuk lebih dari suka mungkin aku tidak bisa." lanjut Daniel dengan hati-hati karena takut akan menyinggung perasaan Gabriel.

Bukannya Daniel merasa percaya diri jika Gabriel berharap lebih, tetapi dua laki-laki dan perempuan dewasa mengutarakan perasaan suka pasti berharap setelah itu mereka memiliki hubungan yang lebih serius. Dan Daniel tahu akan hal itu.

Seketika senyum di wajah Gabriel menghilang, dia seakan dibawa terbang kemudian dihempaskan begitu saja. Daniel pun melihat mata Gabriel yang berkaca-kaca tetapi Daniel juga tidak bisa membohongi hatinya untuk menerima Gabriel daripada nantinya Gabriel akan sakit hati. Apalagi jika mengingat status keluarga mereka yang berbeda.

"Gab, kamu kemana aja sih? Kita cariin juga. Tadi katanya pamit ke kamar mandi?" ucap Thania tiba-tiba.

Seketika Gabriel dan Daniel pun terkesiap karena merasa tidak enak dengan teman yang lain jika ada yang tahu bahwa mereka berduaan saja di ruangan lain. Gabriel menoleh kepada Thania yang berjalan menghampirinya.

"Oh ternyata ada Kak Daniel juga." ucap Thania lagi dengan senyuman yang seakan menggoda.

Dengan segera Gabriel menarik tangan Thania untuk berbalik agar Thania tidak semakin masuk ke dalam ruangan dan bahkan mengetahui bahwa dirinya baru saja mengungkapkan perasaan kepada laki-laki yang tidak menyukainya.

"Ayo antar aku ke kamar mandi! Aku duluan Kak." ucap Gabriel yang menoleh sekilas kepada Daniel kemudian pergi bersama Thania.

Daniel hanya bisa menatap kepergian Gabriel dengan perasaan bersalah.

"Maaf." gumam Daniel.

***

Keesokan harinya kegiatan masih berlangsung. Sejak semalam Daniel terus kepikiran tentang Gabriel. Dan pagi ini Daniel hanya melihat Thania bersama teman-teman yang lain tanpa ada Gabriel disana.

"Mungkin masih ada urusan yang lain." batin Daniel ketika tidak mendapati Gabriel bersama teman-temannya.

Beberapa saat berlalu,

"Niel, ini semua kamu yang handle ya. Kan kamu satu kelompok sama Gabriel, soalnya Gabriel semalam minta pulang." ucap ketua komunitas kepada Daniel.

Daniel terdiam sejenak mencoba mencerna ucapan ketuanya.

"Gabriel pulang?" tanya Daniel memastikan bahwa dia tidak salah mendengar.

"Iya, kamu gak tahu? Gak bilang sama kamu?"

Daniel hanya menggelengkan kepalanya karena memang dia tidak tahu apa-apa.

"Kenapa Gabriel minta pulang?" tanya Daniel lagi karena dia tidak ingin merasa semakin bersalah jika saja benar semua gara-gara kejadian semalam.

"Kalau itu aku gak tahu, yang jelas semalam dia ijin trus gak lama sopirnya datang jemput dia." jawabnya.

"Uda ya, aku mau urusi yang lain dulu." lanjutnya kemudian pamit kepada Daniel.

"Terima kasih ya infonya." ucap Daniel yang hanya dibalas dengan acungan jempol saja oleh sang ketua.

"Masa iya ada hubungannya dengan kejadian semalam?" gumam Daniel yang mencoba berpikir tentang Gabriel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!