Dengan perasaan cemas dan penasaran yang memenuhi pikirannya, Celine memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan memeriksakan kondisinya. Setelah melewati serangkaian tes dan pemeriksaan, dia duduk di ruang tunggu dengan jantung berdebar kencang, menunggu hasilnya.
Ketika dokter akhirnya memanggilnya, Celine merasakan rasa gemetar di tubuhnya saat dia memasuki ruangannya. "Maaf, Dok. Bagaimana hasilnya?" tanyanya dengan suara yang gemetar.
Dokter mengangguk dengan serius, "Maaf, Nona, tapi menurut hasil tes yang kami lakukan, Anda mengalami masalah kesuburan yang cukup serius."
Celine merasa dadanya seperti ditimpa batu besar, napasnya tersengal-sengal. "Apa... apa maksudnya?" tanyanya dengan suara yang penuh dengan kebingungan dan keputusasaan.
Dokter menjelaskan dengan penuh empati, "Sayangnya, kemungkinan untuk hamil secara alami sangatlah rendah. Anda mungkin perlu mencari alternatif lain seperti inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro."
Celine merasakan dunianya hancur berkeping-keping. Air mata berlinang di pipinya saat dia mencerna berita yang tak terduga itu. "Terima kasih, Dok," ucapnya dengan suara serak sebelum dia meninggalkan ruangan dengan hati yang hancur.
Perasaannya campur aduk, antara kesedihan, kekecewaan, dan rasa putus asa. Semua impian dan harapannya hancur menjadi debu dalam sekejap.
Celine meninggalkan rumah sakit dengan berlinang air mata. Dia berlari ke arah taman dan menangis sejadi-jadinya di bawah pohon, meluapkan semua perasaan dan rasa sesak yang terpendam.
Pernyataan dokter telah menghantamnya dengan keras, meninggalkan hatinya hancur dan pikirannya kacau. Rasa putus asa dan kekecewaan memenuhi rongga dadanya, merobek hatinya menjadi berkeping-keping. Di bawah bayangan pohon yang sepi, Celine merasakan pahitnya kehidupan yang tidak sesuai dengan harapannya, dan dia meratap dalam kesedihan yang tak terucapkan.
🌺🌺🌺
Jordan mencoba menghubungi Celine berkali-kali, tapi ponselnya selalu tak aktif atau di luar jangkauan. Kecemasan melanda, terutama karena dia tahu Celine seringkali terpengaruh oleh perkataan ibunya yang menuntutnya untuk segera hamil. Jordan merasa khawatir akan kondisi mental dan emosional Celine.
Setiap detik yang berlalu terasa seperti sebuah kegelapan yang semakin menghimpitnya, membuatnya semakin gelisah dan tidak bisa menemukan kedamaian pikiran.
Tokk... Tokk... Tokk...
Suara ketukan pada pintu membuyarkan lamunan Jordan. "Presdir, ini beberapa file yang harus segera Anda tanda tangani," kata Sonya, sekretaris Jordan, sambil meletakkan tumpukan file di atas meja.
Jordan mengangguk, "Hn, baiklah. Pastikan untuk menindaklanjuti semua yang perlu diselesaikan segera."
Sonya mengangguk singkat, memahami urgensi dari pekerjaan mereka. "Akan saya pastikan semuanya berjalan lancar, Presdir."
Jordan mengangguk sekali lagi, tidak mengalihkan pandangannya dari tumpukan pekerjaan di meja. Sonya keluar dari ruangan dengan langkah ringan, meninggalkan Jordan sendirian di ruangannya. Selanjutnya Jordan fokus pada file-file tersebut.
🌺🌺🌺
Celine terduduk di sofa, tatapan kosong memandang ke hampa. Mata memerah dan sembab akibat terlalu lama menangis. Dia meratapi keadaannya yang sulit untuk diterima, merenungi kata-kata dokter yang menghantamnya begitu keras.
Setiap napasnya terasa berat, dipenuhi oleh kekecewaan dan keputusasaan yang mendalam. Wajahnya yang biasanya berseri-seri kini terlihat lesu dan terpukul. Baginya, hari ini adalah salah satu dari hari-hari yang paling sulit dalam hidupnya, dan dia merasa hancur di dalam.
"Ya Tuhan, cobaan apalagi ini? Kenapa Kau harus menghantamku dengan cobaan yang bertubi-tubi?" gumam Celine sambil menangis.
Matanya memerah dan bengkak akibat air mata yang terus mengalir. "Kau mengambil ibuku, lalu sekarang aku tidak bisa memiliki anak. Sebenarnya kesalahan apa yang aku lakukan di masa lalu, sampai-sampai aku harus menanggung semuanya di kehidupanku yang sekarang?"
Dia merasakan beban hidupnya terlalu berat untuk ditanggung sendirian. Hati dan pikirannya terasa terpukul oleh serangkaian pukulan tak terduga dari kehidupan. Dia mencari jawaban dan makna di balik semua ini, tapi tidak menemukan apapun selain kekosongan dan rasa putus asa yang melingkupi dirinya.
🌺🌺🌺
Jordan melihat jam dinding, pukul 17.00. Langit di barat mulai berubah warna, menandakan senja telah tiba. Pikirannya melayang pada kejadian pagi ini, saat ibunya tiba-tiba datang dan mengucapkan kalimat menusuk yang membuat Celine terguncang.
Dia merasa campuran antara marah dan sedih, kesal dengan sikap ibunya yang tidak sensitif terhadap perasaan Celine. Jordan ingin melindungi istrinya dari rasa sakit dan kekecewaan, tapi terasa tidak mampu mengatasi semua masalah yang datang secara bersamaan.
Sekali lagi, Jordan mencoba menghubungi Celine, tapi lagi-lagi ponselnya diluar jangkauan. Dengan hati yang semakin cemas, dia berusaha menghubungi boutique milik istrinya. "Ini aku. Apa Celine ada di sana?"
Terra menjawab dengan suara cemas, "Maaf, Tuan, Nona Celine pergi sejak siang tadi dan belum kembali."
Jordan merasa semakin gelisah. "Baiklah." Kemudian Jordan mengakhiri sambungan telfonnya. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai kemungkinan dan kekhawatiran. Di tengah kegelapan senja yang semakin pekat, dia merasa semakin terisolasi dan tidak berdaya. "Celine, sebenarnya apa yang terjadi padamu?" gumamnya. Matanya terpaku pada langit Senja.
🌺🌺🌺
Celine memandang langit senja dengan tatapan kosong. Warna jingga dan ungu membelah langit, menciptakan pemandangan yang indah namun tak terasa dalam hatinya yang penuh dengan kegelisahan dan kekosongan.
Di antara gemerlap cahaya senja, dia merenungkan kehidupannya yang dipenuhi dengan cobaan dan kesedihan. Setiap langkahnya terasa begitu berat, dan dia merasa seperti terjebak dalam labirin emosional yang tak berujung. Namun, di balik kegelapan, dia mencari secercah harapan, berharap bahwa ada cahaya di ujung jalan yang gelap.
Decitan suara pintu dibuka mengalihkan perhatian Celine. Dia melihat Jordan menghampirinya dengan ekspresi campur aduk, antara kecemasan dan kelegaan.
"Celine!" seru Jordan, suaranya penuh dengan kelegaan. "Kau darimana saja, kenapa sulit sekali dihubungi?" Jordan mendekati Celine. Dia tidak bereaksi, malah memeluk kedua lututnya sambil menangis. "Celine, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis, aku mohon bicaralah padaku."
Celine mengangkat wajahnya yang berlinang air mata. "Jordan, sebaiknya kita bercerai saja. Aku bukan wanita yang sempurna untukmu, aku mandul dan tidak bisa memberimu keturunan," kata Celine dengan suara gemetar, air matanya terus mengalir.
Jordan terkejut mendengarnya, tapi dia segera bereaksi dengan tegas. "Bodoh!! Aku tidak peduli dengan opini orang lain tentang dirimu. Memiliki anak dalam rumah tangga memang penting, tapi bagiku tidak ada yang lebih penting daripada dirimu. Jangan menilai dirimu sendiri dengan kalimat-kalimat bodoh seperti itu, kau tidak mandul, hanya saja Tuhan belum mempercayai kita untuk menjaga titipannya. Celine, dengarkan aku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkanmu!!"
Celine merasa dunianya runtuh saat dokter memberikan diagnosis yang mengejutkan. Air matanya mengalir deras, dia meminta Jordan untuk menikah lagi, tapi Jordan menolak tegas karena cintanya yang mendalam.
Hati wanita mana yang tidak hancur mendengar kabar tersebut. Dengan segala ketegaran yang dia miliki, Celine mencoba menerima kenyataan pahit tersebut, sementara Jordan dengan tegas menegaskan cintanya yang tak tergoyahkan padanya.
🌺🌺🌺
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
sella surya amanda
next
2024-05-11
1