Bab 2: Pembelaan Jordan

Pagi telah menyapa dengan hangat, menandai pergantian dari bulan yang menggoda ke mentari yang menyinari segala sesuatu. Mentari muncul dengan gemerlapnya, mengusir kegelapan dan menyinari segala yang ada di bumi.

Langit biru membentang luas, menyambut matahari yang naik dengan penuh semangat. Udara segar dan embun pagi menyegarkan pikiran, memberi semangat untuk memulai hari yang baru.

Seperti hari-hari sebelumnya, Celine bangun lebih awal dari Jordan, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Ini adalah rutinitas yang telah dilakukannya setiap pagi selama tiga tahun ini.

"Sarapan hampir siap. Ayo cepat turun," panggil Celine dengan suara sedikit meninggi, mencoba memanggil Jordan yang masih ada di kamar mereka.

"Hm, lima belas menit lagi," jawab Jordan sambil menggosok-gosok matanya, mencoba mengusir kantuk.

Dan setelah hampir dua puluh menit, Jordan datang dengan pakaian kerjanya, kemeja putih lengan panjang yang dipadukan dengan Vest hitam yang senada dengan celana dan jasnya. Celine tersenyum melihat Jordan bergerak ke arah tangga. Meskipun pagi-pagi buta, momen seperti ini selalu membuatnya merasa hangat.

Saat mereka duduk di meja makan untuk sarapan, Jordan memulai percakapan. "Hari ini aku ada rapat dengan dewan direksi. Ada beberapa keputusan penting yang harus dibuat."

Celine mengangguk, memahami betapa pentingnya rapat-rapat semacam itu dalam bisnis Jordan. "Aku yakin kau pasti bisa menangani semuanya dengan baik," katanya sambil menuang kopi untuk Jordan.

Jordan tersenyum, menghargai dukungan dari istrinya. "Terima kasih, sayang. Bagaimana dengan desainmu? Sudah hampir selesai?"

Celine mengambil sepotong roti dan memikirkan tugasnya. "Masih ada beberapa detail kecil yang harus aku selesaikan sebelum akhir pekan. Tapi aku yakin bisa menyelesaikannya tepat waktu."

Jordan menyentuh tangan Celine dengan lembut sambil menatapnya. "Kau tahu, aku sangat bangga dengan apa yang telah kau capai dalam kariermu Kau benar-benar wanita yang hebat, Celine."

Celine tersenyum, merasa tersentuh oleh kata-kata Jordan. "Dan kau juga, Ge. Aku tidak akan bisa mencapai sejauh ini tanpa dukunganmu."

Mereka saling bertatapan dengan penuh cinta, saling menguatkan satu sama lain dalam setiap langkah perjalanan hidup mereka. Meskipun pekerjaan mereka seringkali memisahkan mereka, namun hubungan mereka tetap kuat dan penuh dengan rasa saling menghargai dan memahami.

"Apa gunanya hebat dalam karir tapi tidak bisa hamil?" Sahut seseorang dari arah depan.

Sontak, mereka berdua mengangkat kepalanya dan terkejut melihat siapa yang datang. "Mama?" Seru keduanya nyaris bersamaan. Nyonya Tamara mendekati mereka dengan langkah pasti, pandangannya menusuk tajam ke arah Celine.

"Apa maksud Mama berkata seperti itu?" tanya Jordan, suaranya penuh dengan kebingungan dan kekhawatiran. Celine merasa tersinggung oleh sikap dan ucapan ibunya yang menyerang, tapi dia berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan emosinya.

Nyonya Tamara menatap Celine dengan tatapan tajam, tanpa memberikan penjelasan langsung. "Kau pikir bisa menggantikan cucuku dengan keberhasilanmu di karir? Seorang wanita seharusnya mampu memberikan keturunan, bukan hanya pencapaian di tempat kerja."

Celine menarik nafas dalam-dalam, mencoba menjaga ketenangannya. "Maaf, Mama, tapi aku pikir keberhasilan dalam karir tidak bisa menentukan nilai seorang wanita sebagai ibu atau istri."

Jordan merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini, tapi dia tidak bisa membiarkan ibunya menghina istrinya. "Ma, jangan sampai aku bersikap kurang ajar padamu. Ucapanmu benar-benar sangat keterlaluan!" Marah Jordan.

Nyonya Tamara menatap Jordan dengan dingin. "Jangan terlalu sensitif, Nak. Aku hanya mengatakan fakta. Jika Celine memang tidak bisa memberiku cucu, itu adalah fakta , Jordan, fakta,"

Jordan semakin terbakar emosi oleh ucapan ibunya. Dia menggigit bibirnya, menahan amarah yang meluap. "Fakta atau tidak, caramu mengatakannya sangat tidak pantas, Ma. Kami akan menyelesaikan masalah kami sendiri tanpa campur tanganmu."

Nyonya Tamara dan Jordan terlibat dalam perdebatan sengit di ruang makan yang hening. "Dia adalah istriku, Ma, dan aku mencintainya tanpa syarat," tegas Jordan, matanya memancarkan emosi dan amarah yang meluap-luap.

"Tapi cucu adalah harapanku, Jordan. Keluarga kita membutuhkan keturunan, jangan lupakan itu," balas Nyonya Tamara dengan nada tajam.

Jordan merasa semakin marah dan terluka oleh kata-kata ibunya. "Kau tidak bisa memaksa keinginanmu pada kami, Ma. Aku dan Celine akan menjalani hidup kami sesuai keinginan kami sendiri tanpa perlu kau ikut campur,"

Nyonya Tamara mendengus kesal, tetapi wajahnya mencerminkan kekecewaan yang dalam. Jordan membela Celine mati-matian, memperjuangkan hak dan martabat istrinya.

"Celine adalah wanita yang aku cintai. Dia bukan hanya istriku, tapi sahabatku dan mitraku dalam setiap langkah kehidupan. Aku tidak akan membiarkan siapapun, termasuk dirimu, merendahkan atau meragukan nilai dan kontribusi yang dia berikan dalam hidupku."

Nyonya Tamara terdiam sejenak, mungkin terkejut oleh keberanian dan keberanian Jordan. Tetapi kemudian, dia kembali ke sikapnya yang keras. "Tapi Jordan, kau harus memikirkan masa depan keluarga kita. Keturunan adalah bagian penting dari warisan keluarga kita, Jordan."

Jordan menatap ibunya dengan tegas. "Aku dan Celine akan menemukan cara untuk menjalani kehidupan kami sendiri, Ma. Kita berdua tidak akan mengorbankan kebahagiaan untuk memenuhi harapan atau ekspektasi siapapun, bahkan itu dirimu."

Celine mulai berlinang air mata, mencoba meredam emosi Jordan yang mulai meledak. Dia menggeleng pelan, memohon agar Jordan berhenti. "Sudah, Gw, aku mohon jangan diteruskan lagi," bisiknya dengan lembut, tangannya meraih tangan Jordan untuk menenangkannya.

Jordan menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri di bawah sentuhan lembut Celine. Dia membiarkan emosinya mereda perlahan, sadar akan kehadiran dan dukungan yang diberikan istrinya.

Sementara itu, Nyonya Tamara dengan langkah tergesa-gesa meninggalkan rumah putranya, dipenuhi oleh campuran emosi dan amarah yang meluap-luap. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan putranya itu, bisa-bisanya dia membela Celine sampai segitunya.

Jordan menghapus air mata Celine sambil memeluk wanita itu erat. "Kita akan melewati ini bersama, sayang," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kelembutan dan keyakinan.

Celine merasakan kehangatan dan kekuatan dari pelukan Jordan. "Terima kasih, Ge," bisiknya dengan suara gemetar. Celine merasa sangat terpukul oleh kata-kata pedas ibu mertuanya.

🌺🌺🌺

Di boutique miliknya, Celine sering merasa sulit untuk berkonsentrasi sepenuhnya dalam menyelesaikan rancangannya. Kata-kata tajam ibu mertuanya terus membekas diingatannya, mengganggu fokusnya. Meskipun berusaha untuk tetap fokus, namun pikirannya terus melayang ke percakapan yang menyakitkan itu.

Suara keramaian dari pelanggan yang berbelanja dan aroma parfum yang harum seakan-akan semakin memperburuk keadaannya. Celine mencoba menenangkan diri, mengambil nafas dalam-dalam, dan memaksakan dirinya untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Dia tahu bahwa dia harus melawan gangguan-gangguan itu jika ingin menyelesaikan rancangannya dengan baik.

Terra merasa cemas melihat keadaan Celine. "Miss Celine, apa yang terjadi? Anda terlihat agak sedikit buruk," ucap Terra dengan suara penuh perhatian.

Celine menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku hanya sedang memikirkan beberapa hal, Terra. Tidak apa-apa," jawabnya dengan senyum tipis.

Terra memperhatikan ekspresi Celine yang terlihat tegang. "Jika ada yang bisa saya bantu, miss, tolong katakan saja. Saya di sini untuk Anda," tawarnya dengan hangat.

Celine tersenyum menghargai tawaran dukungan dari Terra. "Terima kasih, Terra. Aku menghargai perhatiamu, tapi sungguh aku baik-baik saja," ucapnya tulus.

Terra mengangguk mantap. "Tidak perlu terima kasih, miss. Saya hanya ingin membantu."

Celine mengelus lengan Terra dengan penuh kebaikan. "Kau begitu peduli, Terra.."

Mereka berdua tersenyum satu sama lain, merasakan kehangatan dari hubungan kerja mereka yang solid. Dalam momen-momen seperti ini, Celine merasa sedikit lebih lega, mengetahui bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi masalah dalam hidupnya.

🌺🌺🌺

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!