Part 4

Kemana pun tempat selain di rumah ini, Arum akan ke sana. Tempat yang aman dan damai. Tempat dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa diselimuti kekhawatiran. Tidak seperti rumah ini, rumah yang baru ditinggalinya selama satu bulan dan sudah terasa seperti neraka.

Prangg...

Arum menutup telinganya dengan kedua tangan. Lagi-lagi suara benda pecah yang memekakan telinga terdengar. Seluruh tubuh Arum bergetar, sekarang ini dia sedang bersembunyi di dalam kamar mandi di dekat dapur.

Di luar Agam sedang mengamuk. Ini sudah terjadi selama seminggu lebih. Awalnya Arum kira laki-laki itu mabuk, namun sepertinya Agam memang seperti itu walau tidak mabuk sekalipun.

Agam mengamuk setiap melihatnya, bahkan laki-laki itu menghancurkan semua foto pernikahan mereka yang terpajang di dinding. Tak ada satu pun foto tersisa, juga foto yang berada di dalam kamar Arum pun ikut hancur. Tak sampai di situ, Agam juga membakar gaun pernikahan milik Arum dan jas yang dipakainya pada saat pernikahan mereka.

Tatapan kebencian Agam jelas memberikan sinyal pada Arum bahwa laki-laki itu berbahaya. Kata-kata makian dan hinaan tidak henti-hentinya terlontar. Arum terkejut, sangat! Sikap Agam jauh berbeda dari yang diceritakan Ibu mertuanya.

Tidak pernah Arum mengira bahwa Agam adalah seorang yang ringan tangan.

Arum yang mencoba menyelamatkan gaun pernikahannya saat itu semakin menyulut murka Agam, pipinya bengkak lantaran terkena tamparan laki-laki itu. Dia juga tidak segan melempari Arum dengan barang-barang pecah yang berserakan di lantai.

Arum tidak mengerti apa yang terjadi, sebelumnya mereka baik-baik saja, Agam bahkan memakan masakannya dan meminum kopi buatannya. Mereka juga beberapa kali tidur bersama di kamarnya. Entah kenapa laki-laki itu tiba-tiba kesetanan.

Sejak hari itu setiap Agam pulang ke rumah, rumah mereka pasti akan hancur berantakan. Ada saja barang yang akan menjadi sasaran kemarahan Agam. Jika Arum tidak bersembunyi bisa jadi dia akan menjadi samsak hidup untuk laki-laki itu.

Luka di kening Arum akibat dilempar gelas beberapa hari lalu masih belum sembuh. Beberapa bekas kebiruan di tubunya juga masih terlihat. Agam sedang dirasuki oleh setan!

"ANJING!!!"

"SEMUA INI GARA-GARA KAMU! JALANG SIALAN! PENJILAT! DIMANA KAMU?!"

Arum membekap mulutnya sendiri mendengar teriakan Agam. Jantungnya bertalu-talu, ini sudah di luar batas, dia tidak bisa terus seperti ini. Bersembunyi dengan perasaan takut yang luar biasa setiap kali Agam pulang, lama-lama Arum bisa gila dibuatnya. Arum kira dia kuat menghadapi apa pun di dunia ini namun ternyata dia bahkan belum cukup kuat untuk menghadapi Agam.

Malam itu, setelah Agam sedikit tenang dan masuk ke dalam kamarnya, Arum menghubungi Ibu mertuanya dan mengatakan apa yang terjadi padanya selama seminggu ini. Dia tidak tau yang dia lakukan benar atau salah, fikirannya kacau, dia hanya ingin mencari perlindungan untuk dirinya.

***

“Ibu akan kesana!”

Utari bergegas berdiri dan menyerahkan ponsel di tangannya pada Kemala yang kini sedang berusaha menenangkan Arum yang sedang menangis di ujung sambungan telepon. Hatinya ikut sakit mendengar apa yang dikatakan oleh Arum padanya.

Mereka semua tau penyebab kemarahan Agam, laki-laki itu sempat datang ke rumah mereka beberapa hari yang lalu dalam keadaan mabuk, dia marah dan menyalakan Utari juga Kemala atas apa yang dia alami sekarang.

Utari tidak menyangka bahwa ternyata Agam juga melampiaskan kemarahannya pada Arum yang sama sekali tidak tau apa-apa.

“Jangan sekarang Bu, sekarang bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengannya,” Biantara menghentikan langkah Utari. Yang Agam lakukan memang sangatlah salah, namun berbicara dengannya sekarang hanya akan buang-buang tenaga, seperti yang Arum katakan Agam baru saja tenang.

Biantara sangat mengenal Adiknya yang tempramen itu, Agam tidak akan bisa tenang secepat itu. Mereka akan membiarkannya tenang untuk malam ini.

“Kita akan ke sana besok pagi. Untuk saat ini biarkan mereka sama-sama menenangkan diri."

Kemala mengangguk setuju dengan perkataan suaminya. Lalu kemudian perempuan itu memberitahukannya pada Arum dan menyuruh perempuan itu untuk tidak keluar dari kamarnya jika seandainya Agam kembali mengamuk.

Dengan tangan yang sedikit bergetar Kemala menutup sambungan telepon tersebut. Perempuan itu sedikit syok mendengar suara tangisan Arum dari ujung telepon.

Rasa bersalah seketika menyergapnya, dia yang membawa Arum masuk ke dalam pernikahan ini, karna itu dialah yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Arum.

Karena bujukannya Arum mau menikah dengan Agam, maka yang perlu disalahkan adalah dia.

Melihat istrinya yang tiba-tiba diam dengan mata berkaca-kaca, Biantara pun mendekat dan memeluk perempuan itu.

Tanpa perlu bertanya dia sudah tau apa yang sedang dirasakan oleh Kemala, perempuan berhati lembut ini pastilah juga ikut terluka mendengar yang terjadi pada Arum. Apalagi istrinya itu sangat dekat dengan Arum.

"Semuanya akan baik-baik saja, Mas akan pastikan Agam tidak akan melukai Arum lagi," ucap Biantara lembut. Tangannya mengelus lembut kepala istrinya yang kini bersandar di dadanya.

Mendengar perkataan Biantara, Kemala merasa sedikit tenang. Semoga saja Agam mau mendengarkan jika Biantara yang berbicara. Kemala tidak mampu memaafkan dirinya sendiri jika sampai Arum menderita.

Terpopuler

Comments

Dewi Rini

Dewi Rini

kok lama gak up date kakak, saya menunggu lo cerita selanjutnya🤗

2024-09-12

2

Mrs.Labil

Mrs.Labil

banci cowok mukul cewek tuh 😡

2024-08-08

1

Dewi Rini

Dewi Rini

di tunggu lanjutannya kakak🤗, ceritanya menarik🥰

2024-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!