Part 2

Pernikahan adalah hal yang sangat sakral. Arum sangat setuju dengan itu. Dalam hidupnya tentu dia pernah memimpikan sebuah pernikahan impian seperti kebanyakan gadis muda. Sebuah pernikahan bahagia yang dilakukan bersama orang yang dia cintai dan tentunya juga mencintai dirinya.

Mengarungi bahtera rumah tangga dengan orang terkasih. Bersama-sama melalui suka dan duka, mengarungi pasang surut arus kehidupan. Saling menguatkan dan saling mendukung, mengasihi juga saling menghormati. Itulah rumah tangga yang diimpikan oleh Arum di masa depannya. Nanti, saat dia sudah dewasa.

Tapi takdir berkata lain. Dua bulan setelah usianya genap sembilan belas tahun. Arum dipersunting oleh seorang laki-laki asing. Laki-laki yang sebelumnya belum pernah Arum temui sama sekali. Tidak ada gambaran bagi Arum bagaimana perangai Agam Wira Dhamendra. Ditambah lagi, begitu banyak perbedaan di antara mereka berdua.

Arum terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya dulunya hanya seorang supir angkot sebelum jatuh sakit tiga tahun yang lalu, sedangkan Ibunya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar.

Arum adalah anak pertama. Satu-satunya harapan keluarga mereka setelah Ayahnya jatuh sakit dan membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Arum mempunyai seorang Adik bernama Adrian, usianya empat belas tahun. Saat ini sedang menempuh pendidikan tahun terakhir di bangku SMP.

Arum memang sudah mulai bekerja sebelum Ayahnya jatuh sakit. Sejak dia duduk di bangku SMA. Tujuannya hanya satu saat itu, yaitu menabung untuk biaya kuliahnya seandainya dia tidak mendapat beasiswa nantinya.

Keinginan itu sekarang sudah terkubur dalam. Tepat setelah dokter mengatakan bahwa Ayahnya menderita penyakit jantung. Sejak saat itu, Arum tidak pernah lagi memimpikan masa depan yang cerah. Yang ada di fikirannya hanyalah bagaimana caranya dia bisa menghasilkan uang sebanyak mungkin agar bisa membiayai Ayah dan Adiknya.

Tidak ada waktu bagi Arum untuk memikirkan dirinya sendiri. Semua tenaga dan waktunya habis untuk menyambung hidup keluarganya, karna dia adalah anak pertama, tulang punggung keluarga yang diharuskan selalu kuat.

Berbagai cobaan sudah dilalui oleh Arum dan dia tetap kuat, dia tangguh dan tidak pernah menyerah. Tidak sekali-pun Arum mengeluh. Hingga suatu kali keadaan mencengkramnya dengan sangat erat. Arum tidak diberi waktu untuk menarik nafas. Cobaan datang bertubi-tubi. Dia dipecat dari pekerjaannya, rumah mereka terbakar, Ayahnya yang saat itu menyaksikan langsung kebakaran tersebut terkena serangan jantung, Adiknya menjadi korban tabrak lari akibat terlalu terburu-buru pulang saat mendengar rumah mereka terbakar.

Dalam satu hari Arum dipukul telak. Tidak ada yang tersisa selain pakaian yang melekat di badan. Dunia Arum seketika runtuh, kekuatan yang dulu dimilikinya seolah tidak ada artinya. Dia kalah oleh keadaan, sampai-sampai Arum sempat mempertanyakan keberadaan Tuhan.

Saat Arum benar-benar mengharapkan keajaiban, Kemala hadir sebagai malaikat penolong. Dia mengulurkan tangan untuk menarik Arum keluar dari lubang keterpurukkan.

Arum kenal baik dengan Kemala. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai pelayan di cafe milik Kemala sebagai pekerja paruh waktu. Mereka dekat. Kemala adalah seorang anak tunggal yang lahir dari keluarga kaya, perempuan baik hati yang senang menolong orang lain.

Pertolongan dari Kemala berbuntut panjang. Perempuan itu memperkenalkan Arum dengan Utari, Ibu mertuanya. Pertemuan yang tidak pernah Arum kira akan membawanya masuk ke dalam sebuah pernikahan.

Di saat keadaan semakin mendesak. Arum tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Utari melalui Kemala. Dia tidak perlu berfikir puluhan kali saat Utari menjamin bahwa Ayah dan Adiknya akan diselamatkan, serta hidup mereka akan terjamin kedepannya.

Arum tidak terlalu ingin tau alasan mengapa Utari memilih dirinya untuk menikah dengan putranya, padahal Arum merasa sangat tidak pantas, status sosial mereka sangat jauh berbeda.

Bagi Arum pernikahannya dengan Agam adalah satu-satunya cara agar keluarganya tetap bisa bertahan hidup.

Dan di sinilah Arum sekarang. Duduk termenung di dalam kamar yang akan menjadi kamarnya ke depannya. Jika dibandingkan dengan rumah mereka dulu, ukuran kamar ini lebih luas dari ukuran ruang tamu rumah mereka dulu. Fasilitasnya pun sangat jauh berbeda. Kasur empuk yang sekarang diduduki oleh Arum sangat jauh berbeda dengan kasurnya yang keras dan tipis.

Bohong jika Arum berkata dia tidak mensyukuri pernikahan ini. Namun dia takut untuk terlalu senang. Tidak ada yang tau masa depan, karena itu, Arum tidak akan berharap lebih. Bagaimana pun dia dan Agam masih sama-sama asing satu sama lain.

Dia kira pasangan yang menikah karna perjodohan lalu tidur terpisah hanya ada di sinetron dan film. Ternyata dia mengalaminya sekarang. Namun tidak masalah, wajar saja demikian, tidak ada perasaan apa pun sehingga tidak akan ada yang terluka meski nantinya mereka tidak cocok.

Sore itu Arum tidak memiliki kegiatan lain selain merapikan barang-barangnya. Dia tidak memasak karna mereka akan makan malam di rumah kakak iparnya Biantara. Sejak Dia memasuki kamarnya yang berada di lantai satu dia belum keluar lagi. Jadi dia tidak tau apakah Agam masih di rumah atau sudah pergi. Arum tertidur cukup lama tadi, dia terlalu lelah sehingga tidak sadar tidur terlalu lama. Dia tertidur saat hari masih siang dan sekarang waktu sudah sangat sore. Setelah bangun dari tempat tidurnya Arum segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri.

Dua puluh menit kemudian Arum keluar dari kamarnya dengan pakaian santainya, bertepatan dengan Agam yang juga turun dari lantai dua. Mereka terlihat saling melirik satu sama lain namun tidak ada yang berinisiatif untuk memulai pembicaraan ataupun sekedar sapaan.

Sudah dipastikan Agam bukanlah orang yang akan mau repot-repot menyapanya, jadi Arum tidak terlalu ambil hati dengan sikap Agam. Apa yang mereka lakukan malam sebelumnya adalah sebuah kesalahan, begitu fikir Arum. Malam panas yang mereka lewati kemaren adalah kesalahan yang terjadi karna Agam sedang mabuk.

Arum hanya melihat dalam diam saat Agam beranjak menuju dapur dan menenggak segelas air putih. Laki-laki itu sepertinya baru bangun. Terlihat dari wajahnya yang masih terlihat bengkak.

“Kamu duluan ke rumah Kak Bian, nanti aku menyusul,” ucap Agam tanpa menoleh ke arah Arum.

“Baik,” balas Arum singkat. Dia akan naik taksi ke sana, lagi pula dia pernah sekali berkunjung ke rumah itu dan rute ke sana tidak terlalu sulit diingat.

“Jangan sampai mereka tau kalau kita tidur di kamar yang berbeda.”

Arum yang hendak melangkah pergi kembali menoleh. Arum tau hal itu memang bukan hal yang pantas untuk diketahui oleh orang lain, bahkan keluarga sekalipun. Agam tidak perlu memperjelasnya.

Melihat Arum hanya diam. Agam menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

“Atau kau berharap lain?” Tatapan Agam berubah meremehkan. “Ah satu lagi, kita memang tidur terpisah, tapi bukan berarti aku tidak akan meminta hakku. Aku membayar mahal untuk pernikahan ini. Tentu saja aku berhak membuatmu mendesah di bawahku.”

Setelah mengatakan itu Agam beranjak pergi, meninggalkan Arum yang sedikit tercengang.

Terpopuler

Comments

Mrs.Labil

Mrs.Labil

ellehhh, gue sumpahin Bucin akut lo ke Arum 😌

2024-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!