Makan malam di rumah Biantara terasa sangat hangat. Suasana hangat itu membuat Arum teringat dengan Ayah dan Adiknya. Apa sekarang mereka juga sedang makan malam? Arum belum sempat menghubungi mereka setelah pulang dari hotel.
“Sedang melamunkan apa?”
Arum menoleh mendengar suara lembut itu, senyum hangat terbit di bibir tipisnya saat mendapati Kemala berdiri di sampingnya.
“Aku sedang teringat dengan Ayah dan Adrian, Mbak.” Arum berkata lalu menggeser tubuhnya agar Kemala bisa ikut duduk di sampingnya.
Saat ini mereka sedang duduk di kursi panjang di balkon lantai dua. Setelah makan malam selesai Arum memilih untuk berkeliling, melihat-lihat rumah milik kakak iparnya itu. Mereka tidak langsung pulang, Agam sedang membicarakan pekerjaan dengan Biantara sedangkan Ibu mertuanya sedang menonton sinetron favoritnya sekarang.
"Sering-seringlah mengunjungi mereka, pasti mereka juga merindukanmu."
Senyum hangat juga terbit di bibir Kemala, senyum menenangkan yang selalu membuat Arum mengagumi sosoknya.
Dia tidak pernah berubah, selalu cantik dan baik hati, penuh perhatian dan kasih sayang. Betapa beruntungnya Biantara bisa memperistri Kemala. Arum tidak terlalu kenal dengan Biantara, bisa jadi mereka juga sama beruntungnya. Dari penuturan Kemala, Biantara adalah sosok yang sangat dewasa dan sangat mengayomi, tegas dan sangat bertanggung jawab. Mungkin karna itulah Agam sangat hormat kepada kakaknya itu.
“Bagaimana hari pertama menjadi istri Agam?” Kemala bertanya dengan senyum jahil di wajahnya.
“Ya begitulah, Mbak," jawab Arum singkat. Dia tidak tau harus berkata apa pada Kemala, dia tidak pernah bisa berbohong kepadanya. Di antara mereka tidak pernah ada rahasia karna itu Arum tidak yakin apakah dia bisa menutupi kondisi pernikahannya dengan Agam.
“Aku tau maksudmu Rum.” Kemala menatap Arum dengan tatapan teduhnya.
“Sebenarnya aku ingin memberitahukan ini kepadamu sedari awal, tapi aku tidak tau harus bagaimana mengatakannya.” Kemala menjeda kalimatnya. Dia terlihat sedikit gelisah, dia melipat bibirnya kedalam lalu perlahan menghela nafas.
“Agam sebenarnya memiliki seorang pacar, namanya Ayu,” ungkap Kemala. Dia menatap Arum dengan tatapan tidak enak, sedikit was-was menunggu respon perempuan itu.
Jujur saja sekarang Arum tidak tau dia harus bereaksi bagaimana, tapi dia cukup terkejut. Satu nama itu mungkin akan melekat di kepalanya mulai sekarang.
“Lalu kenapa kami yang menikah, kenapa dia tidak menikah dengan pacarnya itu?” Arum bertanya dengan tidak sabar. Jawaban dari Kemala bisa jadi akan membuat Arum memiliki pertimbangan tentang bagaimana kehidupan pernikahannya kelak. Dia memang menikah demi Ayah dan Adiknya, tapi bukan berarti dia mau terjebak dalam pernikahan tanpa masa depan selamanya.
Kemala menggeleng. “Aku tidak tau alasan sebenarnya, tapi yang aku tau Ibu tidak menyukai Ayu, begitu pun Mas Bian.” Sampai saat ini pun Kemala tidak pernah tau alasan kenapa Ibu mertua serta suaminya tidak menyukai perempuan itu, padahal Agam sangat mencintai perempuan itu. Sampai saat ini Agam bahkan masih marah pada Ibunya juga pada Kemala yang memperkenalkan Arum pada mereka.
“Tapi kenapa aku?”
Arum menatap Kemala dengan alis menyatu. Ya, kenapa dia? Padahal jika dibandingkan dengan mereka Arum bukalah siapa-siapa.
“Karna Ibu menyukaimu,” jawab Kemala.
Jawaban yang semakin membuat Arum bingung. Apa hanya karna itu? Bagaimana bisa? Jika memang itu alasannya lalu bagaimana bisa Utari menyukainya padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya, mereka hanya pernah bertemu sekali di rumah sakit sebelum lamaran itu disampaikan.
“Aku tau kamu punya banyak pertanyaan, tapi tidak semua pertanyaan ada jawabannya Rum, kalau pun ada jawabannya, kamu akan tau perlahan-lahan.” Ekspresi Kemala kini kembali teduh dan hangat. Senyum manis kembali terbit di wajahnya.
“Bagaimana pun masa lalunya, atau siapa pun yang ada di sana, tidak akan menghilangkan kenyataan bahwa sekarang kamulah istri sah Agam,” sambung Kemala.
“Aku harus bagaimana jika ternyata dia masih sangat mencintai pacarnya itu atau bahkan masih berhubungan dengannya.” Arum bertanya dengan gelisah.
Kemala meraih tangan Arum lalu menggenggamnya erat. “Yang harus kamu ingat adalah, kamu adalah istrinya dan dia suamimu.” Kemala berucap sembari menganggukkan kepalanya pada Arum, dia mencoba membuat Arum percaya diri dan bisa kuat jika kedepannya perempuan itu mengalami masalah di dalam rumah tangganya dengan Agam.
Tidak ada yang berubah dalam kepala Arum setelah mendengar itu. Dia memang istri Agam namun Agam mencintai perempuan itu.
Melihat ekspresi gelisah Arum, Kemala kemudian memegang bahunya, menatap mata Arum yang terlihat kosong. “Apa yang kamu takutkan? Ini masih hari pertama Arum, kita belum tau kedepannya, bisa jadi Agam jatuh cinta padamu. Kamu adalah orang yang sangat mudah dicintai, asal kamu tau itu. Apa pun yang terjadi nantinya, Aku, Mas Bian dan Ibu ada di pihakmu.” Setelah mengatakan itu, Kemala membawa Arum ke dalam pelukannya, tangannya mengelus lembut punggung Arum, berharap kegelisahannya sedikit berkurang. Kemala yakin semua akan baik-baik saja.
“Buat Agam jatuh cinta padamu.” Bisik Kemala pada akhir pembicaraan mereka.
***
Pembicaraan dengan Kemala membuat Arum banyak berfikir. Kegelisahannya bukannya berkurang tapi malah semakin bertambah. Setelah mengetahui fakta bahwa Agam memiliki seseorang yang dicintai membuat Arum meradang dan membayangkan banyak kemungkinan yang akan terjadi dengan pernikahan mereka.
Baginya hati Agam seperti sebuah rumah. Rumah yang masih ditinggali penghuni sebelumnya, lalu bagaimana dia bisa masuk jika rumah itu sudah ada pemiliknya dan tidak pernah kosong? Tidak mungkin dia hanya sekedar bertamu lalu pergi begitu saja.
Mereka berdua memang sama-sama terpaksa menikah, namun tentu dia dan Agam berbeda. Tidak ada siapa pun dalam hati Arum. Sangat mudah menerima orang baru jika tidak ada penghuni sebelumnya.
Arum menghela nafasnya pelan. Dia terlalu terhanyut dalam fikirannya hingga tidak sadar jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Saat ini dia sedang duduk di ruang keluarga, setelah kembali dari rumah kakak iparnya dia tidak langsung masuk ke dalam kamarnya.
Arum memandang tangga panjang yang menuju ke lantai dua tempat kamar Agam terletak. Kamar itu seperti hati Agam. Dia tidak diperbolehkan masuk ke sana. Tapi Arum ingin ke sana. Benar kata Kemala, ini masih hari pertama, bisa jadi pada hari ke sekian Agam akan jatuh cinta padanya, Arum hanya perlu berusaha. Seperti kata Kemala dia sangat mudah dicintai dan dia yakin bukan hal yang sulit juga baginya untuk jatuh cinta pada Agam.
Tapi bagaimana jika nantinya hanya dia yang jatuh cinta?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Sang Ayu Putu Hilmawaty
lama banget lanjutannya🙂
2024-06-04
1
Teti Hayati
Semangat ka...
Next..
2024-05-18
1