...----------------...
Andai saja Ia melakukan itu semua dengan pasangan halal nya mungkin Rani akan sedikit tenang, tapi kenyataan nya bukan seperti itu.
Masih dengan tangan bergetar Ia melucuti semua pakaian nya dan mulai membersihkan diri. Ia sengaja berlama-lama di kamar mandi sambil memikirkan bagaimana nasib nya kedepan, namun seberapa keras Ia berpikir tetap saja semua ini harus terjadi. Janji sudah terucap dan tidak bisa mundur lagi, lagi- lagi demi kesembuhan Ibunya. Ia harus melalui malam ini.
Selesai mandi Rani merutuki Keteledorannya, pasalnya Ia lupa membawa handuk. Ia memindai seisi kamar mandi siapa tau Pria itu meninggalkan handuk disana namun nihil.
" Sa- sayang, bolehkah minta tolong ambilkan handuk, aku lupa membawanya. "
Ya, terpaksa Rani meminta tolong pada suami saudaranya itu. Tedi mengambilkan handuk baru dan memberikannya pada Rani, Rani mengeluarkan tangannya agar Tedi tidak melihatnya dalam keadaan tanpa busana.
Sayangnya Ia salah, tanpa sadar Pria itu melihat bagian dadanya yang nampak mulus tanpa cela. Tedi meneguk salivanya, bagian di bawah tubuhnya mulai bereaksi bahkan membuatnya sesak.
Setelah mengeringkan tubuhnya Rani kembali memakai lingerie, Ia pun keluar karena teringat Rana pasti menunggunya.
Malam ini Ia cukup menjalankan tugasnya secepatnya, lalu Ia dapatkan imbalan yang sesuai.
" Sayang, aku........ aku sudah selesai mandinya. " Ucap Rani berusaha keras menutupi kegugupan nya.
Tedi yang tadi sedang menenangkan gejolak hatinya sontak menoleh, Ia semakin meneguk salivanya melihat penampilan Rani.
Rani yang malu- malu membuat Tedi ingin menyentuhnya, menyalurkan hasrat yang mulai menggebu.
" Sweety, kamu sangat indah. Tapi tumben, kok kamu malu- malu gitu. Tidak biasanya, biasanya kamu akan langsung bermanja-manja, tapi aku suka kamu yang sekarang. "
Rani terperanjat, Ia menatap Pria di depannya sekilas. Apa Ia harus mengikuti apa yang saudaranya lakukan, tapi itu tidak mungkin. Melihat wajah Pria itu saja sudah membuatnya senam jantung.
" Ma- maaf sa- sayang, mungkin aku terlalu gugup. Bagaimana pun juga ini adalah malam pertama kita. " Rani mencoba memberi alasan yang masuk akal.
Tedi menatap wajah wanita yang sedang bersamanya sekarang, Ia merasa kalau wanita itu orang yang berbeda. Namun setelah di pandangi dalam- dalam wajah itu adalah wajah istrinya.
Tedi kembali meneguk salivanya ketika matanya menatap bibir yang membuatnya tak mampu menahan diri, pasalnya Rani menggigit bibir bawahnya karena kegugupan nya.
" Bolehkah aku meminta hak ku malam ini, apa kamu mengijinkan ku menyentuh mu. "
Rani memejamkan matanya, debaran di dadanya semakin tidak beraturan. Ingin rasanya Ia kabur dari tempat itu, andai hanya dengan memejamkan mata Ia bisa menghilang rasanya Ia ingin melakukan itu.
Pikiran dan batinnya berperang, ingin menggeleng namun bayangan Ibunya terpaksa membuatnya mengangguk.
Setelah mendapat persetujuan dari Rani, Tedi perlahan menarik dagu indah itu pelan dan mencecap bibir yang sedari tadi nampak menggoda baginya.
Rani terperanjat ketika merasa bibirnya ada yang menyentuh nya, Ia sontak menjauhkan wajahnya dari wajah Pria tampan itu.
" Kenapa sweety. " Tanya Tedi heran, Ia mengecap bekas bibir Rani di bibirnya yang terasa manis.
Rani menggeleng pelan, mencoba meyakinkan dirinya.
" Aku harus bisa, harus bisa demi Ibu. Tinggal menyelesaikan semua ini dan pergi. " Batin Rani.
Rani kembali memejamkan matanya, Ia pasrah menunggu suami saudaranya itu melakukan apa yang Ia mau pada tubuhnya.
Keduanya sama-sama masih buta soal bercinta, Rani yang hanya di sibukkan dengan pekerjaan membantu Ibunya. Ia tidak pernah memikirkan pasangan sedangkan Tedi, Ia hanya sibuk mengejar karier nya sebagai Pilot.
Andai bukan karena paksaan dari orang tuanya, Ia belum ingin menikah sampai saat ini.
Malam semakin larut, begitu juga kedua insan yang tengah mendaki puncak nirwana.
Rani meringis ketika rudal milik suami dari kakaknya itu menembus miliknya yang sangat berharga. Tedi melihat itu, Ia memberikan waktu pada Rani agar menyesuaikan miliknya didalam sana. Setelah beberapa saat Ia kembali memompa dengan tempo yang teratur hingga cepat. Beberapa kali Tedi memejamkan mata menikmati sensasi luar biasa yang Ia rasakan, berbeda dengan Rani. Ia menangis dalam hati, sama sekali tidak menikmati aktivitas mereka.
Untung saja Tedi menggauli nya dengan lembut, kalau tidak mungkin Ia akan menyimpan trauma untuk itu.
Setelah erangan panjang dari bibir Tedi mengakhiri penyatuan mereka, Tedi jatuh terkulai lemas di samping Rani, mencoba menetralkan jantung nya. Olaraga malam ini sangat tidak bisa di ibaratkan dengan kata-kata.
" Terima kasih sweety, kamu sudah menjaganya untuk ku. " Bisik Tedi di telinga Rani.
Rani mengusap bening yang jatuh membasahi pipinya.
" Iya, sama-sama sayang. "
" Apa masih sakit. " Tanya Tedi tiba-tiba merasa khawatir.
Ya meskipun sejak tadi Ia melakukan penyatuan dengan lembut namun tetap saja, di akhir pelepasan Ia tak bisa menahan diri karena sesuatu yang ingin meledak di bawah sana. Teringat bagaimana reaksi wanita itu sebelumnya, seperti merasa tersiksa.
Rani lagi-lagi menggeleng pelan sembari memejamkan mata. Tedi mengusap rambut Rani, Ia bangkit dan mengecup kening Rani sembari tersenyum.
" Maafkan aku, sekarang sudah larut malam, ayo kita tidur. "
Rani hanya menganggukkan kepalanya, Ia membiarkan Pria itu memeluknya. Rani menatap langit- langit kamar itu, kini Ia bukanlah gadis suci lagi melainkan seseorang yang sudah ternoda.
Ingin rasanya Ia cepat pergi dari kamar itu, meluapkan kesedihan di hatinya. Setelah beberapa saat, Ia menoleh ke samping untuk memastikan apakah Pria itu sudah tidur. Ternyata benar, Rani perlahan memindahkan tangan Tedi dan turun dari atas ranjang.
Ia melangkah pelan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air. Dadanya sesak, ingin rasanya Ia berteriak meluapkan semua kesedihan nya namun Ia mencoba menahannya dengan menutup mulutnya.
Rani keluar dari kamar mandi, sebelum pergi Ia menatap wajah Pria yang baru saja menggauli nya itu.
Tidak ada rasa benci di hatinya untuk Pria itu karena sudah merebut mahkota nya.
" Ia tidak salah, hanya korban sama seperti aku. Maafkan aku, maaf. " Gumam Rani.
Ia mengambil ponsel di atas nakas dan melangkah keluar, ternyata banyak sekali pesan masuk dari Rana. Rani memang sengaja mengatur HP nya dalam mode silent.
Seperti kesepakatan mereka, setelah selesai Ia langsung menemui Rana di ruangan sebelah. Lagi- lagi Ia langsung mendapatkan amarah dari saudara kembarnya itu.
" Lama amat sih Rani, apa sudah selesai. " " Tanya Rana tampa rasa bersalah.
" Sudah kak. " Jawab Rani di sertai anggukan.
Rani tersenyum miris, tak bisa di pungkiri ada rasa sakit di lubuk hatinya. Rana meminta Rani melepas lingerie yang di pakainya tadi lalu berganti dengan pakaian nya sebelumnya.
" Pergilah, urus semua pengobatan Ibu mu. Aku sudah meminta Agus mengurus semuanya di rumah sakit, mungkin esok operasi nya akan di lakukan. Ini ambillah, di dalamnya ada sejumlah uang. Pin nya adalah ulang tahun kita berdua, setelah operasi nya selesai aku minta kamu pergi dari kota ini secepatnya. Aku tidak mau kehadiran mu menghancurkan kebahagiaan ku. "
Rani menatap kartu ATM di tangannya, harga dirinya hanya sebanding dengan kartu berwarna biru itu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα
feeling kau tak salah,emang dia orang yg berbeda,dia bukan istrimu
2024-07-26
0
🟡🌻͜͡ᴀs Yuna ✨•§͜¢•🎀
jahat banget nya, kenapa saudara kembar' bisa jahat pada saudara kembar yang lain? karena didikan orang tua nya salah
2024-07-26
0
𝐕⃝⃟🏴☠️នӈᷭɜͧiͤււͤaᷠᶫᵌᵌ❤️⃟Wᵃf
dia bukan istri sah mu tedi tapi dia adik iparmu yang sengaja di merumuskan istrimu sendiri
2024-07-26
1