Ide Usaha Kecil

*

*

"Bapak, tidak marah?" Tanya Danastri, diangguki ibunya, yang sedikit heran dengan sikapnya.

Ayah Danastri lantas menggelengkan kepalanya santai. Ia sudah menduga jika ibu dan anak ini akan berbelanja banyak hal, jadi tidak marah sama sekali, hanya sedikit terkejut karena ternyata keduanya membeli Lemari es, TV, dan blender. "Untuk apa kulkas dan blender ini?" Tanya Ayahnya. Blender masih yang manual, yang ditarik dengan tali oleh tangan.

"Buat berjualan, pak. Ayo buka warung kecil-kecilan di rumah. Jual makanan dan minuman saja." Ucap Ibunya, sebelum Danastri menjawab. Membuat Danastri mengangguk puas.

Semua sudah dipindahkan me dalam rumah, dibantu supir dan satu pekerja yang ikut menaiki mobil, tepat di bak mobil menjaga barang-barang.

Total belanjaan Danastri adalah sekitar 6.5 juta, sudah termasuk sewa mobil dan upah pekerjanya. Sisa uang ditangan Danastri sekitar 32 jutaan. Yang lain dibelikan rumah dan ongkos serta biaya makan selama perjalanan. Selain itu, sekitar satu juta diberikan pada pemilik kapal sebelumnya.

"Sisa uang 32 juta, simpanlah 1 juta di tangan kalian. Sisanya mau Tri pakai untuk menghasilkan uang. Kalian hanya perlu percaya pada Tri. Dan, tenang saja, kali ini uang yang dihasilkan dari cara yang benar kok Pak, Bu, Tri mau berinvestasi." Jelas Danastri seraya tersenyum.

"Investasi itu apa, nduk?" Tanya Ibunya bingung, Ayahnya juga mengangguk kebingungan. Sedangkan adiknya sudah mulai menonton tv hitam putih di ruang tamu.

Danastri tersenyum, ia sendiri tahu investasi dari Sanungga di kehidupan sebelumnya. Meski tidak pernah melakukannya, tapi ia sering memperhatikan dengan cermat jadi kurang lebih tahu. "Jadi nantinya Tri nempatin dana di satu atau lebih dari satu jenis aset selama periode tertentu, tujuannya adalah peningkatan nilai. Misal aset yang Tri danai naik, nanti dana Tri juga bisa naik juga pak, bu. Uangnya juga balik lebih besar kalau waktunya tiba." Jelasnya.

Danastri agak kesulitan menjelaskan, tetapi semoga ibu dan ayahnya paham akan penjelasannya yang agak berantakan.

"Ibu tidak paham, tapi sepertinya menguntungkan. Terserah kau saja, ibu dan bapak akan mendukung kalau caranya memang benar." Ucap Ibunya seraya tersenyum.

Danastri kemudian menganggukkan kepalanya. Bagus sekali, kedua orang tuanya percaya sepenuhnya padanya. Ia bersyukur memiliki keduanya.

"Kalau begitu, ayo ke dapur, Tri ajarkan buat makanan yang besok akan kita jual." Ucap Danastri mengajak Ibunya ke dapur, sedangkan Ayahnya tetap di ruang tamu menemani adiknya menonton.

*

Setelah menyimpan bahan utama di atas meja, berupa paha ayam, udang, tepung, dan kulit dimsum.

Benar, Danastri berencana membuat Dimsum yang akan dijual belikan di depan rumahnya. Semua peralatan dan bahan utama sudah dibeli, termasuk untuk topping dan saus-sausnya.

Kemudian Danastri mulai mengajari ibunya membuat Dimsum, dimulai dari penghalusan paha ayam dan udang, sampai pembungkusan isian dengan kulit dimsumnya.

Kemudian begitu melihat sang ibu mengerti dan mulai bisa membuatnya, Danastri lantas memanaskan panci untuk mengukus dimsumnya, kukusannya pun masih terbuat dari kayu.

Setelahnya, Danastri memasukkan dimsum yang sudah jadi ke dalam kukusan, diikuti oleh ibunya. Kemudian keduanya beralih pada saus yang akan digunakan sebagai saus cocolannya.

"Tunggu, tidak semua dikukus, nduk?" Tanya ibunya bingung.

"Tidak usah, bu, besok saja. Hari ini cukup beberapa dulu saja untuk dicicipi kita dulu. Kan warungnya baru besok, akan dibuka." Ucap Danastri seraya tersenyum. "Sisanya simpan di lemari es, jadi besok ibu tidak perlu membuatnya lagi." Lanjut Danastri.

Lantas ibunya menganggukkan kepalanya mengerti.

Beberapa saat berkutat di dapur, akhirnya dimsum matang, berikut dengan saus cocolnya. Danastri dan ibunya masing-masing membawa nampan ke ruang tamu, menyimpannya di atas meja dan mempersilahkan mencicipi menu baru yang dipelajarinya dari ibukota.

"Wah! Enak sekali? Isiannya daging? Sangat penuh." Tanya Ayah Danastri terkejut. "Ini yang mau dijual besok? Berapa harga jualnya? Jangan sampai merugi, isinya penuh daging, sangat enak!" Lanjutnya setelah mencicipi dimsum. Ibunya hanya menganggukkan kepala, lebih fokus pada dimsumnya, begitupula adiknya yang sudah mengambil dimsum kedua di nampan.

"Semua bahan utama masing-masing 1kg, kecuali udang hanya sekitar 500 gr saja. Dimsum yang dibuat ukurannya sedikit lebih besar dari pada di ibukota, jumlah dmyang terbuat adalah sekitar 250 an dimsum. Pembelian semua bahan berharga sekitar 20.000 termasuk saus cocolannya. Itupun masih banyak sisa bumbu-bumbu yang di botol. Aku rasa 100 rupiah per buah saja bagaimana? Ambil untung 20 rupiah, sudah cukup kan?" Jelas Danastri seraya tertawa kecil.

Danastri menatap kedua orang tuanya yang tertegun. Tahu pasti yang dipikirkan orang tuanya. "Tidak mahal, bu, pak, ini kota bukan desa kita yang dulu. Yakinlah, 100 rupiah bukan apa-apa bagi orang kota. Lagipula di ibukota harga per buahnya bisa sampai 400 rupiah pak, bu. Kita menjualnya kali ini sudah sangat murah." Lanjut Danastri seraya tersenyum. Ia tahu keduanya orang yang jujur, mengambil untung terlalu banyak memang kurang disukai keduanya.

"400?! Astaga mahal sekali! Bisa untuk beli tahu satu bungkus, nduk!" Balas Ibunya terkejut.

Danastri tertawa. "Bu, di ibukota memang mahal-mahal, jadi tidak usah heran. Kebanyakan orang berada semua disana." Balasnya.

"Kalau begitu tetapkan saja 100 rupiah. Lagipula ini termasuk kota, jadi tidak semurah bahan di desa kita." Timpal Ayahnya setuju.

"Baik, sudah ditetapkan! Aku akan buat daftar harganya kalau begitu, jadi semua tetangga ataupun orang yang lewat rumah bisa tahu harga makanannya tanpa perlu bertanya!" Ucap Danastri menganggukkan kepalanya semangat.

"Yah, kami serahkan itu padamu. Ayo habiskan dimsumnya dulu." Ajak ibunya.

"Bu, pakai nasi sepertinya enak." Ucap Ayahnya.

Danastri tergelak, memang orang desa, tidak ditambah nasi pasti terasa ada yang kurang. Apalagi isiannya full daging, bisa ditebak ayahnya menyayangkan dimsum yang bisa dijadikan lauk makan.

"Aduh, ibu belum masak apapun selain dimsum. Sudahlah, makan saja sebagai camilan. Makan malam nanti tinggal masak lagi saja." Balas ibunya, menepuk dahi seolah ia lupa. Sama-sama menyayangkan dimsumnya.

Danastri hanya tersenyum senang. Akhirnya keluarganya bisa berkumpul dan makan bersama lagi seperti seharusnya. Belum lagi tertawa dan bercanda. Ia benar-benar bersyukur karena bisa kembali dan memperbaiki semuanya.

Kemudian ke depannya, ia tinggal menaiki satu persatu tangga untuk bisa bersanding bahkan melebihi kekuasaan Sanungga, dan mulai membalas dendam atas semua hal yang terjadi di kehidupan masa lalunya.

Untuk saat ini, biarlah dia menikmati kehidupannya yang tenang lebih dulu. Karena bagaimanapun, Danastri masih sekecil semut, diinjak kaki Sanungga pun sudah pasti ia mati.

'Senang bisa kembali, dan berkumpul bersama lagi.' Ucap Danastri penuh haru, dalam hatinya.

*

*

Aku ngira-ngira harganya, soalnya di google kurang ada informasi, jadi mohon maaf kalau tidak sesuai, karena gimanapun ini fiktif 🙏

Terpopuler

Comments

AXYs

AXYs

Kalo th 2000 .. itu zaman krismon di negeri konoha.., di mulai dari 1998. Semua pada mahal.
Dolar US dan lainya naik setinggi langit..

2024-12-26

0

Simba Berry

Simba Berry

ini ceritanya berlatar belakan zaman jadul ya?era 80an ya?soalnya duitnya masih pake 100 rupiah.kalau zaman jadjl dulu 100 rupiah sudah terbilang besar.kalau sekarang 100 rupiah sudah tdk ada artinya lagi.malahan ada banyak pedagang atau pembeli yg tdk mau menerima duit 100 rupiah.

2024-07-07

1

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh semangat

2024-06-26

0

lihat semua
Episodes
1 Terlahir Kembali
2 Melarikan Diri
3 Tempat tinggal Baru
4 Berbelanja
5 Ide Usaha Kecil
6 Investasi Saham
7 Laris Manis
8 Berjualan di Alun-alun
9 Akuisisi Hotel
10 Merekrut Pegawai
11 Bisa Beladiri
12 Naik 10x lipat Juga
13 Membeli Kendaraan
14 Keluarga Janitra
15 Keterkejutan Kedua Orangtua
16 Motif Egois dan Penyelamatan
17 Hamil
18 Dihubungi Zack
19 Keluarga Harmonis
20 Rencana Menggaet Zack
21 Teman Bapak
22 Tidak Bisa Berlatih
23 Pengumuman!!
24 Wawancara Zack
25 Jangan Mengkhawatirkan Banyak Hal
26 Mencari Informasi
27 Tuan Janitra
28 Keterkejutan
29 Jodohkan?
30 Semuanya Berjalan Lancar
31 Meminta Bertemu
32 Cari Tahu keluarga Kusuma
33 Perjamuan
34 Apa Kau Penasaran
35 Menolak
36 Nasihat Tidak Berguna
37 Kekecewaan
38 Tidak Menyalahkan
39 Tidak Menyalahkan 2
40 Peresmian dan Pertemuan
41 Menikah
42 Gugup
43 Tidur Bersama
44 Gardana Bersikap Perhatian
45 Overthinking Danastri
46 Terpana
47 Perjamuan
48 Gugup
49 Lepas Kendali
50 Siasat
51 Terpojok
52 Apa yang kau alami?
53 Apa yang terjadi?
54 Pengejaran
55 Berlawanan
56 Ketidakmampuan Sanungga
57 Dendam Terbalaskan
58 Berkunjung
59 Inspeksi Pegawai
60 Gugup
61 Demam
62 Salah Orang
63 Sanungga Tewas
64 Hutang Permintaan Maaf
65 Hukuman Yang Pantas
66 Nama adalah doa dan harapan
67 Tiga Malaikat Kecil
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Terlahir Kembali
2
Melarikan Diri
3
Tempat tinggal Baru
4
Berbelanja
5
Ide Usaha Kecil
6
Investasi Saham
7
Laris Manis
8
Berjualan di Alun-alun
9
Akuisisi Hotel
10
Merekrut Pegawai
11
Bisa Beladiri
12
Naik 10x lipat Juga
13
Membeli Kendaraan
14
Keluarga Janitra
15
Keterkejutan Kedua Orangtua
16
Motif Egois dan Penyelamatan
17
Hamil
18
Dihubungi Zack
19
Keluarga Harmonis
20
Rencana Menggaet Zack
21
Teman Bapak
22
Tidak Bisa Berlatih
23
Pengumuman!!
24
Wawancara Zack
25
Jangan Mengkhawatirkan Banyak Hal
26
Mencari Informasi
27
Tuan Janitra
28
Keterkejutan
29
Jodohkan?
30
Semuanya Berjalan Lancar
31
Meminta Bertemu
32
Cari Tahu keluarga Kusuma
33
Perjamuan
34
Apa Kau Penasaran
35
Menolak
36
Nasihat Tidak Berguna
37
Kekecewaan
38
Tidak Menyalahkan
39
Tidak Menyalahkan 2
40
Peresmian dan Pertemuan
41
Menikah
42
Gugup
43
Tidur Bersama
44
Gardana Bersikap Perhatian
45
Overthinking Danastri
46
Terpana
47
Perjamuan
48
Gugup
49
Lepas Kendali
50
Siasat
51
Terpojok
52
Apa yang kau alami?
53
Apa yang terjadi?
54
Pengejaran
55
Berlawanan
56
Ketidakmampuan Sanungga
57
Dendam Terbalaskan
58
Berkunjung
59
Inspeksi Pegawai
60
Gugup
61
Demam
62
Salah Orang
63
Sanungga Tewas
64
Hutang Permintaan Maaf
65
Hukuman Yang Pantas
66
Nama adalah doa dan harapan
67
Tiga Malaikat Kecil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!