Kendaraan roda empat nan mewah pun memasuki parkiran kediaman keluarga Rama.
Di dalam kendaraan itu terdapat dua orang, yang juga akan mengikuti pertemuan keluarga. "Ekh, Gendis baru dateng." ujar Katte antusias, sampai kepingin buru-buru ke luar dari dalam mobilnya untuk menyapa Gendis, padahal kendaraan yang suaminya bawa, baru aja memasuki basement.
Suara Katte pun direspon sama suaminya, yang mengajukan pertanyaan.
"Gendis? itu, anak yang mau dijodohin sama Daniel?"
"Iya, cantik kan anaknya. Jadi inget waktu jaman kita berdua dijodohin sama Mami dari waktu kita masih di SMA." sahut Katte, sekaligus bernostalgia dengan masa lalunya saat itu.
"Cantik juga kamu." timpal suami Katte disampaikannya sambil tersenyum dan mengusap pipi Katte.
Suami Katte yang bernama Danish ini pun, lalu mengalihkan lagi, "kamu kok bisa kenal sama anak itu? Mami yang kenalin kamu ke dia?"
"Nggak, aku kenal sama Gendis karena papasan sama dia, waktu dia ke sini beberapa hari yang lalu. Terus kak Permata yang kenalin aku ke Gendis, dan yang mengejutkannya. Ternyata adiknya Gendis tuh satu sekolah sama Bulan. Terus, Gendis juga pernah nolongin Bulan loh, waktu kak Permata terlambat jemput Bulan, mana hujan deras terus petir." cicit Katte antusias banget.
"Owh, jadi dia yang sering diceritain sama Bulan." sahut Danish, mengomentari cicitan panjang istrinya.
Keduanya pun turun dari mobil, dan saat mendekat. Danish dan juga Katte mendengarkan obrolan Gendis dan juga Daniel, dari awal sampai akhirnya disahuti sama Danish.
"Permintaan kamu, akan saya sampaikan ke Mami!"
"Kenapa bisa sih, Mami milih calon buat lo yang malah membahayakan lo begini. Dan lo bukannya nolak, tapi malah diem aja Niel!" komen Danish dengan ketus, dan nggak menatap Gendis sama sekali.
"Sayang ..., itu udah urusannya Mami. Kamu nggak perlu ikut campur sayang, kamu juga taukan kalau Mami nggak akan membiarkan Daniel dalam bahaya." timpal Katte, mengomentari ocehan suaminya.
"Aku mau ngomong sama Mami," ucap Danish, lalu langsung pergi dari tempat itu tanpa mendengarkan ocehan Katte.
Sementara Daniel hanya diam aja, dia tenang banget karena tau, kalau Maminya nggak akan kemakan hasutan siapapun.
Gendis, Katte, Danish dan juga Daniel pun langsung menuju ruang di mana pertemuan keluarga akan dilakukan.
Di ruangan itu Gendis langsung disambut sama Bulan, yang antusias banget ketemu sama Gendis. Begitu juga dengan Papanya, yang baru pertama kali ini bertemu dengan Gendis dan langsung menyambut kedatangan Gendis.
"Saya mau berterima kasih secara pribadi, karena waktu itu kamu menjaga Bulan sampai Mamanya datang," kata David, kakak pertama Daniel dengan tutur kata ramah.
Sementara Daniel, makin semringah karena Gendis diterima di rumahnya.
Tapi Daniel lupa akan Danish, yang tiba-tiba langsung nyeletuk.
"Apa hanya kebaikannya aja yang dilihat, tapi nggak melihat bahaya yang bisa berimbas ke Daniel?"
"Maksud lo apa Nis?" tanya David, sambil menatap adiknya itu.
"Kakak nggak dikasih tau sama Mami, atau hanya Danish aja yang baru tau kalau anak ini ditaksir sama seorang cowok, yang bur on an dan bisa menyerang keselamatan Daniel dan mungkin juga keselamatan keluarga kita."
"Kak ... Kakak kan tau kayak gimana Mami, pastinya Mami nggak akan membiarkan satupun anaknya dalam bahaya." timpal Daniel, guna mengalihkan ucapan kakaknya yang nggak setuju dengan perjodohan antara dia dan juga Gendis.
"Benar apa yang sudah disampaikan Daniel, kamu tidak perlu khawatir Danish. Mami tidak akan membiarkan kalian dalam bahaya." celetuk bu Denayu, lalu beliau alihkan setelah menyampaikan pada putra keduanya.
"Gendis, kamu belum pernah bertemu dengan suami saya kan?"
Gendis menganggukkan kepalanya, lalu bangkit mendatangi suami bu Denayu.
"Perkenalkan, saya Dimas alexius rama."
"Saya Gendis pak," ucapnya menjawabi.
"Gendis kayak pernah lihat bapak deh, tapi di mana ya?"
Pak Dimas pun tersenyum, lalu mengusap kepala Gendis.
"Syukurlah kamu masih mengingat saya Gendis, dan kamu bisa selamat saat insiden kecelakaan di puncak saat itu."
Deg!
Gendis terkejut, mendengar ucapan pak Dimas yang kemudian langsung dikonfirmasi sama Gendis.
"Bapak, yang waktu itu menangani operasi saya ya?"
Pak Dimas lalu tersenyum, dan menganggukkan kepalanya.
Gendis langsung berterima kasih, karena waktu itu nggak sempat menyampaikan rasa terima kasihnya karena udah ditangani saat kecelakaan.
Obrolan Gendis dengan pak Dimas pun disela oleh Danish, "Mami dan Papi masih nekat menjodohkan Daniel dengan anak itu, sementara anak itu bisa saja membahayakan Daniel. Mi-Pi!"
Melihat Danish yang menggebu-gebu, Gendis justru setuju dengan Danish karena satu-satunya yang menentang keputusan Maminya.
"Sayang ... kamu kan tau seperti apa Mami, itu sudah keputusan Mami, jadi terima saja." sela Katte, mencoba menenangkan emosi suaminya.
"Iya Nis, lo kenapa jadi ikut campur urusan Daniel dan Mami sih. Ini kan udah kesepakatan bersama, kalau jodoh kita Mami yang tentukan, supaya nggak ada campur tangan Ojisan!" timpal David, sebagai kakak pertama, David ikut menenangkan emosi adik keduanya itu.
Apa tadi? Pejodohan mereka sudah kesepakatan bersama, supaya nggak ada campur tangan Ojisan? maksudnya apa?
Begitulah batin Gendis, yang penasaran dengan penuturan David yang secara nggak langsung menjelaskan, alasan lainnya mengapa nggak ada satupun anak-anak bu Denayu yang menolak perjodohan.
Baru aja Gendis mau meminta penjelasan, bu Denayu lalu menyela. "Mari kita langsung makan malam saja, sambil membicarakan banyak hal. Supaya nanti Gendis dan Daniel semakin dekat."
Danish pasrah aja, karena Katte juga melarangnya menyela obrolan.
"Oh iya Pi, Papi bisa periksa Gendis dulu nggak? Tadi badannya hangat, dan sempet mengigau juga waktu tidur di mobil." Daniel menyela percakapan, sebelum keluarganya menuju ke ruang makan, yang masih di ruangan yang sama dengan ruang pertemuan mereka.
"Kamu sedang tidak enak badan Gendis?" bu Denayu terlihat panik, langsung mendekat memastikan kondisi calon menantunya itu.
"Nggak pa-pa bu Denayu, mungkin ini siklus." dijawabi Gendis dengan nada berbisik, karena nggak enak sama anak-anak bu Denayu yang semuanya laki-laki.
Bu Denayu dan juga pak Dimas yang saling berdekatan dengan Gendis pun tersenyum lega, karena Gendis menjelaskan kondisi tubuhnya.
"Ini tadi pak Toni untuk beliin obat, dipilih aja yang mana yang menurut lo bisa ngenakin kondisi lo." sambil Daniel memberikan kantong kresek berwarna putih, berlogo apotek dan isinya memang berbagai macam obat-obatan.
"Gendis tidak perlu itu Niel, kondisi tubuhnya memang normal seperti kebanyakan wanita saat siklus datang bulan. Nanti sebelum makan, Gendis cukup konsumsi pisang atau alpukat."
Daniel mendengarkan dengan seksama, tapi juga sambil memperhatikan kantong plastik yang ada di tangannya.
Melihat putranya diam aja, sambil memperhatikan benda yang ada di tangannya. Bu Denayu lalu merangkul Daniel, dan berbisik di telinga putra bungsunya itu. "Taruh di mobil saja, suatu saat akan tetap berguna."
Daniel tersenyum mendengar ucapan Maminya, lalu berjalan perlahan menempati tempat duduk untuk langsung menikmati jamuan makan malam.
🔜 Next Part 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments