Ini adalah hari keduaku berada di Rumah Sakit, pagi itu Riri sudah datang ke kamar tempatku di rawat.
"Kok kesini Ri, emangnya kamu nggak kuliah?"
"Mampir sebentar sekalian jemput Bi Eha biar bareng ke arah kampusnya, tadi juga aku udah telpon Bang Udin kok untuk gantian jaga kamu."
"Ah jadi ngerepotin kalian, makasih ya."
"Oh iya dit, malam ini giliran aku lho yang jaga kamu."
"Eh nggak usah Ri, nanti ngerepotin."
"Nggak apa-apa santai aja, lagian aku udah izin ke papa kok."
Tak lama kemudian Udin datang, lalu Riri dan Bi Eha pun pamit.
"Halo bor Udin ada di sini, semua aman terkendali." Sambil mengambil apel yang baru saja di bawa Riri.
"Baru dateng udah makan aja lu."
"Ya elah bagi satu bor, belom sempet sarapan ini, enak juga kamar rumah sakitnya bor..Adem."
"Enak ya, mau gantian?"
"Nggak bor makasih, mending di kontrakan deh biar panas nyang penting sehat hahahaha."
Tak terasa Malam hari pun tiba, Riri datang untuk menjagaku sedangkan Udin pamit untuk pulang. Tak lama berselang Suster datang mengantarkan makan malam untukku.
"Sini Dit aku suapin."
"Gak usah Ri, malu aku kayak anak kecil aja."
"Eits yang lagi sakit gak boleh nakal."
Riri menyuapiku malam itu, sungguh makan malam pertama kami yang sangat tidak terduga terjadi di sini..Di Rumah Sakit.
"Nah udah selesai makan nya, sekarang waktunya minum obat. Ayo buka mulutnya anak baik."
"Aaaaah Riri, kamu bener nganggep aku anak kecil ya? Udah makan di suapin sekarang minum obat gitu juga, aku kan malu Ri."
"Eiiits dibilang yang lagi sakit ngga boleh nakal."
Akhirnya malam itu pun berlalu dengan Riri yang menemaniku.
Satu minggu telah berlalu sejak pertama kali aku di rawat di Rumah Sakit ini. Setiap harinya Riri, Bi Eha dan Udin bergantian menjagaku, aku sangat beruntung mempunyai mereka di dekatku.
Dan akhirnya hari itu Dokter sudah memperbolehkanku pulang, kemudian Riri mengantarkanku pulang dengan menggunakan mobilnya.
Sesampainya di kontrakan Riri memberikanku sebuah kado yang di bungkus dengan kertas bergambar hati.
"Apa ini Ri? Perasaan aku lagi nggak ultah deh."
"Udah kamu terima aja, anggap itu kado untuk perayaan kesembuhan kamu, coba deh kamu buka."
Aku pun membuka kado tersebut dan ternyata isinya adalah sebuah ponsel, aku tak tahu mengapa ia memberikannya padaku.
"Maaf Ri aku ga bisa terima barang semahal ini, aku selama ini deket sama kamu tanpa mengharapkan apapun Ri."
"Iya Dit dari awal juga Riri tau kok bahwa selama ini Adit tulus berteman sama Riri, Riri juga kasih itu tulus buat Adit karena Riri pikir Adit butuh untuk ngabarin keluarga Adit di Bandung sana. Mereka pasti khawatir seminggu ini Adit ngga ada kabar." Jawab Riri dengan mata berkaca-kaca.
Aku terdiam dan berpikir. Kata-kata Riri memang ada benarnya, akan tetapi aku tidak mau jika nanti di pandang orang bahwa aku mendekati Riri semata-mata karena dia adalah anak orang kaya dan aku hanya memanfaatkannya.
"Ok Ri Adit terima ponsel nya tapi Adit anggap ini sebagai hutang, nanti jika Adit sudah mempunyai pekerjaan tetap Adit pasti ganti."
"Suka-suka Adit deh, yang penting Adit mau terima kado dari Riri."
Kuaktifkan ponsel tersebut lalu menelpon ibuku. Benar saja apa kata Riri, ibuku sangat khawatir kepadaku karena seminggu sudah aku tak mengabari mereka. Setelah aku menjelaskan semuanya akupun berkata pada ibu.
"Bu ada yang mau kenal nih, orang yang kemarin membantuku waktu aku sakit."
Kemudian Ponsel itu kuberikan pada Riri, dengan malu-malu Riri menerima ponsel itu. Entah apa yang mereka obrolkan, kelihatannya obrolan para wanita. Riri terlihat akrab dengan Ibuku, setelah cukup lama akhirnya obrolan lewat ponsel itu pun berakhir.
"Ibumu mirip sama kamu ya Dit." Ucap Riri.
"Mirip apanya? Ketemu juga belum."
"Asik." Sambungnya.
Hari sudah mulai gelap dan kemudian Riri pamit untuk pulang.
Beberapa jam kemudian terdengar nada dering dari ponselku, dan ternyata Riri yang menghubungi.
"Ya Ri, ada apa baru juga ketemu udah kangen lagi ya." Candaku.
"Apaan sih Adit, gombal Mulu deh. Aku ada sesuatu yang aku pikirkin aja."
"Iya aku tau, mikirin aku kan hahaha."
"Nggak kok hehe, aku kepikiran masalah ponsel yang kamu bilang hutang itu lho."
"Iya, kenapa ya Ri? Maaf kalo dalam waktu dekat ini aku belum bisa bayar."
"Bukan...Bukan itu, aku ngga mau kamu bayar hutang kamu pakai uang."
"Terus pake apa dong Ri? Kalo pake cinta aku sanggup, sanggup banget."
"Gombal aja terus, dengerin dulu dong orang belum selesai ngomong juga udah di potong aja."
"Iya maaf, terus pake apa dong?"
"Aku mau kamu bayar hutang itu dengan temenin aku liburan keliling Bandung Termasuk main kerumah kamu, aku mau kenal dengan Ibu dan adik kamu..Titik."
Setelah itu telepon terputus begitu saja, ya Riri mematikannya. Mungkin agar aku tidak bisa menolak permintaannya.
"Haduh ini cewek emang lain daripada yang lain ya, kalau ada maunya harus banget gw turutin. Emang spesial nih cw nggak salah kalau gw suka sama dia."
Malam itu pun semakin larut akan tetapi kedua mataku masih saja terbuka.
Baru saja aku mencoba untuk memejamkan mata tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu. "Siapa yang bertamu selarut ini?" Pikirku. Setelah kubuka ternyata Udin yang berada di depan kontrakanku.
"Dit gw gak bisa tidur nih, banyak nyamuk banget di kontrakan gw, lu punya obat nyamuk nggak?"
"Ah lu Din gw kira ada apaan, ada tuh ambil aja sendiri."
"Gw liat-liat muka lu cerah banget nih, mentang-mentang abis Ama gebetan. Ngomong-ngomong Riri cakep banget ya Dit, bisa aja lu dapetin cewe begitu. Udah cakep, kaya, bae lagi. Ada lagi nggak temen nya yang kaya begitu? Kalo ada gw mau dong."
"Bisa aja lu toples rengginang, kalo mau yang kaya Riri....Cari sendiri Hahahahaha."
"Ah pelit lu Dit, sahabat lu ini kan dah lama jadi jomblo. Tega banget lu."
"Eh Din ngomongin soal Riri liburan kuliah nanti dia ngajak gw jalan-jalan ke Bandung nih, gimana menurut lu Din. Gw terima apa jangan?"
"Ya elah Boxer petinju, kayak begituan aja lu pake nanya gw. Sikaaaat brother, kapan lagi. Payah lu, BTW gw boleh ikut kaga? BT nih gw kaga pernah piknik."
"Ngga tau, nanti deh gw tanyain Riri lu boleh ikut apa nggak. Udah sono pulang lu gw mau tidur."
"Bener lu ye, besok tanyain sama Riri awas kalo nggak..Putus persahabatan kita hahahhaa, ya udah nih gw mau balik. Thanks ya obat nyamuknya."
Akhirnya Udin pun pulang dengan penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Pak Samuel Hutabarat
asik
ceritanya...👍👍👍👍
2025-04-10
1
Firchim04
Hai author semangat terus ya 😊
Kalau ada waktu, jangan lupa mampir di karyaku :
"Dosenku Sahabatku"
"Suamiku Adik Kelasku"
2020-09-27
8