Part 3-Kabar Mengejutkan

“Jadi selama ini mereka tak menyayangiku dengan tulus?”

Tubuh Rani bergetar. Ia tak menyangka kata-kata yang diucapkan suami dan juga mertuanya sangat menyakitkan. Bahkan memporak-porandakan isi hatinya. Disaat kabar perselingkuhan suaminya terkuak, dia ditunjukkan dengan fakta yang lainnya. Wanita paruh baya yang dianggapnya sebagai Ibu kandungan tak lebih dari seekor rubah.

Rani terkekeh. “Haha … Jadi, ternyata selama ini aku terlalu bodoh. Bahkan aku terlalu naif akan sikap baik mereka, Rani … Rani, kamu bodoh! Mereka hanya memanfaatkan saja, tetapi apa balasan mereka?”

Rani menggeleng.

“Tiga tahun aku hidup di tengah-tengah orang yang bermuka dua. Bahkan suami dan juga mertuaku tak ubah seperti aktor dan aktris dalam sebuah drama. Apa mereka semuanya begitu?”

Rani bergemuruh di balik pintu kamar. Ia berbalik badan berjalan kembali ke kasur, di usap mata yang basah dan menarik nafas dalam-dalam. 

Rani mengepalkan tangannya dengan kuat hingga buku-buku tangannya tampak memutih. “Selama ini aku sangka, aku wanita beruntung. Yang dinikahi tanpa memperdulikan asal usulku. Namun, nyatanya aku tak ubahnya wanita yang amat menyedihkan.”

Ku usap sudut mata yang masih berair dengan kasar, sudah cukup selama ini aku berbaik hati kepada mereka. Sekarang, mari bermain dengan drama yang kalian buat sendiri.

***

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, setelah pembicaraan dengan sang Mama. Arka melangkah ke arah kamar, rasa kantuk yang datang membuat ia tak dapat lagi di tahan.

Saat pintu kamar terbuka, betapa kagetnya Arka melihat Rani tidur di atas ranjang. Tampak mata sembab begitu mendominasi wajah Rani.

Tanpa bertanya apa penyebabnya mata Rani sembab. Arka bergegas keluar dan melihat ke arah garasi tak ada motor Rani, kemana perginya?

Bergegaslah Arka berlari ke arah kamar, karena tak mendapatkan jawaban Arka  menanyakan langsung kepada Rani.

“Ran, heyy. Bangun dulu,” usap Arka di kepala.

“Rani, bangun bentar Dek! Mas, mau tanya nih.”

Rani menggeliat karena merasa terganggu dengan usapan Arka. Tampak Arka berdiri tegak di depan Rani dengan pandangan khawatir.

“Hmm, ada apa Mas?” Tanya Rani dengan nada khas bangun tidur.

“Udah lama kamu pulang?” Bukannya menjawab pertanyaan Rani, Arka malahan bertanya balik. Ia takut Rani mendengar percakapan tadi. Bisa gawat jika Rani mendengar ucapannya.

“Iya Mas.”

Deg…!

Tubuh Arka menegang mendengar jawaban Rani. Wajahnya sudah sepucat kapas, tampak tak ada lagi aliran darah lagi.

“Loh kok nggak bilang Mas dulu sih! Lagian pas Mas pulang kamu nggak nyambut loh.”

“Aku aja nggak tahu kalau, Mas, sudah pulang. Aku dari tadi tidur, Mas,” sahutku dengan cepat. Rasanya muak sekali melihat wajah Mas Arka, apalagi jika mengingat perselingkuhannya.

Mas Arka mengangguk, terlihat wajah tak terlalu tegang seperti barusan. Bahkan ia menghela nafas panjang.

“Iya-iya. Tapi tumben kamu pulang cepat, Dek?” Tanya Arka bingung.

Biasanya Rani akan pulang jam lima sore berhubung kantor tempat ia bekerja cukup jauh. Tapi hari ini baru jam tiga siang Rani sudah pulang ke rumah.

“Nanti saja aku ceritakan Mas. Sekarang aku mau lanjut tidur kepalaku terasa berat.”

“Iya tidurlah. Emmm, Dek. Mas minta uang dong!”

Mata Rani yang hampir menutup tadi tiba-tiba terbuka karena mendengar permintaan suaminya.

“Berapa?”

Senyum cerah terbit di bibir Arka. “Lima puluh juta aja, Sayang. Mas, mau buat usaha bosan nganggur terus,” ujar Arka enteng.

Aku menatap Mas Arka melotot ia pikir mencari uang tinggal petik di pohon nangka?

“Aku nggak ada uang, Mas!” sahutku ketus.

“Masa sih kamu nggak ada uang, Rani?” tanya Mas Arka membentak. Arka tampak kesal mendengar nada penolakan Rani.

“Memang aku nggak ada uang, Mas! Kamu pikir cari uang gampang ha? Lebih baik kamu keluar, Mas! Aku mau tidur.”

Arka berjalan keluar kamar sambil menghentakkan kakinya, uang yang dijanjikan Rani satu bulan yang lalu tak dapat ia nikmati sekarang.

Andai saja waktu di tawarkan Rani ia langsung menerima dengan dalil membuat usaha. Mungkin sekarang ia tak akan kepusingan memikirkan biaya pernikahan dengan Siska. Sekarang saja perut Siska sudah tampak menonjol.

Brak…!

Terdengar bunyi pintu yang dibanting, membuat Bu Sandra terlonjak kaget dan segera berlari keluar kamar.

Ia menatap putranya dengan pandangan tanda tanya, ada apa? Tak biasanya Arka membanting pintu seperti itu.

“Ka, kamu kenapa sih banting-banting pintu? Pengen lihat Mama serangan jantung ha?!”

Arka mendengus mendengar bentakan sang Mama.

“Mama tahu nggak, sih Rani udah pulang dari kantor?”

Bu Sandra menggeleng cepat, ia sama terkejutnya dengan Arka.

“Serius sih Rani udah pulang, Ka?” 

“Iya Ma, bahkan nanti malam ada yang ingin dibicarakan sama kita.”

“Udah kamu tenang saja, mungkin Rani naik jabatankan? Terus pundi-pundi keuangan kita bertambah,” sahut Bu Sandra senang.

Baik Bu Sandra maupun Arka tersenyum senang sambil membayangkan uang yang mengalir deras dari Rani. Bahkan mereka tak pusing memikirkan kebutuhan selanjutnya.

Mereka tak ubahnya sebuah benalu. Yang hanya menggerogotinya demi kepentingan mereka sendiri.

Malam, sekitar jam tujuh tampak keluarga Arka berkumpul di meja makan sambil bercengkrama satu dengan yang lainnya.

Saat Rani keluar jam sudah menunjukkan waktunya makan malam, terlihat para benalu sudah berkumpul.

Tanpa sapaan seperti biasa, Rani langsung duduk di meja makan membuat mereka saling melirik satu dengan yang lainnya. Membuat mereka makan dalam diam, tak seperti biasanya penuh canda tawa.

Sekitar tiga puluh menitan rutinitas makan malam akhirnya selesai. Bu Sandra dan juga Arka tak sabar mendengar berita yang akan disampaikan Rani. Bayangan akan pundi-pundi ke uang menari-nari di mata Arka dan juga Bu Sandra, mereka begitu semangat menunggu berita yang akan disampaikan Rani.

Mereka duduk di ruang keluarga sambil menatap ke layar TV tapi sesekali menatap Rani yang tak kunjung berbicara. Membuat Bu Sandra mengkode Arka untuk berbicara dengan Rani. 

“Ma, uang semester Dina bulan ini jangan lupa ya!” sahut Dina, adik ipar Rani.

Bu Sandra menatap tak suka dengan perkataan anak bungsunya. Dan mengkode ke arah Rani. Ia sangat keberatan mengeluarkan uang untuk membiayai kuliah putri bungsunya.

“Emmm, Dek.” Arka berkata dahulu agar mencairkan suasana yang tampak tegang malam ini.

Rani menoleh dengan alis terangkat. “Ada apa, Mas?” Ia terkekeh geli di dalam hati membayangkan ekspresi keluarga suaminya

“Soal tadi siang, katanya ada yang mau kamu bicarakan. Memangnya soal apa sih, Mas kepo ni?”

“Aku di PHK, Mas,” sahut Rani enteng.

“A-APA!!” Teriak mereka bertiga menggelegar. Bahkan Bu Sandra shock mendengar jawaban Rani.

Next?

Terpopuler

Comments

Anhy Salewa

Anhy Salewa

dsar bnalu

2024-06-18

0

Ririn Santi

Ririn Santi

tiga tahun jd sapi perah sih udah cukup lama itu hitungannya

2024-06-04

1

arniya

arniya

permainan d mulai

2024-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!