Bab. 5 Mencari keberadaan Anna

Setelah berada di luar pemakaman, Zahra mencari keberadaan gadis yang bersamanya tadi. Namun, dia tidak menemukan siapapun disana.

"Hallo! Nona!" teriak Zahra memanggil. "Tidak ada sahutan dan juga tidak ada siapapun. Berarti gadis itu sudah pergi, ck." dirinya bergegas masuk ke dalam mobil dan kembali ke rumah.

Beberapa saat kemudian, sampailah dia dirumah. Dirinya langsung berlari masuk ke dalam sambil memanggil mamanya.

"Ma! Mama!"

Jessica - Mama Zahra berjalan menuruni anak tangga.

"Zahra, kau sudah pulang? Kenapa berteriak seperti itu?"

Zahra berjalan mendekati sang Mama. "Ma, ada kabar penting." gadis itu menggandeng tangan Jessica dan mereka duduk di sofa.

"Katakan ada apa? Apa kau terkena masalah?"

"Bukan, Ma. Jadi gini, saat Zahra sedang berada di pemakaman papa, Zahra melihat seorang gadis yang wajahnya seperti tidak asing dimata Zahra."

"Lalu? Apa hubungannya dengan Mama? Oh, apa mungkin Mama mengenalnya? Atau, dia teman kuliahmu dulu?"

"Ra yakin pasti Mama mengenal gadis itu. Dia bukan teman Ra, tapi dia adik Zahra, Ma."

Deg!

Detak jantung Jessica seakan berhenti saat Zahra mengatakan adik. Dipikirin Jessica sudah terbesit sosok anak keduanya.

"Zahra, apa dia—"

Zahra mengangguk yakin. "Iya, Ma. Dia adik Zahra, Anna."

Jessica menggeleng pelan. "Nak, Mama saja tidak tahu dimana keberadaan adikmu saat ini. Bahkan, Mama sudah mencarinya selama dua puluh tahun belakangan ini dan sama sekali belum mendapatkan hasil. Entah kemana papa tirimu membawa Anna pergi." Jessica menangis dan tentu saja Zahra menenangkan serta memeluknya.

"Ma, Zahra mohon Mama jangan menangis seperti ini. Ra juga sedang berusaha mencari Anna, siapa tahu Anna berada di kota ini." ucap Zahra berharap, mereka memang baru kembali dari luar negeri karena Zahra sudah menyelesaikan studinya.

"Semoga kita bisa cepat menemukan Anna. Mama sangat merindukannya." Jessica masih betah menangis.

"Ra janji akan menemukan Anna, Ma. Ya sudah, Mama jangan menangis lagi." Zahra menghapus air mata Jessica setelah pelukan terurai.

"Nak, bagaimana mungkin kau bisa seyakin itu jika dia benar adalah adikmu?".

"Pertama, tatapan dan manik mata. Lalu, bibir yang sangat mirip dengan Zahra dan Mama. Setelah itu, dia berziarah ke makam papa Vicky. Hal itulah yang membuat Zahra yakin, Ma. Bahkan, kontak batin ini sepertinya tidak bisa di bohongi meskipun Anna itu adalah adik tiri Zahra."

Jessica semakin yakin jika ucapan putrinya itu adalah benar. "Kalau begitu kita harus cari dia, Nak. Sudah bisa dipastikan Anna berada di kota ini." tersirat seberkas sinar di mata Jessica, melambangkan jika wanita paruh baya itu sangatlah bahagia.

"Hari ini, biar Zahra saja yang mencarinya. Mama istirahat dirumah, jika Zahra sudah tidak sibuk bekerja, maka kita akan mencari Anna bersama-sama. Setuju, Ma?"

Jessica menjawab dengan anggukan karena dia sangat paham jika putrinya itu sangat khawatir dengan kesehatannya.

Zahra pun berpamitan lalu dia pergi untuk mencari Anna. Tak lupa foto mereka juga Zahra bawa untuk mempermudah pencarian.

****

Di tempat lain.

Anna sedang berada di kedai coffee, dia sudah selesai minum dan belum menyerah untuk melanjutkan pencarian mamanya. Dirinya beranjak dari kursi lalu dengan spontan berbalik ke belakang, hingga tidak sadar jika ada seseorang dari belakangnya sedang membawa se cup coffee.

Anna melongo ketika bajunya tersiram coffee dan meninggalkan bekas noda disana. Dia menghela napas kasar dan raut wajahnya terlihat kesal.

"Apa Anda tidak punya rasa bersalah sama sekali wahai Tuan yang terhormat?" Anna bertanya seraya menekankan setiap katanya.

"Eh, maaf. Saya tidak sengaja, saya akan mengganti rugi." ucap pria itu sambil mengeluarkan kartu nama. "Saya sedang tidak memegang uang cash. Ini kartu nama saya, kau bisa datang ke kantor saya untuk mengambil ganti ruginya."

Anna melihat kartu nama itu. "Evan?" ucapnya pelan setelah mengeja nama depan pria itu, dia tidak membaca embel-embel nama belakangnya .

*****

Evan ingin melangkah pergi tetapi Anna mencegahnya.

"Tunggu, Tuan! Anda tidak bisa meninggalkan saya sendiri dalam keadaan basah dan kotor seperti ini."

"Nona, saya sedang terburu-buru. Bukankah tadi saya sudah memberikan kartu nama saya?"

Anna mengangguk. "Hem. Anda tidak salah, Tuan. Tapi, saya tidak akan mencari keberadaan Anda. Saat ini saya hanya ingin Anda menemani saya untuk membeli pakaian sekarang juga. Bisa saja Anda itu adalah pembohong, bisa saja kartu nama itu palsu dan Anda lari dari tanggungjawab."

Evan terkekeh pelan. ''Apa yang Anda katakan, Nona? Anda sudah gila? Bagaimana mungkin saya memberikan kartu nama palsu?" dia pun menggeleng heran.

"Ya, bisa saja. Saya hanya mengantisipasi agar tidak ada penipuan." Anna menatap Evan dengan rasa curiga. "Oho, Anda takut menemani saya membeli pakaian. Jangan jangan dugaan saya benar."

Evan pun merasa tidak terima. "Hei, apa yang Anda katakan? Baiklah, mari ikut ke mobil saya."

Anna merasa puas karena dia memang tidak ingin repot mencari keberadaan Evan nantinya untuk meminta pertanggungjawaban. Gadis itu berjalan di belakang Evan dengan hati bahagia.

Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di butik langganan Evan. Pria itu masuk terlebih dahulu dan meminta pada pegawai untuk mencari pakaian yang cocok di tubuh Anna.

"Pilihlah mana yang Anda suka, Nona. Saya akan membayarnya."

Anna dengan sigap mencari gaun yang cukup mahal karena ini kesempatan baginya.

Evan melihat lihat kemeja yang mungkin cocok untuknya. Namun, aktivitasnya terhentikan karena kedatangan Zahra.

"Mas?"

Evan menoleh, dia tersenyum tipis. Dirinya dan Zahra sudah melakukan pendekatan, pria itu juga sepertinya tertarik dengan Zahra yang semakin cantik.

"Zahra, kenapa kau bisa ada disini?" Evan bertanya dengan wajah tersenyum.

"Mas, aku ingin minta tolong padamu."

"Katakan, jika bisa, pasti aku akan membantumu."

"Aku—" Zahra melihat Anna, tetapi gadis itu menghadap ke belakang hingga Zahra sulit mengetahui wajahnya.

"Mas, kau datang ke butik ini sendiri atau—"

"Oh, aku bersama—"

Zahra mengangkat sebelah tangan menandakan jika dia permisi sebentar. Tak lama kemudian, gadis itu kembali dan raut wajahnya terlihat khawatir.

"Mas, Mama—"

"Ada apa, Ra?"

"Mama pingsan, Mas. Aku, aku harus segera pulang."

"Pingsan? Kok bisa? Aku ikut, Ra. Tunggu sebentar!" Evan menghampiri meja kasir dan dia mengatakan pada kasir agar menghitung belanjaan Anna lalu setelah itu menghubungi dirinya. Sesudah meninggalkan kartu nama, Evan kembali menemui Zahra.

"Ayo kita pergi.''

"Tunggu, Mas!" Zahra penasaran siapa yang bersama dengan Evan.

"Ada apa lagi, Zahra?"

"Siapa yang bersamamu?"

Evan melihat ke arah Anna yang masih sibuk memilih pakaian.

"Nanti aku akan menjelaskannya padamu, sekarang yang lebih penting adalah Mama. Ayo!" Evan menggenggam jemari Zahra dan mereka pergi dari butik itu.

Anna yang sudah selesai berbelanja sibuk mencari keberadaan Evan.

"Loh, kemana pria tadi?" dia berkeliling kebingungan dan risau. "Tuan! Tuan Evan!" teriak Anna.

"Nona?"

Anna menoleh karena sang kasir memanggil dirinya.

"Nona, Anda sedang mencari siapa?"

"Teman saya, namanya Evan."

"Oh, Tuan Evan. Beliau sudah pergi, Nona. Beliau meninggalkan pesan dan mengatakan jika Nona sudah selesai belanja, maka totalkan saja barang belanjaannya. Nanti, pihak kami akan mengambil pembayarannya dari Tuan Evan."

Anna hanya mengangguk, cukup lega tetapi dia penasaran dengan hal apa yang membuat Evan pergi tanpa pamit padanya terlebih dahulu.

Bersambung

Episodes
1 Bab. 1 Reuni
2 Bab. 2 Mencari pekerjaan
3 Bab. 3 Mulai bekerja
4 Bab. 4 Berkunjung ke makam
5 Bab. 5 Mencari keberadaan Anna
6 Bab. 6 Melamar
7 Bab. 7 Memutuskan untuk pergi
8 Bab. 8 Bertemu kembali
9 Bab. 9 Rencana bulan madu
10 Bab. 10 Sadar
11 Bab. 11 Tragedi di malam hari
12 Bab. 12 Pindah rumah
13 Bab. 13 Kecurigaan
14 Bab. 14 Merasa nyaman
15 Bab. 15 Berkhianat
16 Bab. 16 memperbaiki diri
17 Bab. 17 Berbagi kebahagiaan
18 Bab. 18 Rencana yang sudah tertata rapi
19 Bab. 19 Berangkat bersama
20 Bab. 20 Mengutarakan isi hati
21 Bab. 21 Mengutarakan isi hati. 2
22 Bab. 22 Rencana terakhir
23 Bab. 23 Pilihan yang sulit
24 Bab. 24 Keputusan
25 Bab. 25 Bagaikan burung dalam sangkar
26 Bab. 26 Bersikap adil
27 Bab. 27 Mencari cela untuk kabur
28 Bab. 28 Memikirkan hidup yang baru
29 Bab. 29 Memikirkan tempat tinggal
30 Bab. 30 Membantu
31 Bab. 31 Hargai selagi ada
32 Bab. 32 Lembaran baru
33 Bab. 33 Semakin menjadi
34 Bab. 34 Menjalin pertemanan
35 Bab. 35 Balas dendam
36 Bab. 36 Mengingat kembali
37 Bab. 37 Penyesalan yang mendalam
38 Bab. 38 Kembali
39 Bab. 39 Memberikan peringatan
40 Bab. 40 Kekhawatiran Regan
41 Bab. 41 Pertemuan yang tidak terduga
42 Bab. 42 Mengingat masa lalu
43 Bab. 43 Kecelakaan
44 Bab. 44 Ingatan yang kembali
45 Bab. 45 Awal kehancuran
46 Bab. 46 Kejahatan yang terungkap
47 Bab. 47 Hukum tabur tuai
48 Bab. 48 Kisah cinta yang telah usai
49 Bab. 49 Mengungkapkan perasaan
50 Bab. 50 Memberikan keputusan
51 Bab. 51 Kecanggungan
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab. 1 Reuni
2
Bab. 2 Mencari pekerjaan
3
Bab. 3 Mulai bekerja
4
Bab. 4 Berkunjung ke makam
5
Bab. 5 Mencari keberadaan Anna
6
Bab. 6 Melamar
7
Bab. 7 Memutuskan untuk pergi
8
Bab. 8 Bertemu kembali
9
Bab. 9 Rencana bulan madu
10
Bab. 10 Sadar
11
Bab. 11 Tragedi di malam hari
12
Bab. 12 Pindah rumah
13
Bab. 13 Kecurigaan
14
Bab. 14 Merasa nyaman
15
Bab. 15 Berkhianat
16
Bab. 16 memperbaiki diri
17
Bab. 17 Berbagi kebahagiaan
18
Bab. 18 Rencana yang sudah tertata rapi
19
Bab. 19 Berangkat bersama
20
Bab. 20 Mengutarakan isi hati
21
Bab. 21 Mengutarakan isi hati. 2
22
Bab. 22 Rencana terakhir
23
Bab. 23 Pilihan yang sulit
24
Bab. 24 Keputusan
25
Bab. 25 Bagaikan burung dalam sangkar
26
Bab. 26 Bersikap adil
27
Bab. 27 Mencari cela untuk kabur
28
Bab. 28 Memikirkan hidup yang baru
29
Bab. 29 Memikirkan tempat tinggal
30
Bab. 30 Membantu
31
Bab. 31 Hargai selagi ada
32
Bab. 32 Lembaran baru
33
Bab. 33 Semakin menjadi
34
Bab. 34 Menjalin pertemanan
35
Bab. 35 Balas dendam
36
Bab. 36 Mengingat kembali
37
Bab. 37 Penyesalan yang mendalam
38
Bab. 38 Kembali
39
Bab. 39 Memberikan peringatan
40
Bab. 40 Kekhawatiran Regan
41
Bab. 41 Pertemuan yang tidak terduga
42
Bab. 42 Mengingat masa lalu
43
Bab. 43 Kecelakaan
44
Bab. 44 Ingatan yang kembali
45
Bab. 45 Awal kehancuran
46
Bab. 46 Kejahatan yang terungkap
47
Bab. 47 Hukum tabur tuai
48
Bab. 48 Kisah cinta yang telah usai
49
Bab. 49 Mengungkapkan perasaan
50
Bab. 50 Memberikan keputusan
51
Bab. 51 Kecanggungan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!